Dampak yang terjadi akibat pandemi COVID-19 terhadap sektor kesehatan salah satunya yaitu terganggunya pelayanan kesehatan dasar seperti pelaksanaan imunisasi rutin.Â
Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat untuk memberikan dan meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap penyakit yang timbul pada anak. Di samping itu, imunisasi juga ditujukan agar anak terhindar dari risiko serius dan berkepanjangan yang dapat timbul apabila terpapar penyakit tersebut.
Penurunan cakupan imunisasi rutin baru-baru ini disebabkan oleh berbagai faktor termasuk gangguan aturan pembatasan kegiatan, dan berkurangnya ketersediaan tenaga kesehatan yang menyebabkan penghentian sebagian layanan vaksinasi pada puncak pandemi COVID-19. Dalam hal ini, pemerintah menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) sebagai upaya untuk mengejar kekurangan cakupan imunisasi tersebut.
Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dilaksanakan pada 25 Juli 2022 s.d. 25 Agustus 2022 yang berpusat di daerah Jawa Tengah dan Bali. Universitas Diponegoro (UNDIP) bersama dengan Unicef turut melancarkan program BIAN pada wilayah Jawa Tengah termasuk Kab. Pekalongan yang menjadi salah satu sasaran program pemerintah tersebut.
Mahasiswa Tim KKN Kab. Pekalongan memilih daerah Kecamatan Kedungwuni yang memiliki 9 desa dan 2 kelurahan sebagai wilayah pengabdian dalam membantu pemerintah menyukseskan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).
Program BIAN mendapatkan perhatian orangtua untuk membawa anaknya ke layanan kesehatan terdekat. Namun, kendala yang sering terjadi saat pelaksanaan imunisasi adalah ketakutan anak terhadap jarum suntik dan pikiran akan nyeri yang disebabkan oleh efek suntikan sehingga anak enggan diimunisasi rutin.
Pendampingan orangtua saat balita diimunisasi membantu bidan dan kader yang bertugas untuk menenangkan anak. Namun, adanya pendampingan saja kurang cukup membuat anak merasa nyaman dan semangat saat diimunisasi. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Kab. Pekalongan mengusulkan ide yang bisa dilakukan untuk mengalihkan rasa ketakutan anak terhadap jarum suntik dan rasa nyeri yang ditimbulkan.
Teknik distraksi yang digunakan yaitu mainan kapal tradisional otok-otok yang diaplikasikan pada sebuah ember berisikan air sehingga mainan kapal menghasilkan suara yang menjadi pusat perhatian dan mengalihkan pikiran anak.
Pelaksanaan kegiatan ini efektif untuk distraksi anak yang akan diimunisasi dan ditujukan sebagai apresiasi kepada anak yang telah diimunisasi. "Ternyata dengan mainan kapal tradisonal ini sangat membantu dalam proses imunisasi" ujar Bidan B. Nanta. Keefektifan program ini juga dibuktikan dengan perubahan emosinal anak setelah diimunisasi menjadi tenang dan terhibur.