Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Empat Tabiat Buruk yang Biasa Terjadi di Pondok Pesantren dan Sekolah Berasrama?

3 April 2017   14:15 Diperbarui: 4 April 2017   15:28 3000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umumnya, para santri menghadapi senior terbagi 2: 

1. Patuh saja. Tak melawan.

2. Menentang atau melawan senior. 

Saya pertimbangkan waktu, nomor 1 dan 2 di atas bukanlah cara yang bijak menghadapi senior. Saya mencari alternatif ketiga, bersama beberapa kawan santri yang junior, sekaligus menjalin hubungan baik dengan beberapa abang senior. Saya bisa memosisikan diri. Bahkan, saya pernah konfrontasi dengan senior agar dia bersikap lebih adil dan baik terhadap junior. Jangan mentang-mentang, senior memperlakukan sesuatu yang semestinya kepada junior. Alhamdullah, di pondok pesantren, aku tak ingin jadi korban. Sekaligus, tidak ingin menjadi pelaku kekerasan senior terhadap junior.

Jurus menghadapi senior: bijaksana, berani, dan empati. Tahu kapan harus mengelak dan melawan, sekaligus. Mengelak pun bukan karena takut berlebihan, melawan pun bukan ingin menunjukkan kesombongan. Tapi, lebih pada tegaknya sikap adil terhadap sesama manusia santri.

Kedua, pencurian. Sudah menjadi kelaziman, barang-barang dapur ditaruh di koper atau karung penyimpanan, lalu disimpan pada satu ruangan kelas yang paling dekat dengan rumah guru. Para santri sendirilah yang menyimpan alat-alat masak dan barangnya di situ tanpa didata. Begitu juga, sehabis libur santri mengambil sendiri barang miliknya. Hal ini awan pencurian. Saya sendiri, pernah kehilangan kompor, periuk, dan alat-alat dapur saya dighasab orang lain. Apakah setelah kejadian itu lalu saya laporkan kepada orangtua, tidak sama sekali?

Saya pandai bergaul, saya menumpang sama memasak dengan kawan. Beberapa bulan kemudian, ada teman yang kurang lebih nasibnya sama-sama kehilangan alat-alat dapur. Sesaat libur, ia tiba di pesantren sehari sebelum sekolah. Ia pun mengambil alat dapur milik orang lain, berkarung-karung. Malahan, ada pernah banyak barang dapur hilang di pesantren karena seorang santri menjadikan alat dapur itu diringsek semacam barang bekas lalu dijualnya.

Seorang santri, karena barang-barangnya hilang termenung di bawah pohon beringin sebelah Selatan pondok. Akhirnya, mulutnya mencong. Para santri menggeledikinya ditampar jin (begu). Tentu, kalau dokter saraf mendiagnosanya stroke. 

Tak hanya mengenai alat dapur. Tapi juga uang, baju, celana, sarung, handuk, sabun, pasta gigi, sikat kain, dan lobe bisa dikutil orang lain di pondok. Sebagai anekdot santri, seorang santri belanja kebutuhan pokok ke pasar, ikan laut atau ikan asin. Jika, ikan asin itu di gantung pada paku atas dinding dari celahnya, orang lain menariknya dengan tangan dari celah lubang atap dinding. Sebaliknya, kalau ikan asin ditaruh di lantai, bagian kucing yang menghabisinya.

Begitupun, Undang-undang atau sanksi pencurian sangat keras di pesantren, Anda bisa diberhentikan tanpa hormat. Tapi, para pencurinya semakin lihai saja. Jadi, pengutilan di pondok sudah seperti adat. Kebiasaan turun yang dianggap biasa terjadi. 

Tapi, ada teknik mendapati barang hilang paling mujarab di pesantren. Kalau Anda kehilangan, dapat dilaporkan kepada senior yang menanganinya. Biasanya, seluruh santri akan dikasih tahu duduk persoalannya. Sedikit dengan agak mengancam dikatakan, siapapun yang mencuri agar segera mengembalikan barang ke tempat semula atau ke pondok tertentu. Jika tidak balik, dalam 3 hari ke depan, akan diadakan Yasinan 41 orang, dan itu bisa berakibat fatal kepada pelaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun