Mahasiswa GIAT 9 Universitas Negeri Semarang di Desa Cokro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten bekerjasama dengan pemerintahan desa dan warga untuk membangun Desa Wisata Cokro. Kerjasama ini dilaksanakan karena adanya persamaan visi dan misi dari GIAT 9 dan Desa Cokro yaitu membangun Indonesia dari Desa, yang mana salah satunya adalah menciptakan Desa Wisata.
Pengembangan Desa Wisata dapat dilakukan dengan membuat makanan khas yang akan dijadikan sebagai buah tangan oleh pengunjung. Sehingga, salah satu program kerja dari GIAT 9 di Desa Cokro adalah membuat makanan khas Desa Cokro. Selain membuat resep, juga dilaksanakan demonstrasi pembuatannya. Resep yang dibuat ada 3, yaitu kue sus isi krim jasuke, susu beras, dan dimsum tahu. Ketiga menu tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan lama penyimpanan dan komoditi utama di Desa Cokro, yaitu jagung, beras, dan tahu.
Pentingnya identitas dari suatu produk maka perlu adanya logo yang memuat informasi tersirat dari produk tersebut. Sehingga logo makanan khas Cokro terdiri atas beberapa icon dari Desa Cokro, yaitu padi, jagung, joglo, dan roda. Selain itu juga tertera tulisan “Khas Tjokro”, yang mana kata “Tjokro” adalah ejaan lama dari kata “Cokro”. Pemilihan kata tersebut didasarkan dari saran Bapak Heru Budi Santoso selaku Kepala Desa Cokro.
Demonstrasi masak dilaksanakan di Ruang Pertemuan Kantor Kepala Desa Cokro dan dihadiri oleh Bapak Heru Budi Santoso (Kepala Desa Cokro), Ibu Artika Sari (Ketua PKK), perwakilan tim GIAT 9 UNNES, dan beberapa perwakilan PKK yang berjumlah sekitar 17 orang (14/7). Kegiatan ini dimulai pada pukul 09.30 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB. Tujuan diadakannya demonstrasi masak adalah untuk membekali dan menyiapkan warga Desa Cokro agar dapat membuat makanan khas Cokro sehingga akan ada keberlanjutan untuk kedepannya.
Pembuatan makanan khas Cokro didemonstrasikan oleh 2 mahasiswa dari prodi pendidikan tata boga yaitu Kayla Wulansari Wijaya dan Rhivo Essay Rama Yuherman. Pelaksanaan demonstrasi masak dimulai dengan penjelasan resep, demonstrasi, dan sesi tanya jawab. Sebelum demonstrasi dimulai, setiap peserta dibagikan 1 resep yang berisi 3 macam makanan. Ketika sesi demonstrasi, peserta yang hadir terlihat sangat antusias dan fokus memperhatikan demonstrasi masak yang berlangsung. Kemudian peserta dibagikan tester setiap makanan yang telah didemonstrasikan dan dipersilahkan untuk memberikan kritik dan sarannya.
Menurut Ibu Artika (Ketua PKK), “rasa dari susu beras sudah enak, namun akan lebih mantap jika ditambahkan jahe”. Salah satu perwakilan dari PKK juga memberi masukan untuk mengurangi rasa asam pada saus dimsum tahu. Berdasarkan saran yang diberikan, nantinya akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dari resep yang telah dibuat.
Kayla dan Rhivo juga menjelaskan terkait pengemasan dan penyimpanan dari masing-masing produk makanan yang telah didemonstrasikan agar lebih menarik dan tahan lama. Di akhir acara, terdapat perwakilan dari GIAT 9 UNNES Desa Cokro yaitu Ibu Lesa yang memberikan peralatan masak kepada Ibu Artika (ketua PKK) agar dapat dimanfaatkan untuk pembuatan dan pengembangan makanan makanan khas Cokro.
Setelah selesainya acara demonstrasi masak , diharapkan peserta yang datang dapat membuat dan memproduksinya dalam skala yang besar untuk diperkenalkan dan diperjual belikan kepada pengunjung di Desa Wisata Cokro.
Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UNNES
Bersama UNNES GIAT, Membangun Indonesia dari Desa
TIM Media UNNES GIAT 9 Desa Cokro Tahun 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H