Mohon tunggu...
Jawari Mafnun
Jawari Mafnun Mohon Tunggu... Konselor Sekolah -

Konselor sekolah yg suka masak dan makan =D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Kesejahteraan Guru

18 Februari 2016   09:41 Diperbarui: 18 Februari 2016   10:04 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Harapan saya, guru honorer juga disamakan dengan pekerja dan PNS lainnya, diikutkan dalam program BPJS baik Kesehatan maupun Ketenagakerjaan, karena kami sama, untuk tingkatan/kelasnya bisa disesuaikan dengan masa kerja. Toh dana untuk BPJS sebagian di potong dari gaji pekerja, sementara sebagian lagi baru diambil dari dana perusahaan/ tempat bekerja. Jadi jika guru honorer diwajibkan untuk diikutkan dalam program BPJS juga tidak akan terlalu memberatkan pemerintah

3. Dengan kondisi perekonomian biaya tinggi seperti sekarang ini, dimana harga kebutuhan membumbung tinggi, sementara honor guru honorer sekali lagi tergantung pada kemampuan masing-masing sekolah. Saya rasa pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah bisa bekerja sama dengan pemilik usaha untuk memberikan kontribusinya untuk membantu guru honorer. Tidak perlu membuat program baru, kartu diskon untuk guru, tapi bisa memanfaatkan kartu pengenal yang dikeluarkan sekolah masing-masing, atau memanfaatkan kartu Identitas PTK dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional yang harus kami cetak setiap semesternya. Yang mana sampai sekarang saya masih belum paham kegunaannya untuk apa, selain sebagai kartu identitas tentu saja. Katakanlah memanfaatkan kartu identitas tersebut sebagai kartu diskon. Mungkin terdengar aneh dan menggelikan, namun kenapa tidak. Sejauh ini yang memberikan perlakuan tersebut adalah toko buku Gramedia, namun sayangnya hanya saat tertentu saja (kalau tidak salah Hari Pendidikan Nasional dan Hari Guru). Dengan berpartisipasinya pemilik usaha menjadi bukti nyata kepedulian masyarakat terhadap kesejahteraan guru honorer dan sedikit banyak membantu meringankan beban pemerintah dalam kewajibannya menyejahterakan guru honorer.

 

Kesimpulan:

Sampai sekarang, gema sanjungan kepada guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, guru sebagai penentu masa depan, guru sebagai agen perubahan, dll, dll segala macam sebutan dan sanjungan tidak henti-hentinya diberikan kepada guru. Berbagai macam kegiatan simbolis diadakan saat peringatan Hari Guru dan Hari Pendidikan Nasional, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Dari mulai cium tangan sampai dengan membasuh kaki guru. Namun segala macam bentuk sanjungan dan juga kegiatan simbolis tersebut hanyalah bersifat maya. Guru honorer juga manusia biasa, dengan segala macam tuntutan hidupnya Sudah selayaknya dan seharusnya pemerintah memperhatikan kesejahteraan semua guru, termasuk guru honorer. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun