Mohon tunggu...
Sintawati
Sintawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Program Studi Ilmu Tasawuf Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Langit Senja

17 Oktober 2024   20:15 Diperbarui: 17 Oktober 2024   20:25 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dinda tersenyum lemah. "Waktuku di sini hampir habis. Aku harus kembali ke langit, untuk selamanya."

Ardi merasa dadanya sesak. "Tapi... kita sudah berjanji."

"Janji itu akan selalu ada di hati kita, Ardi," ujar Dinda, suaranya seperti angin senja yang lembut. "Tapi aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Aku harus kembali ke tempatku yang sebenarnya."

Ardi ingin mengatakan banyak hal ingin memohon, ingin menangis. Namun ia tahu, ini adalah takdir yang tak bisa ia lawan. Dinda adalah bagian dari senja, dan senja selalu berubah, selalu berakhir.

"Terima kasih karena telah memberiku kenangan yang takkan pernah aku lupakan," bisik Ardi, air matanya jatuh tanpa ia sadari.

Dinda mengulurkan tangannya, dan mereka saling menggenggam untuk terakhir kalinya. "Selamat tinggal, Ardi. Aku akan selalu menjadi bagian dari senja yang kau lihat."

Ketika matahari sepenuhnya tenggelam di balik horizon, Dinda perlahan memudar, menjadi satu dengan langit. Ardi menatapnya, merasakan kehangatan yang perlahan menghilang. Ia tahu, meski Dinda tidak lagi hadir langsung disisinya, setiap senja akan selalu mengingatkannya pada gadis yang pernah menjadi bagian dari langit jingga itu.

Dan sejak hari itu, Ardi terus datang ke tepi danau setiap senja. Ia duduk di bangku kayu tua, menatap langit yang berubah warna, dan meski Dinda tak lagi ada di sana, Ardi tahu ia masih merasakan kehadirannya. Mereka telah berjanji, dan janji itu hidup dalam setiap detik senja yang memeluk langit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun