Salah satu inti dari mental "Jawa" menurut Sosrokartono adalah keseimbangan antara nalar dan roso. Dalam pandangan Jawa, nalar merujuk pada akal atau rasio, sementara roso mengacu pada intuisi, perasaan, dan kebijaksanaan batin.
 Sosrokartono percaya bahwa seorang manusia, terutama seorang pemimpin, harus mampu menjaga keseimbangan antara logika dan perasaan dalam membuat keputusan dan menjalani hidup.
Bagi Sosrokartono, rasio saja tidak cukup untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Ia percaya bahwa roso, atau perasaan batin, merupakan kunci untuk mendapatkan kebijaksanaan yang lebih mendalam.Â
Pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan untuk merasakan dan memahami kondisi batin orang-orang di sekitarnya. Mentalitas ini sangat tercermin dalam budaya Jawa, yang menghargai kebijaksanaan batin dan intuisi sebagai sumber penting dalam kehidupan. Sosrokartono sendiri mengaplikasikan prinsip ini dalam kehidupannya, terutama saat menjalani kehidupan spiritual dan membantu orang-orang di sekitarnya.
Spiritualitas dan Kekuatan Batin
Sebagai seorang praktisi kebatinan Jawa, Sosrokartono sangat mempercayai kekuatan spiritual sebagai fondasi dari mentalitas yang kuat. Dalam tradisi Jawa, kebatinan tidak hanya dipahami sebagai ajaran agama, tetapi sebagai cara untuk mencapai keseimbangan batin, ketenangan pikiran, dan harmoni dengan alam semesta.
 Sosrokartono mempraktikkan meditasi dan refleksi batin sebagai cara untuk mencapai ketenangan batin, yang dalam tradisi Jawa dikenal dengan istilah manunggaling kawula lan Gusti---penyatuan manusia dengan Tuhan.
Makna mental "Jawa" bagi Sosrokartono adalah keterhubungan yang mendalam dengan spiritualitas dan kekuatan batin yang diperoleh melalui latihan dan disiplin rohani. Ini mencakup upaya untuk mengendalikan nafsu, menjaga pikiran agar tetap tenang, dan menjalani hidup dengan kesadaran akan keberadaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.Â
Sosrokartono percaya bahwa kepemimpinan yang efektif harus berlandaskan pada kesadaran spiritual ini, karena hanya dengan ketenangan batin seorang pemimpin dapat menghadapi berbagai tantangan dengan bijaksana.
Kesederhanaan dan Pengabdian
Mentalitas "Jawa" menurut Sosrokartono juga melibatkan nilai kesederhanaan dalam menjalani hidup. Meski berasal dari keluarga bangsawan, ia memilih untuk hidup sederhana dan menghindari kemewahan yang tidak perlu.Â