Ada banyak faktor mengapa seorang pemimpin bisa menempati hati rakyat. Salah satu faktor utama adalah kesesuaian pikiran dan keberpihakan. Itulah yang kita bisa lihat dari Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah nomor urut 3, Agustiar Sabran dan Edy Pratowo. Mereka datang dengan Kartu Huma Betang Sejahtera---program konkret yang siap membawa Kalteng lebih maju.
Pimpinan Muhammadiyah Kabupaten Katingan, Leda Al Muqsith, sudah menaruh harapannya di bahu Agustiar-Edy. Mereka percaya, pasangan ini bukan tipe pemimpin yang datang hanya untuk mencuri mimpi dan meninggalkan rakyat di tengah jalan. Ada keyakinan bahwa Agustiar-Edy bukan politisi obral janji, tapi seseorang yang tahu bagaimana rasanya hidup di tengah rakyat---tahu mana yang benar-benar mereka butuhkan.
Program Kartu Huma Betang Sejahtera ini tampaknya memang didesain untuk menjawab itu: uang tunai dua juta rupiah per kepala keluarga, akses pendidikan dan kesehatan gratis, serta sembako murah. Apa yang lebih rakyat butuhkan selain ini? Semua ini terdengar seperti lagu merdu di tengah pasar yang ramai dengan keluhan. Janji ini, bila benar-benar terlaksana, bisa menjadi bukti bahwa pemerintah bukan sekadar papan reklame besar di pinggir jalan, tapi benar-benar hadir dalam dapur dan kantong rakyat.
Kedekatan antara Agustiar-Edy dan masyarakat menjadi fakta tak terbantah. Sebelum ini, mereka memang sudah menyelami panggung politik dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat Kalteng sebagai navigasi dari tiap-tiap tindak tanduk mereka. Agustiar dan Edy yang memang memiliki kedekatang personal dengan masyarakat Kalteng, adalah representasi pas dan layak untuk menjadi ujung tombak keberlanjutan pembangunan Kalteng.
Leda Al Muqsith mungkin melihat sesuatu yang lebih dalam pada pasangan ini---bahwa mereka bukan pemimpin yang hanya pintar bersolek di masa kampanye. Rakyat butuh kepastian bahwa Huma Betang Sejahtera ini bukan ilusi yang dibagikan hanya untuk meraup suara. Karena janji politik yang tak ditepati lebih menyakitkan daripada tak ada janji sama sekali. Dan sekali rakyat merasa dikhianati, kepercayaan itu akan pergi dan tak pernah kembali.
Tetapi hidup, seperti perjalanan di hutan Kalimantan yang rimbun, selalu penuh liku. Ada harapan, ada ketakutan, tapi selalu ada pilihan. Agustiar-Edy menawarkan jalan yang terdengar menjanjikan---membangun Kalteng dengan keberpihakan nyata kepada rakyat. Jalan ini bukan tanpa tantangan. Tapi selama mereka tahu arah, selama janji-janji itu benar-benar diperlakukan seperti janji kepada keluarga sendiri, maka setiap kesulitan akan terasa lebih ringan.
Masyarakat Kalteng, dengan segala kerumitan hidupnya, tidak butuh pemimpin sempurna. Mereka butuh pemimpin yang mau berjalan bersama, bukan berdiri di podium memberi arahan dari jauh. Jika Agustiar-Edy benar-benar mampu melakukan itu, maka Kalteng tidak hanya akan maju, tapi juga kembali merasakan makna sejati dari kepemimpinan yang jujur dan merakyat.
Pada akhirnya, pilihan ada di tangan rakyat. Setiap pemilihan adalah momen menguji harapan---momen di mana orang harus memilih kepada siapa tumpuan kepercayaan mereka itu akan berlabuh. Dan dalam setiap pilihan, ada harapan yang terus bergantung pada keajaiban: bahwa janji kali ini akan benar-benar menjadi kenyataan. Keyakinan itu tepat berada pada pasangan Agustiar-Edy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H