Memang apabila dibandingkan dengan negara-negara Amerika Utara dan Eropa yang melewati angka 90%, tentu angka ini masih kurang memuaskan. Sehingga menggenjot inklusi keuangan tentu menjadi hal yang sangat perlu dilakukan oleh Indonesia demi meningkatkan kemudahan akses keuangan sehingga mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju.
Bak gayung bersambut, Pesidensi G20 Indonesia juga menekankan pentingnya inklusi keuangan digital dan pembiayaan UMKM untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi akibat pandemi dan memanasnya tensi geopolitik. Setiap negara memerlukan kerangka inklusi keuangan untuk mendorong digitalisasi yang berdampak pada peningkatan produktivitas, serta ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, khususnya bagi UMKM, kaum muda, dan juga perempuan.Â
Ada beberapa point penting dalam pembahasan inklusi keuangan yang dilaksanakan pada Konferensi G20 saat ini yaitu (1) komitmen Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) untuk terus memanfaatkan peluang di era digital yang dipandang semakin penting, (2) penguatan pedoman pembiayaan UMKM dengan mempertimbangkan Teknologi finansial, resiliensi UMKM, membantu UMKM dalam transisi hijau dan ketersediaan data untuk mengakses pembiayaan,Â
(3) pentingnya meningkatkan peran dan potensi pemuda dan perempuan untuk mencapai ekonomi yang inklusif, serta perlunya akselerasi pembiayaan kepada pengusaha khususnya perempuan, dan (4) perlunya upaya untuk mendorong pemanfaatan digitalisasi untuk mencapai inklusi keuangan melalui implementasi G20 High Level Principles (HLPs) for Digital Financial Inclusion.
Saatnya Indonesia menjadi Protagonis Utama
Menjadi pemengang Presidensi G20 adalah sebuah kebanggaan sekaligus tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia. Momentum ini harus dimaksimalkan ntuk terus mengakselerasi pemulihan ekonomi di negeri sendiri, sekaligus berkontribusi dalam pemulihan ekonomi secara global.Â
Peningkatan Inklusi keuangan digital sebagai salah satu agenda G20 tentu menjadi langkah konkrit bagi negeri ini dalam upaya besar memenuhi target tingkat inklusi keuangan di atas 90% di akhir tahun 2024 dan berjalan berdampingan dengan negara-negara maju lainnya.Â
Inklusi keuangan adalah salah satu instrumen krusial dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negeri, dan sudah sepantasnya Indonesia sebagai tuan rumah dapat memaksimalkan momentum ini untuk mengakselerasi kemudahan akses keuangan di negeri ini. Inklusi keuangan tidak hanya melibatkan pemerintah maupun korporasi, tetapi kesadaran terhadap hal ini juga harus ditanamkan kepada seluruh lapisan masyarakat,Â
baik itu UMKM, wanita hingga para pemuda. Pandemi memberikan pelajaran bahwa digitalisasi adalah solusi terbaik ketika hambatan fisik terjadi, sehingga inklusi keuangan digital menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam memulihkan pertumbuhan ekonomi.Â
Mungkin di kancah olahraga dan industri yang lain, kita masih harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan yang cukup jauh. Tetapi dalam bidang perekonomian, jarak negara ini dengan negara-negara maju cukup dekat.Â
Tingkat Inklusi keuangan kita yang terus melesat adalah salah satu kondisi yang menjadi saksi. Sehingga sudah bukan waktunya negeri ini hanya menjadi pemeran figuran serta kurang percaya diri dalam era globalisasi.Â