Mohon tunggu...
Sintia Ayu Lestari
Sintia Ayu Lestari Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Matematika UIN Walisongo Semarang angkatan 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pentingnya Literasi Matematika di Abad ke-21

29 April 2022   13:45 Diperbarui: 10 Mei 2022   15:55 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan matematika disebut sebagai akar dari ilmu pengetahuan karena perananya yang sangat besar. Besarnya peran matematika sebagai akar ilmu dapat dilihat dari besarnya tuntutan kemampuan matematika yang harus dimiliki, tuntutan akan kemampuan matematika bukan hanya kemampuan berhitung saja.

Abad 21 merupakan awal dari milenium ketiga yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, persaingan global dan persaingan bebas sangat ketat di era ini. Zaman modern, khususnya guru, berperan penting dalam menciptakan generasi bangsa yang mampu mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan merupakan salah satu penentu kemajuan peradaban suatu bangsa itu sendiri. Salah satu cara untuk mewujudkan peradaban suatu bangsa adalah dengan belajar matematika.

Untuk memahami matematika dalam berbagai konteks, sangat diperlukan pengetahuan dan keterampilan matematika dasar. Hal ini sejalan dengan apa yang telah terungkap). Kedua komponen tersebut dijelaskan lebih rinci, yaitu 

(1) pengetahuan, dengan mengacu pada pengetahuan konseptual dan prosedural dasar yang digunakan dalam menghubungkan dan memecahkan masalah matematika yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang fakta, makna, ide, prinsip, hukum, rumus, dan konsep tentang topik matematika. Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengetahuan tentang bagaimana menggunakan prosedur matematika, bahasa, dan simbol, serta menafsirkan dan menggambar grafik dan tabel. 

(2) kompetensi, mengacu pada kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan matematika yang diperoleh dari kelas ke dalam kehidupan sehari-hari dan untuk memahami situasi yang termasuk dalam masalah matematika. Ini juga mencakup keterampilan seperti memahami masalah, memilih pengetahuan, merancang rencana, memecahkan dan menalar dan menguji solusi.

Literasi lebih menekankan pada menggunakan dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari, sejalan dengan pendapat (Ojose, 2011). Ojose berpendapat "mathematics literacy is the knowledge to know and apply basic mathematics in our every day living". Menggunakan dasar matematika dengan kata lain, seseorang harus memiliki kekuatan dalam menggunakan pikiran mereka. (Stacey & Turner, 2012) mengungkapkan bahwa penggunaan pengetahuan secara fungsional atau menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah membutuhkan kekuatan individu.

Namun tak cukup hanya memiliki, kekuatan individu tersebut juga harus berkembang, NCTM (Stacey & Turner, 2012). Kekuatan yang dimaksud yakni berfokus kepada kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan, dan menyampaikan ide, merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi.

Berdasarkan berbagai pendapat ahli tentang literasi matematika, dapat disimpulkan bahwa literasi matematika adalah kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan matematikanya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Efisiensi yang dimaksud disini yaitu dalam memecahkan masalah, seorang individu dimulai dengan memahami masalah yang terjadi, merumuskan masalah, menggunakan pengetahuan matematika untuk menyelesaikannya dan menginterpretasikannya.

Adapun aspek-aspek matematika yang terlibat dalam literasi matematis yakni,

(1) spatial literacy, membantu pemahaman kita tentang dunia (tiga dimensi) tempat kita tinggal dan bergerak. 

(2) numeracy, literasi ini berkaitan dengan aspek berhitung. Treffers (Lange, 2006) menekankan bahwa numeracy merupakan kemampuan untuk mengolah data dan untuk mengevaluasi pernyataan mengenai masalah dan situasi yang mengundang pemrosesan mental dan perkiraan dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, numeracy merupakan kemampuan yang berkaitan erat dengan hitungan dan bilangan. 

(3) quantitative literacy, berurusan dengan sekelompok kategori fenomenologis: kuantitas, perubahan dan hubungan, dan ketidakpastian. Kategori ini menekankan pemahaman, dan kemampuan matematika yang berkaitan dengan, kepastian (kuantitas), ketidakpastian (kuantitas dan ketidakpastian), dan hubungan (jenis, pengakuan, perubahan, dan alasan untuk perubahan tersebut).

Abad 21 menuntut siswa untuk berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, berpikir kritis, menguasai teknologi informasi, mampu bekerja sama dan komunikatif. Penguasaan keterampilan materi pelajaran tersebut tidak akan berdampak luas pada siswa kecuali dibarengi dengan penguasaan tema abad 21. 

ATCS (Assessment and Teaching for 21st Century Skills) menyimpulkan empat hal utama yang terkait dengan 21st Century Skills, yaitu cara berpikir, metode kerja, alat kerja dan kehidupan profesional. Cara berpikir meliputi kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan pembelajaran. Cara kerjanya meliputi komunikasi dan kolaborasi. Alat kerja termasuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan literasi komputer. Kecakapan hidup mencakup kewarganegaraan, kehidupan dan karir, serta tanggung jawab pribadi dan sosial.

Keterampilan abad ke-21 sangat penting dan pemecahan masalah (problem solving), komunikasi dan kolaborasi (communication and collaboration), serta kreativitas dan inovasi (creativity and innovation). Keterampilan abad 21 diperlukan untuk menjawab dan memecahkan tantangan dan permasalahan zaman. Dalam upaya mengembangkan keterampilan berbasis pembelajaran abad 21 di kelas matematika, pendidik harus mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi.

Referensi 

Anwar, N.T., 2018, February. Peran kemampuan literasi matematis pada pembelajaran matematika abad-21. In Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika (Vol. 1, pp. 364-370).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19603

Janah, S.R., Suyitno, H. and Rosyida, I., 2019, February. Pentingnya literasi matematika dan berpikir kritis matematis dalam menghadapi abad ke-21. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (Vol. 2, pp. 905-910).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/29305

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun