Mohon tunggu...
Fachrur Rozi Nasution
Fachrur Rozi Nasution Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

>> Saya hanya lah kumpulan Hari - hari yang sesungguhnya jika hari berkurang maka berkurang juga umur saya. >> Saya sering menghabiskan waktu di depan layar laptop berjam-jam untuk online dan atau membaca ebook. >> Founder & CEO https://tokoandalan.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

O’Jokowi’E Presiden, Karena Indonesia Lebih Membutuhkan Prabu’owo Untuk Menjadi Presiden!

12 Mei 2014   01:27 Diperbarui: 25 Mei 2018   07:27 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Kompasiana…

Seperti diketahui, beberapa partai telah melakukan sosialisasi masing-masing capres dan cawapresnya. Misalnya Partai Gerindra mengusung Prabowo Subianto, Partai Hanura mengusung Wiranto dan Hari Tanoe, Partai Golkar mengusung Aburizal Bakrie, dan Partai Demokrat tengah melakukan pengkajian capres melalui konvensi.

Karena jika tidak ada halangan, pada tanggal 18-20 Mei nanti KPU akan membuka pendaftaran Capres-Wacapres. Tidak adanya partai politik (parpol) yang memenuhi kuota (20%  kursi atau 25% suara) pada pemilihan legislative 9 April lalu maka, suka tidak suka para parpol itu harus mencari koalisi dengan partai lain. Dan sejauh ini yang sudah mencukupi quota adalah PDI-P (PDI-P berkoalisi dengan NASDEM dan PKB). Karena jika dijumlahkan berdasarkan perolehan suara masing-masing partai diatas berdasarkan hasil dari rekapitulisai KPU (Komisi Pemilihan Umum) pada pemilihan 9 April lalu adalah NASDEM 6.72%, PKB 9.04% dan PDI-P 18.95% jumlah total suaranya adalah 34.71%.

Jumlah 34.71% tersebut sudah lebih dari cukup untuk mengajukan capres oleh PDI-P. Dan berdasarkan surat perintah harian dari ketua Umum PDI-P (Megawati Sukarno Putri) pada hari Jum’at tanggal 14 bulan Maret lalu atau bertepatan dengan 2 hari sebelum dimulainya kampanye terbuka calon anggota legislative, parpol ini akan mengajukan Jokowi sebagai Capres.

Penetapan Jokowi sebagai calon presiden dari PDIP sesunguhnya tidak terlalu mengejutkan. Karena berdasarkan bebarapa survei yang rutin diselenggarakan oleh berbagai lembaga survey, Sosok Jokowi tidak jarang keluar sebagai pemenang suara terbanyak yang diinginkan oleh konstituen untuk menjadi RI1. Sekalipun hasil survey yang dilakukan oleh lembaga survey ini belum tentu sesuai dengan kenyataan, tapi paling tidak hasil survey bisa menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan bagi PDIP untuk memberikan kepercayaan kepada Jokowi menjadi capres.

Membahas popularitas Jokowi sebenarnya tidak lepas dari figur presiden SBY. Sepuluh tahun yang lalu, SBY sang jendral dengan gaya yang lemah lembut dan selalu santun dalam berbicara, bertindak penuh kehati-hatian, dan selalu tampil berwibawa dengan tampilan formal memukau rakyat indonesia. Puncaknya ketika pemilihan presiden tahun 2009 walaupun sangat banyak serangan politik diarahkan kepadanya namun dengan sikapnya yang menghadapi masalah dengan sabar seakan serangan-serangan dari lawan politiknya mental begitu saja, sehingga meraih kemenangan meyakinkan 60 % suara. Namun tetap dianggap oleh masyarakat SBY gagal mensejahterakan rakyat.

Terkait pencapresan jokowi ini. yaitu jauh hari sebelum keluarnya surat perintah harian Megawati kepada Jokowi. Jokowi sendiri selalu menghindar untuk menanggapi pertanyaan awak media yang mempertanyaan kesiapannya kelak sebagai capres. Kala itu Jokowi berdalih ingin focus terhadap Jakarta baru sesuai dengan janji kampanyenya dulu saat maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Selain jawabannya yang ingin focus terhadap Jakarta, Jokowi sendiri selalu mengatakan tidak mikir, tidak mikir, dan tidak mikir.

Atas jawabannya tersebut, banyak masyarakat berpikir bahwa Jokowi tidak akan maju sebagai capres sebelum selesai PR nya di untuk Jakarta Baru. Namun, siapa sangka ternyata Jokowi dengan bersuka cita menerima surat perintah harian Ketum PDIP untuk maju sebagai capres yang diusung oleh PDIP. Janjinya terhadap Jakarta baru hanyalah tingal janji. Janji-janji yang sering di ucapkan oleh para politikus untuk meraih suara konstituen yang setelah ambisinya tercapai maka akan lupa terhadap janjinya itu.

Jokowi sendiri dianggap sebagian kalangan mengingkari janjinya untuk menuntaskan tugas sebagai Gubernur DKI. Tapi sebagian kalangan juga berharap Jokowi menjadi presiden karena rekam jejaknya yang bersih, sederhana dan merupakan figur pemimpin yang berani terjun ke bawah dan mendengarkan aspirasi masyarakat secara langsung.

Buat masyarakat yang mendukung pencapresan Jokowi perlu mempertimbangkan dukungannya secara matang-matang. Jangan sampai Jokowi di SBY kan (awalnya dipuja-puji, kemudian dicaci-maki). Disamping itu masyarakat juga perlu kembali melihat rekam jejak Jokowi, baik sebagai pemimpin Kota Solo maupun saat memimpin Jakarta.

Sebelum menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta yang resmi dilantik pada hari Senin Tanggal 15 Oktober tahun 2012 lalu untuk priode 2012-2017, Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo. Seharusnya Jokowi menjabat walikota Solo masih satu tahun lebih lagi. Namun, karena diminta untuk mencalonkan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Jokowi meninggalkan tanggung jawabnya di kota Solo dan menerima tawaran tersebut.

Lebih miris dan memprihatinkannya lagi adalah, Jokowi sebagai walikota Solo kala itu tidak langsung mengundurkan diri sebagai walikota saat pertarungan perebutan gubernur-wagub di DKI. Jokowi hanya mengajukan cuti untuk sementara waktu, guna mengikuti proses pertarungan itu. Barulah setelah keluar pengumuman gubernur terpilih, Jokowi mengajukan surat pengunduran diri. Padahal kala itu banyak kalangan meminta Jokowi untuk mundur dari jabatan walikotanya. Namun permintaan ini dihiraukan oleh Jokowi (Sumber: Disini dan disini). Dari sini jelas terlihat bahwa Jokowi tidak gentlemen dan takut kalah dipertarungannya memperebutkan kursi gubernur. Jika dilihat dari hitung-hitungan dagangnya ala para politikus seperti Jokowi ini: “kalah memperebutkan kursi gubernur di DKI Jakarta masih bisa pulang kekota Solo dan menjabat  lagi Walikota Solo”.

Ternyata hal seperti diatas juga kembali dilakukan oleh Jokowi. Pada saat ini Jokowi menjabat sebagai Gubernur untuk priode jabatan 2012-2017, dan akan maju sebagai capres dari PDIP. Jokowi yang resmi dicapreskan oleh PDIP hanya mengajukan izin cuti panjang guna mengikuti proses pencapresannya. Hukum dagang ala para politikus ini juga masih dijalankan oleh Jokowi bahwa  “kalah memperebutkan kursi RI1 masih bisa mencabut hak cutinya dan kembali menjabat DKI Jakarta”. Hal seperti ini terjadi karena ketidak percaya dirian seorang Jokowi untuk memenangkan kursi RI1. Disamping itu tentunya juga karena adanya ambisi dari seorang Jokowi untuk mendapatkan jabatan sebanyak-banyaknya laiknya SBY (Disamping Presiden RI, masih menjabat ketua Umum Demokrat, ketua DPP, dll). (Sumber: Disini)

Prilaku diatas tentunya sangat tidak bagus untuk dicontoh dan diapliasi dalam kehidupan. Karena hanya merasakan enaknya saja. Disamping itu, yang perlu diperhatikan sebelum menjatuhkan dukungan suaranya terhadap Jokowi adalah permasalahan yang sangat besar di Negara Indonesia ini sendiri. Sulit kiranya untuk diri seorang Jokowi memikul jabatan sebagai Presiden RI. Hal ini karena pengalaman dari seorang Jokowi belumlah banyak.

Permasalahan dinegara Indonesia ini tidak hanya sebatas memikirkan banjir, macet dan tata kota yang memang sudah amburadur. Melainkan juga adalah masalah hubungan International, kekukatan militer, kesatuan Negara yang harus tetap utuh, kemiskinan, pengangguran.

Jika media sedikit objektif saja pada diri seorang Jokowi, maka akan kelihatan kekurang mampuan Jokowi memimpin Jakarta. Seperti halnya pengadaan transjakarta yang digembar-gemborkan oleh Jokowi ternyata tidaklah seperti yang diharapkan. Karena beberapa hari setelah beroperasinya transjakarta itu, sudah mulai rusak sana-sini (pada tokoh pejabat lain biasanya media ini akan menyalahkan orang nomor satu dalam structural jabatan tertingginya, namun ketika hal ini terjadi kepada Jokowi, media seakan telah dikomando, menyalahkan anak buahnya Jokowi). Atas kerusakan transjakarta ini, Jokowi seakan cuci tangan dan menyalahkan anak buahnya. Jakarta Sehat yang sampai sekarang belumlah maksimal penerapannya dilapangan. Pendidikan gratis buat warga Jakarta, dan lain sebagainya.

Maka dari itulah untuk 2014 ini,  O’Jikowi’E (Ojo Jokowi dalam bahasa Indonesia jangan Jokowi) yang menjadi presiden. Dan kita dukung Jokowi untuk belajar lebih banyak lagi, serta kita dukung Juga Seorang Jokowi untuk merealisasikan janji-janji kampanye dan membuktikan dirinya bahwa Jokowi beda dari politikus yang lain.

Lantas bagaimana dari seorang Prabu’owo (Prabowo)? Apakah pantas Seorang Prabowo menjadi Presiden? Apakah Indonesia lebih membutuhkan prabowo menjadi presidennya ketimbang Jokowi?

Jawabannya; “ia”. Untuk saat ini Indonesia akan jauh lebih membutuhkan seorang Prabowo menjadi presiden. Pengalaman dari seorang Prabowo dalam memimpin kopasus adalah modal besar untuk diemplementasikan untuk memimpin Indonesia. Nama Prabowo Subianto Populer saat menjadi Danjen Kopasus, dan yang terheboh saat dia dipecat dari TNI karena dianggap membangkang dari garis komando TNI dan dituh sebagai tokoh utama kasus penculikan, penculikan dan pembunuhan 23 aktivis, sampai sekarang 11 orang diantaranya masih dinyatakan hilang.

Kasus yang dituduh diatas sesungguhnya sangat berat dihilangkan dari seorang Prabowo. Sekalipun Prabowo sudah membantahnya berkali-kali bahwa dalang dari penculikan itu bukanlah dirinya. Dan bahkan sekalipun prabowo kembali menantang para penuduhnya untuk membuktikan kebenaran dari perkataannya. Prabowo sendiri sangat menyayangkan isu negative yang alamatkan kepadanya, tanpa ada pihak-pihak yang membawa kasusnya kepengadilan. Seharusnya menurut Prabowo, pengadilan yang berhak menentukan kebenaran dari kasus ini. namun orang-orang hanya menyampaikan kemedia, sehingga menjadi konsumsi media.

Karena kasus diatas juga Negara Amerika Serikat hingga saat ini mencekal Prabowo memasuki Negara ini. untuk hal ini, kita seharus perlu kritis. Pasalnya, mereka (AS) yang memproklamirkan diri sebagai pejuang HAM nyatalah adalah gurunya pelanggar HAM. Karena telah melakukan pembersihan etnis suku Indian penduduk asli Amerika dan menduduki tanah leluhurnya, serta membantai jutaan rakyat tidak berdosa sebagaimana terjadi di Irak, Afghanistan, Somalia, dan sebagainya. Jadi, bisajadi mencekalan prabowo memasuki Negara Prabowo, karena rasa takutnya mereka terhadap sosok yang pemberani ini.

Prabowo sekalipun lahir dari golongan kelas atas, namun tidak sungkan untuk terjun langsung kelapangan memantau para petani, dan lainnya. Jadi, hal seperti ini bagus untuk kemajuan Indonesia ini. Pengalaman militernya juga sangat dibutuhkan untuk menjaga keutuhan Negara Indonesia, serta pengalamannya memimpin berbagai macam organisasi pascah lengser dari militer juga sangat bagus. Terlebih lagi Prabowo yang berasal dari golongan atas ini, tidak akan memikirkan nasipnya sendiri, karena memang untuk masalah material beliau sudah lebih dari cukup. Dan yang terakhir karena umurnya tidak bisa dikatakan muda lagi, diharapkan beliau benar-benar mengapdikan diri untuk bang dan Negara Indonesia ini untuk kemajuan, kemakmuran serta keutuhan Negara.

 

Wallahu’alam


By: Founder & CEO Tokoandalan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun