Mohon tunggu...
siprianus jemalur
siprianus jemalur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berkontribusi bagi kemajuan daerah melalui tulisan

lahir dan dibesarkan untuk memuja kehidupan meskipun seringkali tidak bersahabat...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunda Kematian Ibu (AKI): Sebuah Refleksi Kritis

17 Desember 2015   23:38 Diperbarui: 18 Desember 2015   01:13 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada keluarga yang relative msikin pekerjaan domestik seperti memasak, memebrsihkan rumah, menimba air, mencari kayu api, mengali ubi di kebun dan sebagainya terpaksa harus dilakukan oleh perempuan hamil itu sendiri dalam rumah tangga. Hal yang sama juga terjadi pada perempuan hamil yang bekerja di sector produktif entah pabrik, pegawai kantor bahkan kantor pemerintah.

Pemberian cuti melahirkan seringkali hanya diberikan pada bulan ke enam sampai dengan ia melahirkan. Bahkan cuti paska melahirkan juga sangat terbatas. Kondisi ini tentu tentu sangat mempengaruhi kesehatan dan risiko kesehatan bagi perempuan. Kondisi ini belum lagi ditambah dengan berbagai kekerasan baik fisik maupun psikis yang dialami oleh perempuan ketika sedang mengandung.

Hemat saya, kondisi-kondisi inilah yang menjadi penyebab utama rentannya ibu hamil ketika melahirkan. Pertama, perempuan adalah pihak yang mengurus rumah tangga/domestik, mengasuh anak, memasak dan sebagainya. Akses perempuan terhadap pekerjaan produktif terbatas, upaya untuk mengembangkan potensi dirinya secara penuh dalam wilayah public dibatasi karena tidak penting baginya bahkan itu dianggap melanggar kodrat.

Lebih mengenaskankan lagi ketika kegiatan perempuan dalam wilayah domestic justru tidak dianggap sebagai sebuah pekerjaan karena tidak menghasilkan uang yang padahal menyita waktu dan tenaga bagi perempuan untuk melakukannya. Terbatasnya akses perempuan pada wilayah public membuat ia terbatas untuk mengakses informasi, skill, pengetahuan termasuk akses terhadap kesehatan mengenai rubuhnya sendiri yaitu kesehatan reproduksinya sendiri, informasi soal kesehatan janin dan sebagainya. Terbatasnya akses perempuan terhadap wilayah public dan produktif membuat ia miskin dan bergantung secara ekonomi pada suaminya.

Ketergantungan ini pada kahirnya berpengaruh terhadap keputusan perempuan dalam menentukan apakah ia dilahirkan di fasilitas kesehatan atau tidak, ditolong oleh dukun atau tenaga kesehatan. Pada kelaurga yang miskin, keputusan ini menjadi probelmatis karena kepala keluarga yang dominan untuk menentukan tempat kelahirannya. pada titik ini, perempuan hamil bukan menjadi pihak yang otonom dan bebas ata dirinya sendiri tetapi ditentukan oleh orang di luar tubuh atau dirinya padahal ini menyangkut hidup dan matinya perempuan hamil. Karena menguatnya kuasa orang lain atas tubuhnya, maka perempuan hamil seringkali terlambat untuk ke fasilitas kesehatan karena birokratisasi keputusan orang di luar tubuhnya.

Karena itu, terlmabatnya perempuan untuk ke faskes bukan karena perempuan itu sendiri tetapi karena orang lain yang berkuasa atas dirinya sendiri. Dengan kata lain, perempuan dipaksakan untuk bodoh dan dibatasi untuk akses informasi kesehatan. Saya kiranya, data buta aksara yang lebih banyak dinominasi oleh perempaun di seluruh Indonesia bertitik tolak dari pandangan dan ideology patriarki ini.

Represifnya kondisi kehidupan perempuan hamil dalam dalam kelaurga, masyarakat dan tempat kerja kemudian diperparah lagi dengan buruknya infrastruktur dan layanan kesehatan dasar bagi perempuan hamil untuk melahirkan. Pada berbagai daerah terutama di kawasan terpencil, akses perempuan hamil terhadap fasilitas kesehatan sangat sulit.

Fasilitas kesehatan juga kadang tidak memadai seperti air bersih yang terbatas, listrik yang tidak ada, rumah tunggu tidak ada, tenaga kesehatan yang tidak ada, layanan medis yang terbatas, tenaga medis yang tidak ramah dan professional dan sebagainya. Karena itu, penyebab kematian ibu yang seringkali disebabkan oleh pendarahan, infeksi dan hipertensi adalah akumulasi dari berbagai kondisi ibu hamil sebelum melahirkan.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, menumpu harapan terlalu besar kepada suami atau kepala keluarga menyebabkan perempuan terpaksa harus keluar dari rumah untuk mendapatkan makanan dan minuman sehari-hari. Karena itu, tidak jarang perempuan yang sudah hamil tua terpaksa harus bekerja keras untuk mempertahankan kehidupan dalam keluarga. Pekerjaan luar rumah ini kemudian diperberat lagi dengan pekerjaan rumah tangga yang harus ia lakukan seperti memasak, mencuci, mebersihkan rumah mengasuh anak dan sebagainya.

Beban ganda kerja ini berimplikasi secara serius terhadap ko ndisi kesehatan tidak hanya terhadap perempuan hamil tetapi juga bayi yang ada dalam kandungannya. Kondisi yang opresif dan represif dalam kehidupan keluarga dan masyarakat inilah yang menjadi cikal bakal rentannya ibu hamil meninggal saat melahirkan. Dengan kata lain, masalah pendarahan, infeksi dan hipertensi adalah akibat lanjutan dari kondisi represifinya perempuan baik fisik maupun psikis ketika hendak melahirkan.

Menguatnya ideology patriarki tidak hanya terjadi pada level rumah tangga tetapi juga pada level public terutama Negara melalui berbagai kebijakan dan regulasi baik pada level pusat maupun level pemerintah daearh. Tidak mengherankan berbagai kebijakan dan program pemerintah cenderung netral terhadap perempuan bahkan pada titik tertentu tidak berpihak atau diskriminatif perempuan. kebijakan dan regulasi yang diskriminiatif ini pada implementasinya de facto tidak menguntungkan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun