Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isra' Mi'raj Menapaki dan Menaiki Puncak Kehidupan

24 April 2017   11:35 Diperbarui: 25 April 2017   03:00 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ilustrasi peringatan Israk-Mikraj dipetik dari Hidayatullah.com

Sebaliknya, bagi penentang Muhammad Saw di Makkah, masuk Islamnya beberapa orang Makkah membuat mereka marah. Dan segera saja para pentolan kabilah Makkah berkonspirasi makar terhadap Muhammad. 

Dalam perkumpulan rapat itu timbullah paling tidak tiga opsi. Pertama,Muhammad dipenjara. Kedua, Muhammad diusir. Namun, dua usul itu ditolak karena dianggap masih membuka peluang Muhammad lolos dan bebas. Ketiga, opsi terakhir, Muhammad dibunuh. Mereka sepakat atas opsi ketiga pembunuhan berencana. Dengan mengutus perwakilan pemuda setiap kabilah sebagai ekskutor pembunuhan berencana.

Dengan kepercayaan diri yang berbaur kecongkakan, pentolan Makkah cekikan terbahak di kejauhan menunggu berita pembunuhan berencana terhadap Muhammad pada malam Hari–H. Ternyata, pada akhirnya Muhammad Saw selamat dari sergapan para pengintai,hingga Nabi Muhammad Saw pada saat malam yang sama hijrah ke Yasrib, Madinah,dengan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah sebelumnya, banyak sahabat sudah hijrah lebih awal ke Yasrib/Madinah. 

Jadi, ada banyak hikmah Israk-Mikraj dalam kehidupan. Satu di antaranya Israk-Mikraj bagi kita merupakan cara menapaki dan menaiki puncak kehidupan.Puncak kehidupan jangan hanya dipahami sekedar limpahan materi. Meski harta memang juga dibutuhkan dalam kadar tertentu. Lebih dari itu, Israk-Mikraj bermanfaat untuk kehidupan yang lebih bijak. Kita semakin memahami berbagai sisi kehidupan secara dewasa. Seperti bagaimana kita bersikap bijak ketika kehilangan orang terkasih, meninggalnya orang tercinta, perjuangan hidup, penerimaan, persahabatan, perpindahan, penolakan, penentangan, perlawanan, penyakit, dan bahkan peperangan haruslah disikapi secara bijak dan penuh kearifan. Selalu dengan kerendahan hati dan kepasrahan kepada Tuhan. Ringkasnya, puncak kehidupan ini ialah keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan. Sekaligus, tidak mengurangi kualitas diri agar juga selalu berbuat dalam hidup ini secara maksimal.

Padangsidimpuan, Israk-Mikraj, Senin, 27 Rajab 1438 Hijriah

Senin, 24 April 2017 Masehi,

Abdul Hakim Siregar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun