Mohon tunggu...
Sinta Lestari
Sinta Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - Analyst

Seorang yang sedang belajar membuat tulisan, yang sekiranya bermanfaat untuk diri sendiri dan orang banyak. Menyukai bidang Sains, Lyfe, Health, Self-Improvement, Pengembangan Karir dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bolehkah Kita Insecure

28 Mei 2023   01:48 Diperbarui: 28 Mei 2023   05:13 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi saya izin reminder, kamu boleh insecure dengan pencapaian orang lain. Tapi, ingat dirimu pun istimewa. Mungkin saat ini atau waktu lampau dirimu tidak bisa seperti dia "si famous itu". Ya tidak apa-apa. Kamu berhak menjadi versi dirimu yang lain kok. Setiap orang punya jatah hidup terbaiknya masing-masing. Kan kita tahu sendiri, bahwa hidup di dunia ini tidak hanya episode yang baik-baiknya saja, episode yang sedihnya pun ada. Mungkin, saat ini kamu merasa belum mendapat episode baiknya, pasti suatu saat Sang Pencipta berikan secara cuma-cuma banyak porsi episode baiknya untuk dirimu. Tenang saja, asal kamu tidak merasa sering insecure berkepanjangan. Begitulah kira-kira.

Lantas, bagaimana kita bisa mengurangi rasa insecure?

Ilustrasi seorang wanita sedang duduk memegang buah, serta terlihat bahagia | Sumber : Pexels
Ilustrasi seorang wanita sedang duduk memegang buah, serta terlihat bahagia | Sumber : Pexels
  • Pertama, mungkin kamu bisa mengurangi dulu lihat postingan orang yang sekiranya pernah membuatmu insecure.
  • Kedua, jika kamu masih sering aktif scroll informasi di media sosialmu. Kamu bisa mengalihkan sumber tujuan informasi. Misalnya, kamu lihat postingan yang lucu-lucu agar pikiran dan hatimu menjadi lebih sejuk.
  • Ketiga, jika kamu merasa sementara harus off dari segala sosial media. Tidak mengapa. Mungkin dengan cara itu, jiwa ragamu lebih sehat. Tapi ingat selagi kamu "off" dari segala sosial media, kamu harus produktif membuat karya agar lebih bermanfaat untuk dirimu dan sekitar. Selain itu, kamu jadi semakin punya value pada diri, sehingga kamu lupa caranya untuk bisa insecure dengan pencapaian orang lagi.
  • Keempat, jangan ragu katakan pada diri  sendiri bahwa "Aku Bisa!", "Aku pasti mampu!", "Aku harus sanggup!", "Aku akan menjadi apa yang aku cita-cita kan". Intinya, sering buat afirmasi positif untuk dirimu. Misalnya, bisa dilakukan setiap akan tidur untuk kamu afirmasi kalimat-kalimat positif untuk dirimu. Agar otak bisa cepat meresponnya, dan esok pagi mungkin dirimu akan terasa lebih happy dalam menjalani hari.
  • Kelima, jika kamu sudah memberikan afirmasi positif pada diri, dan bahkan sudah produktif namun masih merasa belum bisa seperti "si famous itu". Tenang, mungkin saat ini memang kamu jatahnya bukan menjadi seperti dia. Kamu boleh copy paste hal baik dari "si famous", tapi ingat copy paste terus juga ga baik loh. Kamu jadi kehilangan identitas dirimu sendiri. Kamu bisa ambil hal baik dari pencapaian orang lain, tapi kamu sendiri yang mampu menilai kemampuanmu sendiri. Jadi buatlah list tujuan pencapaian sesuai kemampuanmu kini, bertahap saja tidak perlu langsung melesat jauh. Takutnya malah kamu tidak sekuat "si famous itu". Karena kita tidak pernah tau kepayahan apa saja yang dialami "si famous" untuk mencapai puncak karir, kemapanan atau bahkan prestasinya itu.
  • Keenam, jalani hobby barumu. Misal kamu suka menulis cerita fiksi atau lainnya. Silakan, untuk berkontribusi dimana saja. Asalkan kamu bisa belajar dan nyaman untuk menyalurkan hobby tulisanmu. Alih-alih bonus tulisannya dapat diterima oleh banyak orang.
  • Ketujuh, jika kondisi jiwa ragamu sudah membaik. Boleh kamu kembali aktif di sosial media dan juga dunia nyata. Di sosial media kamu boleh memulai branding diri dengan kemampuan yang pernah kamu asah ketika masa "off". Untuk di dunia nyata, kamu bisa berkumpul dengan teman dan sanak saudara yang sekiranya menurutmu -maaf tidak toksik.

Begitulah kira-kira agar kita bisa mengurangi rasa insecure pada diri sendiri dan pencapaian orang lain.

Sebagian besar kalimat dalam tulisan ini adalah untuk reminder -pengingat saya pribadi. Karena menyembuhkan hati dan pikiran dari rasa insecure memang butuh sekali support system. Agar hati pelan-pelan tergerak untuk mengikhlaskan apa yang belum dapat kita capai di masa kini ataupun ketika masa lampau.

Semoga untuk siapapun yang kini sedang merasakan insecure pada dirinya, semoga lekas kembali happy ya. Karena happy adalah milik kita semua.

Salam sehat untuk sahabat kompasiana yang sudah berkenan sampai di tulisan ini, dan bahkan membacanya sampai akhir. Terima kasih ya. Sampai bertemu kembali dengan tulisan selanjutnya.


Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun