Guru Alternatif
Aku rasa, perlu ada jalan tengah atau alternatifnya. Ketika, ada kalannya, guru perlu membuka kegagalan dirinya yang manusiawi. Sebagaimana halnya, manusia biasa punya kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dan keterbatasan si guru, perlu menjadi pelajaran bijak buat para siswa. Tinggal, bagaimana mengemas itu. Secara terhormat. Tidak membuat guru ditakuti, sekaligus diremehkan. Pada saat yang sama hubungan akrab terbina, tetapi dengan jarak kehormatan guru. Yang jelas, berbeda dengan siswa. Tidak hanya kelasnya, bahkan usianya.
Jadi, ada baiknya, para guru sedikit atau proporsional mengungkap sisi gelapnya. Paling tidak kegagalan dan kegigihannya di hadapan siswa demi pembelajaran yang lebih bijak dan manusiawi dan sesuai dengan kenyataan.
*)Â Catatan:Â Tulisan ini sebenarnya ditayangkan, Selasa, 28 Maret 2017 17:59:33 Diperbarui: 28 Maret 2017 18:10:31 Dibaca : 103 Komentar : 1 Nilai : 3 Durasi Baca : 2 menit. Dan masuk artikel "Pilihan." Cuma, 1 Komentar di atas berasal dari akun SUSPEND yang tidak sesuai dengan nilai edukasi, pendidikan. Pihak Kompasiana, men-Suspend akun tukang komentar tersebut. Saya pun menghapus komentar akun bersangkutan. Biarpun dihapus, nama akunnya masih tertera di atas. Maka, saya memutuskan menghapus keseluruhan artikel saya ini. Tanpa ada revisi. Kecuali semata gara-gara komentar yang tak sesuai dengan edukasi itu. Maka, tulisan ini dihapus. Dan saya tayangkan ulang, Rabu, 29 Maret 2017. Ilustrasi gambar sebelumnya, diganti dengan gambar di atas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H