Orang Minahasa zaman dahulu percaya bahwa upacara adat Ngolongan atau "Mangolongan", yang berupa tarian yang ditujukan untuk jenazah yang akan dimasukkan kedalam batu kubur Warug. Selanjutnya adalah upacara adat Rumou 'tana' upacara ini dilakukkan dihari ketiga dengan membawa rumah-rumahan yang terbuat dari kayu yang disebut dengan Balongsong. Kemudian dibawa ke suatu tempat yang jauh dari rumah yakni di ladang atau dikebun milik seseorang yang telah meninggal dunia.
Adanya upacara ini dikhususkan bagi roh orang yang telah meninggal agar pergi meninggalkan rumah semasa hidupnya dan berpindah kedalam rumah ruh yang disebut juga Balongsong. Dari situlah ruh yang sudah  mati akan naik ke langit menjauh dari bumi. Warug dan Balongsong merupakan upacara adat yang paling penting bagi warga Minahasa, karena diketahui Balongsong yang terbuat dari kayu maka akan cepat membusuk hingga lapuk dan hilang dimakan waktu, berbeda dengan Warug yang terbuat dari batu.
Minggu lalu saya mengunjungi Museum Nasional Di Jakarta, disana dapat kita lihat miniatur Balongsong dengan jelas. Rumah Balongsong yang terdapat di Museum Nasional yang termasuk ke benda Anthropologi-religi yang memiliki warna hitam putih, dengan tinggi 130 cm, panjang 100 cm, serta lebar 38 cm memiliki hiasan dan ukiran serta memiliki bentuk yang menjelaskan konsep agama asli Minahasa mengenai ruh manusia. Dapat kita ketahui bahwa orang meninggal di Minahasa mempunyai dua rumah, yaitu warug dan rumah Balongsong.
Pembuatan Balongsong di Minahasa kemungkinan mulai menghilang pembuatannya di tahun 1870-an sedangkan pembuatan Warug 1900-an. Balongsong sangatlah penting untuk diteliti karena mengandung nilai budaya dimana masyarakat Minahasa melakukan upacara adat untuk memindahkan ruh kedalam tempat peristirahatan terakhir kalinya di dunia. Masyarakat Minahasa saat ini masih membuat kursi dan meja kecil di kubur orang yang baru meninggal ialah bentuk kelanjutan dari tradisi Balongsong.
Pada sayap ada hiasan kotak-kotak bertitik yang mirip motif hiasan kain tenun Bentenan yang disebut "Lengkey Wanua" (Lengkey= tinggi, Wanua= negeri) negeri yang tinggi di langit. Gambar manusia jenis wanita dalam bentuk gambar bayi dengan kedua tangan keatas. Roh manusia yang meninggal kembali menjadi bayi untuk dilahirkan kembali ke negeri ruh. Gambaro rang naik kuda member kesan perjalanan menunggang kuda ke negeri langit. Balongsong dan motif hiasannya tidak menggambarkan status sosial pada orang yang meninggal.Â
(Sumber: Minahasa Poenya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H