Dalam budaya Jawa, kesederhanaan adalah bentuk kebajikan yang penting. Orang yang hidup sederhana dianggap lebih dekat dengan kebijaksanaan, karena mereka lebih fokus pada esensi kehidupan daripada pada hal-hal materi yang bersifat sementara.
Sosrokartono juga menekankan pentingnya pengabdian sebagai bagian dari makna mental "Jawa". Pengabdian ini tidak hanya dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat, tetapi juga pengabdian kepada Tuhan.
 Ia percaya bahwa hidup manusia harus didedikasikan untuk hal-hal yang lebih tinggi dan lebih bermakna, baik itu melalui pelayanan kepada sesama, maupun melalui praktik spiritual yang membawa kedamaian batin.
Penguasaan Diri dan Pengendalian Nafsu
Dalam mentalitas Jawa, pengendalian diri dan nafsu dianggap sebagai kunci untuk mencapai keseimbangan batin dan kesuksesan spiritual. Sosrokartono sering mengajarkan pentingnya laku prihatin, atau latihan untuk mengekang keinginan-keinginan duniawi, demi mencapai ketenangan batin dan kebijaksanaan. Baginya, pengendalian diri adalah salah satu ciri utama dari manusia yang memiliki kekuatan mental yang sejati.
Tradisi Jawa mengajarkan bahwa nafsu dan keinginan dapat merusak harmoni dalam diri dan menghalangi seseorang dari mencapai kebijaksanaan. Oleh karena itu, pengendalian diri melalui meditasi, refleksi batin, dan kehidupan yang sederhana dianggap penting. Sosrokartono sendiri menunjukkan contoh bagaimana disiplin spiritual ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam urusan pribadi maupun publik.
Makna mental "Jawa" bagi Raden Mas Panji Sosrokartono adalah sebuah keseimbangan antara rasio dan perasaan, spiritualitas yang mendalam, harmoni dengan alam dan sesama, serta pengendalian diri yang kuat.
 Ia mempercayai bahwa kehidupan harus dijalani dengan kesadaran penuh akan hubungan kita dengan Tuhan, alam, dan manusia lain, serta dengan prinsip-prinsip kebijaksanaan yang berasal dari dalam diri.
Melalui pandangannya yang mendalam tentang spiritualitas dan kebijaksanaan batin, Sosrokartono mewariskan warisan pemikiran yang relevan hingga saat ini. Mentalitas "Jawa" yang ia perlihatkan bukan hanya sebuah warisan budaya, tetapi juga sebuah filosofi hidup yang menekankan pentingnya harmoni, kesederhanaan, dan kekuatan batin dalam menjalani kehidupan yang bermakna.Â
Sosrokartono mengajarkan bahwa kekuatan mental sejati tidak datang dari kekuasaan atau status, tetapi dari kemampuan untuk menjaga keseimbangan batin dan hidup dengan kebijaksanaan yang mendalam.
Gaya kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono, dalam dimensi intelektual, spiritual, diplomatik, nasionalis, serta humanis.