7. Bangsa Indonesia telah mengalami kerusakan mental. Ia menilai negara ini tengah menuju kegagalan.
Kalau kita perhatikan nada suara, mimik, dan isi pembicaraan Prabowo dalam video tersebut dan dalam berbagai kesempatan yang menolak hasil pilpres 2014, jelas-jelas menunjukkan kekecewaan, kegeraman, dan kemarahan Prabowo.
Dan sebenarnya menjadi pertanyaan, kepada siapakah sesungguhnya Prabowo kecewa, geram, dan marah? Terhadap siapakah Prabowo hendak mengadakan perlawanan? Apakah kepada Jokowi-JK yang lebih dipercaya rakyat? Apakah kepada KPU, KPUD, PPS atau penyelenggara pemilu di TPS yang mencatat jumlah suara lebih banyak ke Jokowi-JK? Apakah kepada Presiden dan pemerintah yang juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemilu dan tampaknya sudah mengakui kemenangan Jokowi-JK? Apakah terhadap Polri dan TNI yang sudah mengawal pelaksanan pemilu menjadi aman dan tenteram? Apakah terhadap tim suksesnya yang tidak berhasil membuat Prabowo Hatta unggul secara telak? Apakah kepada rakyat yang tidak percaya padanya dan tidak memilihnya? Apakah kepada lembaga survey yang lebih banyak mengunggulkan Jokowi-JK? Apakah media yang memberitakan semua hiruk pikuk pemilu dan terakhir memberitakan segala pernik-pernik kemenangan Jokowi-JK?
Karena ketidakjelasan kepada siapa Prabowo kecewa, geram, dan marah, ditambah dengan pernyataan-pernyataan ekstrimnya yang sebagian besar tidak rasional: pilpres 2014 telah gagal; negara kita menuju kegagalan; adanya keterlibatan pihak asing dalam pilpres untuk memenangkan Jokowi-JK;Â dia akan berjuang hingga titik darah yang penghabisan (berarti sampai mati); kalau rakyat menerima hasil KPU berarti rakyat merestui kecurangan dan kebohongan; kalau bangsa kita menerima hasil KPU berarti kita menjadi bangsa budak; dan bangsa kita telah mengalami kerusakan mental -- itulah yang saya maknai bahwa Prabowo telah menebar "teror pikiran" untuk "meneror pikiran" masyarakyat.
Tetapi saya yakin, masyarakat kita sudah memiliki "kekuatan anti teror pikiran", yang terdiri dari pemuka-pemuka agama yang selama ini menjadi suri tauladan, intelektual-intelektual yang masih jernih berpikir, juga pemimpin-pemimpin yang ucapannya didengar warga dan masyarakat. Jangan lupa, kaum muda dan mahasiswa Indonesia sudah sangat banyak yang cerdas dan dewasa dalam berpikir, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan teror pikiran dengan kualitas rendah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H