Mohon tunggu...
Sinta apriani
Sinta apriani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sunny side up

Delicious life without burden

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Occurens

20 Februari 2020   20:08 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:12 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Anna melanjutkan perjalanannya untuk kembali menuju apartemennya. Pandangannya masih terpaku kepada dua sejoli yang masih berpelukan hangat. Kini ia menegakan kepalanya, mengecup puncak kepala si wanita.

Anna yang menyaksikan kedua pasangan tersebut kini terkejut, mulutnya kian membuka. Dia. Lelaki itu adalah Park Jimin. Sial. Kenapa Anna tak bisa mengenalinya. Pasangan yang sejak tadi ia kagumi ternyata dua orang yang pernah menghancurkannya. Air bening mulai memenuhi pelupuk matanya.

Anna memalingkan wajahnya ketika Jimin hampir melihatnya. Ia kembali melanjutkan perjalanannya. Malam yang tadinya dingin kini mulai memanas. Park Jimin sialan. Kenapa bisa ia begitu bahagia setelah berpisah dengan Anna. Dengan perempuan baru pula. Apakah selama ini hubungan yang mereka jalani hanya dianggap main main oleh Jimin. Memuakkan.

Daripada menangisi pria seperti Jimin. Lebih baik Anna segera menyeduh ramyeon di apartemennya. Ramyeon yang selalu menghibur ketika ia sedang dilanda kegundahan. Panas juga pedas. Apartemennya sudah dekat hanya tinggal beberapa gang kecil lagi yang harus ia lewati. Tapi apalagi sekarang. Samar samar Anna bisa melihat pasangan jauh didepannya. Bukan. Mereka bukan sedang bercanda atau apa itulah yang mesra mesra. Mereka lebih seperti sedang bertikai.

Sial. Sepertinya sedang ada peristiwa pencurian dihadapanya. Setelah dilihat lebih dekat sang pencuri sedang berusaha merebut tas seorang wanita paruh baya. Wanita itu tidak diam. Ia menarik narik tas miliknya agar tak sampai dibawa sang pencuri.

"Sepertinya ada yang ingin jadi pelampiasan kemarahanku malam ini" Anna menggulung lengan hoodienya yang panjang. Belanjaanya ia simpan di depan pagar rumah orang.

Berlari cepat ia menendang punggung si pencuri dari belakang. Tepat sasaran. Si pencuri langsung tersungkur ke aspal yang kasar. Sedangkan wanita tua tadi membungkuk pada Anna lalu pamit pergi.

Belum selesai. Pelampiasan amarahnya masih tersisa. Kini Anna mengahampiri si pencuri dan menindih perutnya. Ia mengepalkan tangannya kuat kuat meninju rahang, pipi beserta hidung yang masih tertutupi masker hitam si pencuri.

Nafas Anna tersenggal senggal. Karena lelah telah meninju si pencuri dengan bertubi tubi. Tidak ada perlawanan dari si pencuri. Bukan karena pukulan Anna yang tidak sakit. Sungguh pukulannya sakit. Tapi mana bisa ia melawan seorang wanita. Dan wanita itu adalah Anna.

"Mari lihat. Siapa yang berani mencuri seorang wanita tua tanpa dosa" Anna mencoba membuka masker yang dipakai si pencuri. Tetapi sebelum ia raih maskernya. Dengan cepat si pencuri memegang tangan Anna diikuti tangan lainya yang memegang pinggang Anna lalu si pencuri mendorong tubuh Anna. Kini keadaan berbalik. Si pencuri diatas sedangkan Anna berada dibawahnya.

Si pencuri mencengkram sebelah lengan Anna begitu kuat sampai Anna meringis pelan. Mata mereka berdua kini terpaku. Si pencuri menatap Anna lamat lamat. Anna membalas tatapanya. Hingga akhirnya si pencuri bangkit lalu pergi berlari dengan rasa khawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun