Di saat Pandemi Menghimpit
Oleh : Sinta Marlina, S.Psi.
Terapis Yoga Anak/Penulis/Tutor Homeschooling
Â
Setiap angkatan pembelajaran, akan ada anak istimewa. Â Saya mengklasifikasikannya menjadi dua:
1. Istimewa karena  kemampuan akademis yang masih perlu ditunjang, agar setara dengan teman lain.
2. Istimewa karena selalu melahirkan perilaku baru, yang mengganggu proses belajar di kelas, baik yang berdampak pada  diri sendiri atau orang lain.
Saya menggunakan istilah istimewa ini, saat  berhadapan dengan murid manapun, terutama yang berada di luar garis rata-rata anak lain pada umumnya.Â
Ibarat mendapatkan hadiah istimewa, tentu kita akan bersemangat sekali membukanya. Mencari tahu gerangan isinya, bagaimanakah penggunaannya, hingga muncul pertanyaan di kepala, apakah hikmah di balik kehadiran dia, atas diri ini maupun orang lain.
Ada tiga  cara mendekatkan diri pada anak istimewa tersebut, terutama di masa  pandemi seperti ini:
1. Gunakan media smartphone untuk mengobrol, walau hanya 10 menit.
2. Tanyakan banyak hal mengenai kesukaan dia, atau kesamaan kita berdua dalam beraktifitas.
3. Bisa juga dengan mengucap salam dan menyemangatinya dengan gambar emotikon, meski hanya lewat media smartphone.
Itu semua memiliki tujuan yang sama. Agar terjalin kedekatan antara guru dan murid, untuk mencari tahu siapakah aku dan siapa kamu.
Pernah saya mendapatkan whatsapp pribadi dari seorang murid, yang hanya berupa ucapan: Hallo, Coach Sinta!
Diiringi gambar binatang kecil dan bertabur tanda cinta di sekitarnya.
Menyenangkan!Â
Tandanya dia sudah merasa nyaman dengan kita. Berarti tinggal dua langkah lagi untuk mendekatinya agar tetap semangat belajar dan hadir di setiap pelajaran, tanpa harus malu dengan teman lain.Â
Nanti langkah terakhir,  kita akan masuk ke materi pembelajaran apa yang perlu diperhatikan pada dirinya.
Percakapan 10 menit via smartphone, diberlakukan hanya untuk anak istimewa, artinya tidak untuk semua anak. Tema percakapan bisa bermacam-macam. Alangkah baiknya sesuaikan dengan tema pembicaraan dia. Misalkan,  apa hobi kamu? Oh, sama dong… bu guru juga suka berenang.
Mencari kesamaan topik pembicaraan, membuat suasana menjadi cair dan hangat. Jangankan anak-anak, orang dewasa juga akan merasakan hal yang sama, kan?...Â
Pada akhirnya isi pembicaraan berisi tentang kumpulan informasi profil anak, yang akan bermanfaat bagi guru suatu saat nanti.
Tapi jangan lupa, ada tiga unsur penting dalam menjalin kedekatan ini:
1. Tetap tegas dalam bersikap/mengambil keputusan.
2. Tetap motivasi dia, di saat sedang turun semangatnya.
3. Tetap memujinya, jika berhasil dalam menjalankan hal positif yang berkaitan dengan tugas sekolah.
Lain lagi jika yang dihadapi adalah anak yang selalu mencari perhatian dengan tingkah lakunya. Â Anak tipe ini sebenarnya masuk kategori kelompok cerdas. Pada dasarnya dia mampu menyelesaikan semua kegiatan di sekolah. Â Namun perilakunya tersebut kadang menghambat pembelajaran.
Poin satu  tentang ketegasan dalam bersikap,  jadi pegangan utama kita dalam menghadapi anak tipe ini.  Dan akan berbanding terbalik jika diberlakukan pada anak  sebelumnya, dimana poin dua dan tiga akan jadi skala prioritas.
Berhasilkah? …
Biasanya ada yang berhasil, ada yang masih berproses, bahkan  ada juga  yang belum menemukan jalan keluar.Â
Semua pengajar, pasti akan mengalami permasalahan yang sama seperti di atas. Begitupun saya.Â
Bahkan  problem terakhir,  belum sampai menemukan titik terang 100%, ananda sudah pindah sekolah.
Hallo, Sisca! Tetap semangat ya, di sana … !
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H