Mohon tunggu...
Sintong Silaban
Sintong Silaban Mohon Tunggu... profesional -

Berkeinginan terus membaca dan menulis selama ada di dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tutup Buku Kisah Mega-SBY

6 Oktober 2014   12:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:13 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10 tahun SBY jadi Presiden RI, Megawati adalah satu-satunya orang penting di negeri ini tidak akur dengan SBY. 10 kali Mega diundang menghadiri perayaan 17 Agustus di Istana Negara, tak sekali pun Mega hadir. Ada kesan, SBY sudah sejak lama akur dengan Mega, tetapi Mega yang tidak mau. Entah apapun masalah di antara mereka berdua, sepertinya masalah kedua orang yang terhormat ini akan terbawa sampai mati.

Sebenarnya, ini adalah warisan buruk dari dua tokoh penting negeri ini bagi generasi muda dalam berpolitik. Konflik dipelihara bahkan dibawa sampai mati.

Megawati disalahkan karena berbagai situasi politik yang dihadapi koalisi pendukung Jokowi-Jk saat ini. Anda hubungan Mega dan SBY cair sejak pilpres, kemungkinan Partai Demokrat akan mendukung Jokowi-JK, Jokowi-JK akan menang secara mulus dan tidak perlu terjadi kegaduhan politik di parlemen seperti akhir-akhir ini.

SBY pun disalahkan, beliau terlalu banyak bermain drama selama ini (konon itu pula katanya yang membuat Mega kurang simpatik). Terjadinya perubahan sistem pilkada dari langsung menjadi oleh DPRD adalah akibat dari permainan drama SBY, dan untuk itu SBY telah menerima pembayarannya dengan jutaan caci maki yang ditujukan kepada SBY.

SBY selama ini tidak tulus ingin membina hubungan baik dengan Megawati, dan juga SBY pun ditengarai tidak tulus mau membantu Jokowi dalam transisi pemerintahan. Buktinya, katanya partai Demokrat sebagai partai penyeimbang, tetapi tindakannya memihak koalisi Merah Putih yang nota bene adalah koalisi Prabowo. Kini, potensi destabilisasi pemerintahan Jokowi-JK telah muncul.

Beberapa hari lalu, utusan Megawati (JK dan Puan) yang akan menemui SBY ditolak SBY. Padahal, andai mereka diterima SBY terbukalah keesokan harinya Megawati menemui SBY.

Beberapa hari ke depan ini, kita akan menyaksikan berbagai drama politik akan terjadi. Jika kembali KMP menyapu habis pimpinan MPR, apalagi Ketua MPR dari partai Demokrat, maka semakin tertutuplah kemungkinan perjumpaan SBY-Mega.

Saya pikir, setelah pelantikan Jokowi-JK, kisah Mega-SBY akan tutup buku. Tidak ada lagi menariknya membahas hubungan kedua tokoh ini. Tak ada lagi pentingnya kedua tokoh ini kita mohon supaya ketemu, berbaikan. Mau konfflik terus sampai mati, ya terserah merekalah.

Sudahlah. Banyak persoalan politik yang akan terjadi. Tetapi untuk mengatasinya beban sudah pindah ke tangan Jokowi-JK dan kabinetnya. Semoga Jokowi dan kabinetnya dapat secerdas-cerdasnya membangun kerja sama dengan parlemen dan semua parpol. Jangan sekali-kali tiru Megawati dan SBY yang memelihara konflik. Jadi pemimpin harus mampu mengayomi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun