Mohon tunggu...
Sintia Febriyanti
Sintia Febriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sintia febryy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penanaman Nilai -Nilai Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa

18 Januari 2025   11:04 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Disusun oleh: Sintia Febriyanti, Sophie Hartantri Lestari.

Kesantunan Berbahasa beberapa teori dari kesantunan berbahasa, teori Brown dan Levinson di lihat

dengan nilai terkuat sehingga banyak penggunanya. (Brown P. d., 1989. ) Dalam teorinya, Brown dan Levinson menggunakan nosi muka atau citra diri ( menghadapi ).Istilah "wajah", yang dalam konteks ini diterjemahkan sebagai muka atau citra diri,pada awalnya digunakan oleh Goffman pada tahun 1967. Kata itu pada awalnyamerupakan pemahaman bahasa daerah yang kemudian menjadi entri tersendiri dalambahasa Inggris. Seperti tampak dalam penggunaan istilah "kehilangan muka" (kehilanganmuka), muka merupakan istilah yang secara emosional tertanam ( menyumbang ), dan itudapat dihilangkan, dipelihara, dipertinggi, atau diperhatikan ( pergi ke ) dalam interaksi (Brown dan Levinson, 1989).Brown dan Levinson (1989) kemudian dinyatakan bahwasannya di dalam interaksi, baik diadik maupun triadik, secara umum orang berusaha memelihara muka dan juga berusaha agar tidak mudah kena serang (ketidakberdayaan ). 

Hal itu mengisyaratkan bahwa penyelamatan muka ( sparing konfrontasi ) merupakan masyarakat mengetahui bahwa setiap anggota yang lain mengharapkannya, dan secara umum hal itu menjadi perhatian setiap anggota. Jika dikaitkan dengan teori kebutuhan Maslow, seperti dinyatakan oleh Goble (1994), kebutuhan dasar tersebut berhubungan dengan kebutuhan akan rasa aman, suatu kebutuhan nonfisiologis yang bersifat dasar . Muka dapat merangkum ke dalam dua kategori, yaitu muka negatif dan muka yang positif. (open self-image) merupakan orang sudah"dewasa yang mampu menginginkan perbuatan yang tidak mengganggu orang lain, sedangkan muka positif merupakan citra-diri publik orang "dewasa yang mampu dan menginginkan agar keadaannya dibutuhkan oleh orang lain (Brown dan Levinson, 1989). 

Dengan kata lain, seperti dinyatakan. (Yule, 1998) oleh , muka negatif berorientasi pada keinginan untuk (a) mandiri, (b) memiliki kemerdekaan atau kebebasan bertindak, (c) dihormati, dan (d) tidak mendarat atau diganggu seperti dihina; padahal muka positif mengharapkan keinginan untuk diterima, dilibatkan atau diajak berpartisipasi, dan diperlakukan sebagai anggota kelompok yang sama. Kedua jenis muka ini tidak disebut default terjamin didalam kondisi tersebut orang dapat "diperkenankan" untuk mengancam wajah orang lain, contohnya ia dirugikan atau diposisikan kedalam kondisi

berbahaya. Namun, seperti yang "diajarkan" oleh etika pergaulan yang secara umum dapat di rangkum dengan tindakan perbuatan ancaman wajah seharusnya meminimalisir dengan mengedepankan perbuatan penyelamatan wajah.

 Perbuatan membebaskan wajah yang diorientasikan pada wajah negatif yang menunjukkan rasa hormat, sedangkan yang diorientasikan pada muka positif akan menunjukkan

solidaritas. beralaskan dua jenis wajah tersebut, Brown dan Levinson (1989) membagikan

beraturan didalam dua jenis, yaitu kesantunan negatif dan kesantunan positif. Kesantunan negatif merupakan kesantunan yang bernosi muka negatif. Orientasinya adalah menyelamatkan muka negatif. Kebalikannya, kesantunan positif merupakan kesan-tunan yang bernosi muka positif. Kesantunan jenis ini berfokus pada penyelamatan muka positif.

Misalnya yang diterangkan di depan, Brown dan Levinson (1989) memanfaatkan 

nosi wajah dengan teori kesantunan. pengukur tingkat kesantunan yang menampilkan yaitu tingkat ancaman wajah. Beralaskan skala itu, kalimat yang santun memiliki tingkat keterancaman wajah yang rendah dan penyelamatan muka tinggi. MSeperti yang dipaparkan di depan, Brown dan Levinson (1989) menggunakan nosi muka dalam teori kesantunannya. Skala pengukur tingkat kesantunan yang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun