Ini negara kesatuan, bukan negara Agama yang sistem tafsiran dibawah didalam berpolitik?
Dimana Nilai kedewasaan seseorang bila Agama menjadi patokan dalam berpolitik?
Yang menjadi bodohnya lagi, sang pemuka Agama ikut mengajak kaumnya, untuk bersikpa SARA, tidak mengajak untuk bersatu dengan agama yang lain, dimana letak sebagai pemimpin Agama yang mengajarkan nilai luhur kepada kaumnya?
Jika kita hanya patokan pada satu agama saja, maka kita mendirikan negara yang berdasarkan agama saja.
Pemimpin sejati, pemimpin yang mengajak untuk bersatu bukan untuk memecahkan.
Masih berlaku ka SARA ditengah zaman modern ini yang menilai seseorang dari kualitas seseorang bukan dari agama, suku dan ras bangsa itu?
Kalo seperti itu, maka kapan kita maju dan berkembang???????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H