Pendidikan Pancasila merupakan komponen vital dalam membentuk karakter dan jati diri bangsa Indonesia. Namun, survei yang dilakukan oleh Pusat Studi Perubahan Sosial dan Budaya (PSPSB) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengungkapkan bahwa pembelajaran Pendidikan Pancasila di kampus sering dianggap membosankan, kurang kontekstual, dan dominan dengan metode ceramah satu arah, sehingga tidak memadai dalam memfasilitasi partisipasi aktif mahasiswa serta pengembangan ranah afektif dan kognitif mereka. Hal ini mengakibatkan mahasiswa kurang mampu menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yang juga diperburuk oleh minimnya upaya menyebarluaskan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut.
Adapun Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran:
1. Penerapan Metode Pembelajaran Reflektif-Interaktif dan Andragogi:
Menggunakan metode pembelajaran yang lebih interaktif dapat meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa, seperti yang diterapkan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh LBIPU UMS dan PSPSB UMS. Dalam pelatihan tersebut, dosen dan mahasiswa didorong untuk mendiskusikan Pancasila secara kritis dan menghubungkannya dengan kasus-kasus aktual di masyarakat.
2. Revitalisasi, Institusionalisasi, dan Standardisasi Pendidikan Pancasila:
Menguatkan kembali ideologi Pancasila dalam kesadaran berbangsa dan bernegara melalui pendekatan kultural dan pedagogis. Pendalaman konsep Pancasila di kalangan mahasiswa dilakukan melalui tiga dimensi: pengetahuan, keyakinan dan penghayatan, serta praktik hidup.
3. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Dosen:Â
Memberikan pelatihan kepada dosen untuk menguasai metode pengajaran yang lebih variatif dan interaktif sangat penting.Dosen yang mampu memfasilitasi diskusi dan mendorong partisipasi aktif akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan efektif.
4. Integrasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari:Â
Mendorong mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan ekstrakurikuler dan program pengabdian masyarakat akan membantu menginternalisasikan nilai-nilai tersebut secara lebih mendalam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi persepsi negatif terhadap pembelajaran Pendidikan Pancasila, diperlukan inovasi dalam metode pengajaran yang lebih interaktif, kontekstual, dan relevan dengan perkembangan zaman. Kolaborasi antara institusi pendidikan, dosen, dan mahasiswa sangat penting dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat terinternalisasi dengan baik dalam diri generasi muda.
Penulis: Mila Sintia, Mahasiswa PGSD semester 3 Universitas Muhammadiyah Kuningan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H