Mohon tunggu...
Sintya Resti Yulita
Sintya Resti Yulita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sintya Resti Yulita, Lahir di Trenggalek 19 Juli 2001- Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buah Kesabaran

18 Mei 2022   17:16 Diperbarui: 18 Mei 2022   18:13 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BUAH KESABARAN

Udara hari ini begitu dingin menusuk tubuh. Hujan perlahan turun. Terdapat gadis cantik sedang memandang rintik-rintik hujan yang mengalir di jendela kamarnya. Tasya namanya. Setiap hari adalah hari yang berat baginya. Sedih dan tangis hampir setiap hari dirasa. Ia tinggal bersama ibunya.

" Sya...Tasya..!". ibu memanggil Tasya dengan suara pelan.

" Iya, ada apa bu?".

"Tolong ambilkan ibu minum !".

Tasya bergegas menuju dapur. Tak lama kemudian Tasya menyiapkan makan dan obat-obatan untuk ibunya yang sedang sakit. Tasya adalah anak satu-satunya. Dia baru saja lulus dari SMA. Tasya memiliki cita-cita ingin berkuliah di universitas yang bagus. ia adalah salah satu siswa yang berprestasi. Akan tetapi dengan keadaan ibunya yang sakit dan tidak memungkinkan untuk bekerja, sehingga Tasya harus menggantikan ibunya untuk bekerja.

            " Sya, kamu jadi jualan hari ini?". Tanya ibu.

            " Jadi bu. Tasya sudah menyiapkan semuanya!".

Setiap pagi Tasya menyiapkan 50 bungkus nasi uduk untuk dijual. Sbelum berangkat tak lupa berpamitan kepada ibunya.

Setiap hari Tasya ke pasar untuk membeli kebutuhan untuk berjualan. Meskipun sibuk berjualan, ia tidak lupa akan kewajibannya sebagai seorang anak untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Apalagi keadaan ibunya terbaring lemah di atas kasur. Nasi uduk yang dijual Tasya diberi harga Rp 4.000. 

Demi menggapai cita-citanya untuk kuliah dan membahagiakan ibunya, dia rela berjualan keliling desa di bawah terik matahari dan hujan. Meskipun begitu Tasya tidak pernah mengeluh. Ia memiliki semangat yang tinggi. Setiap malam ia selalu belajar meskipun harapannya untuk kuliah belum tentu tercapai. Ibunya selalu mendukung dan mendoakan apa yang terbaik untuk Tasya.

Berkat doa sang ibu dan kesungguhannya, jualan Tasya semakin hari semakin meningkat. Sedikit demi sedikit tabungan Tasya mulai terkumpul. Seleksi untuk masuk universitas impiannyapun telah tiba. 

Tasya meminta doa restu kepada ibunya. Seminggu kemudian pengumuman penerimaan mahasiswa baru telah diumumkan. Akhirnya apa yang diimpikan Tasya selama ini terwujud. Ibunya turut bangga atas kelulusan anakanya. Tasya diterima di universitas impiannya. Untuk merayakannya ia membuat 500 nasi uduk untuk dibagi-bagikan ke tetangganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun