Mohon tunggu...
Si Penjelajah Dunia
Si Penjelajah Dunia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Regional Manager

Saya alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, pada tahun 2008 sampai 2012 bekerja di atas kapal pesiar Holland America Line-Dianthus International. Saat ini saya telah selesai memperoleh gelar Magister Humaniora di STF Driyarkara. Selamat menikmati kisah-kisah di berbagai kota yang sempat saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Luau Menjadikan Kami Ohana

29 Oktober 2016   14:19 Diperbarui: 29 Oktober 2016   14:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Datang ke Hawai’i tidak akan pernah sempurna tanpa mengunjungi Luau. Berbagai perayaan atau pesta di seluruh dunia biasanya dilakukan untuk menandai berbagai acara penting, akan tetapi Luau merupakan perayaan yang unik jika saya ingin merasakan seperti apa kebudayaan asli orang-orang Hawai’i. Orang-orang Polinesia terutama orang Hawai’i sebelum berhubungan dengan dunia barat sudah mengenai perayaan penting yang mereka sebut  ‘aha’aina.  Kata ‘aha‘aina berasal dari kata ‘aha – berkumpul dan ‘aina – makanan. Perayaan  ‘aha‘aina bagi orang Hawai’i adalah perayaan penting untuk merayakan entah kemenangan perang, selesainya pembuatan perahu, pencapaian-pencapaian tertentu, dan lain-lain. Perayaan ini biasanya dilakukan bersama dengan teman dan keluarga.

Picture of Old Lahaina Luau
Picture of Old Lahaina Luau
Pada awalnya sebelum abad ke-19, ‘aha’aina juga bagian dari praktek religius dimana ada beberapa makanan tertentu yang hanya boleh dimakan. Baik laki-laki dan perempuan dalam perayaan itu juga dipisah. Akan tetapi pada tahun 1819, Raja Kamehameha II mengakhiri praktek religius ‘aha’aina dan membuat perayaan dengan makan bersama perempuan. Dengan demikian, Raja Kamehameha II memberikan perayaan baru atau yang dikenal saat ini dengan nama Luau. Luau berarti pohon talas dan nama ini diambil dari nama makanan yang sangat terkenal dalam perayaan ini yaitu Lu’au Kalo. Lu’au Kalo merupakan makanan yang disajikan dengan ayam dan daun talas yang dimasak dengan santan.

dsc01857-jpg-58144cb94523bd9d3ac7c20e.jpg
dsc01857-jpg-58144cb94523bd9d3ac7c20e.jpg
Saya menikmati kebersamaan Luau bersama dengan Vincent, Adam, Courtney, Kristen dan Megan pada tahun 2009 di Lahaina, Hawai’i. Pada dasarnya Luau merupakan perayaan pribadi bersama-sama dengan orang dekat dan masih dilakukan sampai hari ini di Hawai’i. Akan tetapi pengalaman Luau bisa saya rasakan di Lahaina, Hawai’i di tempat bernama Old Lahaina Luau. Tiket masuknya juga lumayan mahal sekitar USD 100 akan tetapi hal ini sebanding dengan pengalaman saya menikmati kunjungan ke Hawai’i. Secara tradisional, cara makannya di atas lantai dan dialasi dengan daun dari pohon hala, sejenis tumbuhan palem yang sering saya temukan di dekat pantai atau di hutan di kepulauan Hawai’i. Akan tetapi sekarang Luau disesuaikan dengan kunjungan turis menggunakan meja atau lesehan. Perayaan Luau juga merupakan perayaan yang dihadiri oleh ratusan bahkan kadang ribuan orang. Makanan yang disajikan adalah makanan tradisional yang jelas berbeda dan punya rasa yang lezat.

dsc01832-jpg-58144cd1d99373ae18a353bb.jpg
dsc01832-jpg-58144cd1d99373ae18a353bb.jpg
Menu makanan yang disajikan saat itu antara lain:

Pua’a Kalua adalah daging babi panggang yang ditutupi dengan daun pisang dan dimasak dengan batu panas sambil ditimbun dengan pasir pantai. Jadi cara memasak Pua’a Kalua seperti memanggang daging babi dengan oven panas di dalam tanah. Makanan ini adalah makanan paling top di Luau.

Picture of Old Lahaina Luau
Picture of Old Lahaina Luau
Laulau sesuai dengan namanya adalah bundelan daging babi yang dibungkus dengan daun talas yang dimasak sampai dagingnya empuk.

I’a berbahan utama ikan yang dimasak khas dengan bumbu dari pulau Maui.

Pipi Ko’ala atau yang saya kenal dengan steak sapi panggang.

Chicken Long Rice adalah menu yang tidak asing buat saya yang biasa dikenal dengan sup ayam yang disuwir dan dimasak bersama  dengan soun dan irisan daun bawang.

Moa lebih tepatnya ayam yang direndam dan diasinkan kemudian dipanggang dengan minyak wijen.

dsc01860-jpg-58144cf9d993735a18a353c2.jpg
dsc01860-jpg-58144cf9d993735a18a353c2.jpg
Mea’ai Ola Pono atau yang biasa saya kenal dan banyak ditemukan di bogor yaitu talas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun