Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cinta Itu Tak Sesetia India, Juga Tak Seromantis Barat

15 April 2014   16:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau kita menonton film India pengorbanan seorang aktor sangat kentara. Bahkan untuk mendapati cinta seseorang, sampai ia berdarah-darah dan berkorban mati-matian. Sebaliknya, dalam film Barat hampir tidak ada “kesetiaan” dalam tanda petik. Malahan, perselingkuhan kelaziman dalam film Barat. Lalu, bagaimana kita di Indonesia atau film Indonesia dalam memaknai cinta. Secara umum kita Indonesia lebih mendekati model India daripada Barat. Sebagaimana aktor film India dan Indonesia secara bebas dapat menangis, sedangkan artis film Barat jarang mengekspresikan tangisan.

Kultur itulah yang memengaruhi kita dalam cara mencintai dan dicintai. Seseorang merasa sangat dicintai kalau orang yang mencintainya rela berkorban. Atau sebaliknya, yang mencintai ingin membuktikan betapa cintanya ia dengan rela berkorban dalam bentuk apa pun. Termasuk ada beberapa kasus dalam kultur kita, karena cinta ditolak yang menurut anggapannya ia telah banyak berkorban. Namun, tak berbalas. Akhirnya, bunuh diri. Dengan maksud, orang yang menolaknya merasa menyesal atau iba. Padahal, beberapa orang yang menolak cinta seseorang mendengar kabar orang yang hendak mencintainya bunuh diri, bukan kasihan, melainkan merasa seram. Takut jadi hantu!

Seorang teman wanita bercerita kepada saya tentang temannya, yang sangat mencintai suaminya. Padahal, istri tersebut mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan wanita lain. Tapi, dalam pandangannya ia dapat memaafkannya, karena dia tahu suaminya sangat baik dan suatu saat berubah. Malahan, kata ia tetap harus menunjukkan kesetiaan daripada konflik yang belum tentu bertambah baik.

Sebagai pendengar cerita, kisah mirip seperti itu pernah juga saya dengar. Ketika, wanita umumnya memertahankan hubungan keluarga daripada konfrontasi langsung dengan suami yang jelas berbuat curang. Tapi, secara pribadi, kultur kita yang cenderung ketimuran lebih mengandalkan “kesetiaan” yang salah satu pihak rela lebih berkorban daripada yang lainnya. Kultur Barat sebaliknya, semangat individualis berkembang. Kesetiaan lebih dimaknai hubungan timbal balik, untuk tidak menyebutnya berdasarkan, “keuntungan.” Selama saling menguntungkan hubungan keluarga jalan. Jika buntu, pisah (divorce).

Yang manakah paling baik dan sehat, model India atau model Barat. Saya kira plus-minusnya ada. Cinta harus mengambil jalan tengah dari model cinta yang berlebihan pola India atau Indonesia dan Barat yang mewakili romantisisme tanpa cinta. Memang, kita perlu memilah milih, apa yang baik dalam kultur India atau Indonesia, begitu juga dalam kultur Barat. Dalam pandangan saya, cinta yang sehat tidak sesetia India dan tidak seromantis Barat, tapi di antara keduanya. Jangan kita sampai mati-matian hanya untuk memperoleh atau memertahan hubungan orang yang mencintai kita. Padahal, kita sudah banyak menderita karenanya. Jadi, tinggalkan atau lepas saja. Sebaliknya, hubungan cinta perlu dijalin berdasarkan hubungan kasih yang tulus, bukan romatisisme semata dalam jangka pendek. Atau seperti kata seorang perempuan pada saya: “ Wajahku tampak sangar (Barat), tapi kalau nonton film India menangis juga.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun