God knows I never sought anything in you except yourself. I wanted simply you, nothing of yours.
― Heloise, The Letters of Abélard and Héloïse
Tidak ada batasan yang jelas ketika seseorang mengalami jatuh cinta. Ada banyak kisah cinta yang sering kita dengar entah kisah seorang bangsawan yang jatuh hati dengan rakyat jelata, kisah sepasang manusia yang saling mencintai meski mendapat penolakan dari keluarga karena berbeda keyakinan, atau kisah cinta seorang Cinderella yang bertemu dan jatuh hati dengan putra mahkota kerajaan.
Semua kisah cinta itu ada yang berakhir dengan kebahagiaan dan ada yang berakhir dengan tragedi, bahkan membutuhkan ratusan tahun untuk bersatu kembali.
Kisah Héloïse dan Abélard adalah kisah guru dan murid. Pada jamannya seorang guru seharusnya tidak jatuh cinta dengan muridnya. Hal inilah yang membuat hubungan cinta mereka adalah hubungan terlarang.
Héloïse adalah keponakan dari Fulbert, seorang yang mempunyai posisi gerejawi sebagai canon of the Notre Dame Cathedral. Hubungan perselingkuhan dan cinta mereka berdua telah menjadi sebuah kisah yang legendaris sampai saat ini.
Héloïse dan Abélard adalah salah satu kisah sejarah tentang cinta sejati yang menginspirasi sampai saat ini. Pertemuan mereka berdua dimulai sekitar 900 tahun yang lalu tepatnya pada abad ke 12.
Saat itu Héloïse berusia muda serta berbakat intelektual, berusaha mencari kebenaran dan jawaban atas pertanyaan eksistensi manusia. Pada jaman itu hanya satu orang yang dapat memberikan pendidikan yang ia cari dan itu adalah Abélard. Abélard saat itu adalah salah satu guru dan filsuf yang sangat terkenal di Paris.
Héloïse terpaut 20 tahun lebih tua dari Abélard, meski demikian, Abélard menjadi tertarik dengan Héloïse karena kecerdasannya. Hubungan mereka kemudian berlanjut tidak hanya sebatas hubungan guru dan murid, melainkan hubungan itu tumbuh menjadi hasrat dan cinta. Mereka berdua menyadari bahwa saat itu hukum jelas melarang hubungan tersebut.
Brittany merupakan tempat kelahiran dari Abélard. Untuk melindungi harga diri keponakannya yang telah tercemar dan agar Héloïse bisa kembali ke Paris, Canon Fulbert kemudian mengatur perkawinan rahasia Héloïse dan Abélard. Akan tetapi setelah Héloïse dan Abélard menikah, mereka menemukan kenyataan bahwa rencana Fulbert sebenarnya ingin menghancurkan Abélard dan menjaga Héloïse untuk dirinya sendiri.
Héloïse kemudian menyelamatkan dirinya ke biara di Argenteuil, akan tetapi malang nasib Abélard. Fulbert, percaya bahwa Abélard ingin menyingkirkan Héloïse dengan cara memaksanya untuk menjadi biarawati, bersama dengan sekelompok orang masuk ke kamar Abélard di Paris yang kemudian menyerang dan mengebirinya.
Kejadian yang menimpa Abélard merupakan sebuah siksaan sehingga ia memutuskan untuk tidak melanjutkan profesinya sebagai guru di Notre Dame. Saat itu Canon Bedell meminta kepada Abélard untuk tidak bersikeras bersama Héloïse. Mereka berdua kemudian setuju untuk mengambil tahbisan sebagai biarawan dan biarawati. Dalam hal ini, Héloïse harus merelakan anaknya dan tidak bertemu dengannya lagi.
Kehidupan biara membuat mereka berdua terpisah. Akan tetapi selama 20 tahun terpisah mereka masih saling berhubungan lewat surat menyurat dan cinta mereka terus berkembang. Suatu ketika Héloïse dan Abélard sempat bertemu secara singkat dalam suatu perayaan di Paris.
Saat itu mereka menyadari bahwa cinta yang mereka bagikan satu sama lain adalah alasan dari eksistensi manusia, alasan dari keberadaan manusia. Sebuah jawaban yang dicari oleh seorang Héloïse muda dahulu kala saat ia pertama kali bertemu dengan Abélard. Setelah itu, mereka tidak pernah bertemu kembali.
600 tahun kemudian, Josephine Bonaparte, mengagumi dan merasa tersentuh dengan kisah Héloïse dan Abélard . Ia memerintahkan agar sisa-sisa dari tubuh Héloïse dan Abélard dimakamkan bersama di pemakaman Pére Lachaise, Paris. Dibutuhkan lebih dari 600 tahun agar mereka bisa bersatu kembali. Sampai saat ini, para pengagum Héloïse dan Abélard dari seluruh dunia mengunjungi makam di mana sisa-sisa dari Héloïse dan Abélard beristirahat selamanya bersama-sama.
Sumbangan terbesar dari surat menyurat Héloïse dan Abélard salah satunya adalah sumbangan pemikiran bagi para feminisme radikal abad ke 12 bahkan sampai saat ini. Salah satunya Héloïse menyebut bahwa pernikahan merupakan sebuah ‘kontrak prostitusi’.
Salah satu buku yang saya baca dan merupakan buku yang sangat terkenal antara Héloïse dan Abélard adalah buku yang berjudul The Story of His Calamities.
Jika mengunjungi Kota Paris, jangan pernah melewatkan untuk berkunjungi ke tempat ini. Sebuah pemakaman yang tidak hanya berisi tulang belulang yang terbujur kaku atau menghadirkan suasana mistis yang tenang tetapi dibaliknya berisi sebuah kisah hidup yang luar biasa dan melegenda. Sebuah kisah cinta Héloïse dan Abélard.
Salam,
Si Penjelajah Dunia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H