Selain itu, dalam film ini pula disuguhkan dengan dialog sarat makna yang menyebutkan bahwa pria Bugis akan menyelesaikan masalah dengan berhadap-hadapan secara langsung dan tidak main keroyokan khususnya dengan mengadakan Tarung Sarung yang mengambarkan bahwa suku Bugis menjunjung tinggi harga diri pribadi. Tradisi-tradisi tersebut di representasikan dengan baik kepada penonton dalam film ini.Â
Film ini juga cukup berhasil dari segi pengambilan alam Makassar. Lanskap pemukiman dan pemandangan yang ditampilkan sangat estetik dan menarik dalam menampilkan keindahan Sulawesi Selatan.Â
Tarung Sarung merupakan turnamen bela diri yang diadaptasi dari salah satu budaya suku Bugis dan dikenal dengan nama Sigajang Laleng Lipa. Sigajang Laleng Lipa ini merupakan sebuah tradisi Bugis dalam menyelesaikan suatu masalah. Tradisi ini cukup ekstrem hingga dalam pelaksanaannya pasti akan memakan korban jiwa.Â
Dikatakan ekstrem karena dalam pertarungannya, akan ada dua orang yang bertarung masuk ke dalam sebuah sarung yang masing-masing petarung akan dibekali oleh sebilah badik (Senjata tradisional Suku Bugis) kemudian para petarung akan saling tikam di dalam sarung tersebut.Â
Dikatakan kalah apabila salah satu petarung menyerah, keluar bahkan sampai berujung pada kematian. Tarung sarung ini sebenarnya bukan ajang balas dendam. Tarung sarung ini dilakukan apabila ada ketidaksepakatan dalam musyawarah dan mufakat yang tidak menemui titik terangnya.
Dalam setiap adegannya, film Tarung Sarung ini memang sangat menarik karena mengacu pada ciri khas Budaya Bugis-Makassar mulai dari cara berkomunikasi, cara hidup diperantauan, toleransi antar umat beragama hingga idealisme para tokohnya tentang pandangan akan martabat dan harga diri. Dimana hal ini berkaitan dengan suku Bugis sebagai suku yang terkenal perantau dan sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat sehingga suku ini menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang.Â
Dalam film ini, tradisi Sigajang Laleng Lipa dikemas dengan sesuatu hal yang berbeda yaitu dalam bentuk kompetisi atau kejuaraan bela diri. Dengan konsep inilah tradisi Sigajang Laleng Lipa tetap dapat tergambarkan dan tidak sampai merugikan kedua pihak apalagi menyebabkan kematian. Film ini pula menyelipkan banyak pesan moral bagi para penontonnya karena menyajikan pengalaman hidup yang penuh drama dalam mencari nilai-nilai sosial yang memperkaya batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H