Mohon tunggu...
Sintya Fatima
Sintya Fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

saya adalah mahasiswi aktif jurusan Bimbinngan dan Konseling di Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosial Media dan Kesehatan Mental Remaja

21 November 2022   10:39 Diperbarui: 21 November 2022   11:25 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disini saya akan membahas mengenai pengaruh social media terhadap kesehatan mental pada remaja.

Seperti yang kita ketahui pada era digitalisai sekarang ini semua orang mengenal gadget dan bahkan hampir semua orang tidak terlepas dari gadget, hal ini merujuk pada penggunaan social media. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa bahkan orang tua pun menggunakannya, paling tidak memiliki akun WhatsApp. Karena penggunaannya tidak dibatasi oleh apapun, membuat kita dengan mudah dapat mengakses dan melakukan apa saja yang kita inginkan di media sosial kapan saja dan dimana saja. 

Sebelumnya apasih yang dimaksud dengan social media? Secara singkat social media  atau media sosial adalah sebuah wadah yang digunakan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi seacara online tanpa adanya batasan baik ruang maupun waktu. Contoh media sosial yang sedang booming ada TikTok, Instagram, dan Youtube, serta media sosial yang lain ada WhatsApp, FaceBook, podcast, twitter dan masih banyak lagi.

Berdasarkan riset oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, pengguna media sosial terbanyak adalah remaja dengan presentase mencapai 75,50% dan mengalami kenaiakan tiap tahunnya. Remaja dalam teori sosio emosianal oleh Erikson adalah seseorang berusia 12-20 tahun yang sedang mengalami pencarian diri. Remaja adalah sebuah fase dimana seorang tidak lagi dianggap anak-anak namun juga belum dianggap dewasa. Pada fase ini remaja akan mengalami  banyak sekali gejolak serta perubahan yaitu berupa fisik, emosi dan juga psikis.

Bagaimana media sosial dapat mempengaruhi mental remaja? Media sosial merupakan konsumsi para remaja dalam kehidupan setiap harinya sehingga menjadikan media sosial sebagai stimulus yang mempengaruhi emosi juga pikiran mereka. Ketika mengakses media sosial kita dapat merasakan berbagai emosi  di waktu yang berdekatan. 

Misalnya saat membuka tiktok, kita tertawa saat melihat video lucu namun ketika lanjut scroll dan terdapat video lain yang menunjukan musibah yang dialami seseorang membuat kita langsung merasa sedih. Dalam teori kognitif tentang emosi dijelaskan bahwa emosi adalah bentuk interprestasi kognitif yang berasal dari rangsangan emosional dari dalam maupun luar tubuh. Emosi ini dapat berupa rasa senang, sedih, tidak suka, cemas atau kecewa. 

Dalam media sosial kita dapat melihat apa saja yang di posting atau diunggah oleh orang lain. Sementara seseorang akan cederung membandingkan dirinya dengan orang lain, hal ini lah yang kemudian mendorong timbulnya pikiran-pikiran negatif seperti "kenapa aku ga bisa kayak dia?" "kok aku gini gini aja sih".  Pikiran-pikiran negatif tersebut akan memunculkan emosi negatif yang apabila tidak dapat dikendalikan dapat menjadi tekanan sehingga mengganggu kesehatan mental. 

Berikut adalah beberapa gangguan kesehatan mental yang sering terjadi

A. Stress

Yaitu dimana seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik secara mental maupun emosional. Stress merupakan reaksi adaptif yang bersifat individual sehingga berbeda-beda pada tiap orang. Kenapa media sosial dapat membuat stress? Dengan adanya trend-trend baru membuat kita berpikir bahwa kita harus selalu update dan berusaha mengikuti. Selain itu postingan orang lain yang menunjukkan hidupnya yang enak atau pencapaiannya membuat kita iri dan menuntut diri kita sendiri agar bisa seperti mereka. Padahal yang mereka tunjukan hanya sebagian dari dirinya kita tidak tahu apa saja yang sebenarnya mereka alami. Juga saat kita melihat unggahan orang lain baik foto atau video, kerap kali kita membandingkan diri kita dengan mereka "kok aku ga cantik kayak dia" "ih ko mereka pada keren ga kaya aku". Apabila kita tidak bisa memenuhi tuntutan itulah yang menjadi pemicu kuat munculnya stress. Orang yang mengalami stress biasanya akan merasa gelisah dan suasana hati mudah berubah.

B. Gangguan Kecemasan

Yaitu seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan rasa cemas. Rasa cemas ini muncul secara berlebihan dan konstan (sering terjadi). Rasa cemas sebenarnya adalah hal yang normal sebagai bentuk respon akan suatu hal tertentu. Namun apabila rasa cemas ini kerap muncul hingga mengganggu aktivitas berupa gelisah, takut berlebihan, tidak percaya diri bahkan sulit berkonsentrasi merupakan tanda dari gangguan kecemasan. Gangguan kecemaasan akibat media sosial dapat muncul karena pikiran kita sendiri, misalnya ketika kamu akan mengunggah foto di instragram kamu akan berpikir beribu kali "ini alay gasi?" "orang lain mikir aku norak ga ya?" "aku bakal diomongin ga ya?" dan pikiran-pikiran negatif lain sampai pada akhirnya tidak jadi mengunggahnya. Padahal sebenarnya itu hak kita untuk menguanggah apa saja pada akun pribadi, lagi pula banyak orang sebenarnya tidak terlalu memperdulikan apa yang kita unggah. Selain itu gangguan kecemasan ini juga dapat muncul karena seseorang pernah mengalami pengalaman buruk di media sosial, misal mendapat komentar body shaming saat menggunggah foto.

C. Depresi

Menurut Rathus (Lubis, 2009:13) orang depresi biasanya mengalami gangguan yaitu  berupa emosi, motivasi, tingkah laku juga pikiran. Depresi merupakan tahapan lebih serius setelah mengalami stress. Orang yang depresi akan merasa sedih, putus asa bahkan sudah tidak memiliki harapan akan kehidupan. Jadi tekanan yang dialami sudah mencapai batas sehingga tidak memiliki harapan lagi. Ketika kamu sudah merasa tertekan dengan tuntutan atas ekspektasimu karena membandingkan diri dengan orang lain sementara kamu masih saja memberikan update-update mengenai kehidupan orang lain yang hidup dalam keinginannmu, dan kamu belum bisa mencapainya dapat membuat semakin tertekan, rasa iri yang muncul semakin besar hingga membuat sedih yang berlarut dan merasa bahwa hidupmu membosankan. Selain itu sama halnya dengan gangguan kecemasan pengalaman buruk yang dialami di media sosial dapat menjadikan trauma yang mendalam hingga tidak ada semangat lagi.

Berikut beberapa dampak ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan mental seperti yang diatas, diantaranya:

1. Kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu

2. Sulit berkonsentrasi

3. Sulit dalam mengambil keputusan

4. Prestasi belajar menurun

5. Kurang berinteraksi dengan orang lain menjadi pendiam dan menyendiri

6. Tidak dapat mengendalikan emosi

7. Hilang nafsu makan atau sebaliknya, makan jadi lebih banyak

8. Mudah lelah dan sulit tidur

9. Sedih yang berlarut

10. Berfikir untuk menyakiti diri sendiri

Selain itu gangguan kesehatan mental juga berdapampak pada fisik seseorang. Dampak fisik yang mungkin terjadi diantaranya:

1. Badan terasa lemah dan lesu

2. Pusing dan sakit kepala

3.  Hipertensi

4. Badan gemetar dan jantung berdebaar

5.  Nyeri dada

6. Perubahan hormonal misal pada wanita siklus menstruasinya berubah

7.  sesak napas.

Maka dari itu sebagai remaja pengguna aktif media sosial hendaknya kita melakukan sesuatu agar terhindar dari gangguan kesehatan mental. Apa saja yang dapat dilakukan?

1. Mengurangi durasi bermain media sosial. 

Dilansir dari Halodoc.com. (2021, Oktober 12). Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam setiap harinya beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk bermain media sosial semakin banyak pula peluang kita melihat berbagai postingan yang mendorong munculnya berbagai emosi serta pikiran negatif.

2. Stop membandingakan diri dengan orang lain

Seperti yang sudah dibahas diatas seseorang akan cenderung membandingakn dirinya dengan orang lain. Apa yang di unggah di sosial media belum pasti sesuai dengan kehidupan aslinya. Kita juga tidak tahu selengkapnya tentang apa saja yang sebenernya mereka alami tetapi tidak di unggah di media sosial. Maka dari itu stop membandingkan diri dengan orang lain karena itu hanya akan merugikan diri kita sendiri. 

3. Percaya bahwa setiap orang memiliki waktunya masing-masing

waktu yang dimaksud disini ialah kapan waktu seseorang bisa mencapai sesuatu  yang dia inginkan. Setiap orang memiliki keunikannya masing-masing begitupula dengan waktu semua orang punya waktunnya masing-masing. Kita tidak dapat membanding diri kita dengan orang lain meskipun terlihat sama, bisa saja proses yang dijalani berbeda karena ada banyak faktor yang mempengaruhi. jadi nikmatilah perjalan selama berproeses jangan memberikan tekanan pada diri sendiri.

4. Melakukan hal lain yang lebih produktif

kita dapat melakukan hal produktif sesuai hobi kita. dengan ini kita dapat mengurangi durasi pengunaan media sosial, seperti yang telah dijelaskan pada poin pertama durasi menjadi faktor yang berpengaruh. Beberapa hal mungkin bisa dilakukan seperti membaca buku, berolahraga, membuat karya tangan atau memasak. Dengan ini kita akan teralihkan untuk tidak membuka media sosial terus menerus.

Jadi gunakanlah media sosial sebaik-baiknya agar dapat menikmati mafaat positifnya. Karena pada dasarnya segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun