Mohon tunggu...
Sinta apriani
Sinta apriani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sunny side up

Delicious life without burden

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Occurens

20 Februari 2020   20:08 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:12 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pandangannya masih kosong. Beberapa kali helaan nafas ia keluarkan seakan hidupnya telah selesai tanpa beban. Kini tanpa ia sadari dari arah depan sana terdapat seorang pria yang berlari dengan nafas tersenggal, hingga sepersekon kemudian seorang pria itu menabrak tubuhnya hingga tas yang bertengger dipundak sebelah kanannya terlepas dan jatuh menyebabkan isinya berserakan kemana-mana.

"ya! jjinja". Teriakkannya sedikit bergetar karena ia mulai menangis, berjongkok ditengah trotoar dengan tangan yang menutupi wajahnya. Tidak peduli banyaknya orang yang menyorotnya. Ia lelah hanya untuk sekedar menegur apalagi marah-marah pada pria yang barusan menabraknya. Ia tahu, tidak ada gunanya menangis.
Bukan, dia bukan menangis karena tabrakan dari seseorang barusan. Bahkan tabrakan yang tadi sakitnya tidak sebanding dengan hatinya yang perih mengalahkan perihnya luka sayatan pada urat nadi di tangan. Hanya saja ia teringat kejadian yang menimpanya beberapa waktu lalu. Ia menangisi dirinya sendiri karena terlalu lemah menghadapi duka yang ditimbulkan cinta. Ya, sebut saja ia budak cinta.

Sampai suara isakkanya menjadi-jadi membuat pria yang tadi menabraknya ikut berjongkok di depannya."gwaencanayo?" tanya si pria yang kini merasa bersalah karena ia tak tega wanita anggun nan cantik menangis akibat ulahnya. Kemudian ia membereskan barang barang yang diyakininya milik si wanita untuk dimasukan kembali kedalam tasnya.

Isakkan yang ia dengarkan semakin menjadi-jadi membuat ia sedikit kesal karena ia merasa tabrakan barusan tidak separah mobil truk yang menabrak penyebrang karena rem blong. Malahan hanya terasa menyenggol bahunya, tersenggol sampai seluruh badannyapun tidak. Dan ingat, ini ditempat umum. "ya, aku menabrakmu tidak terlalu keras kurasa. Kenapa kau menangis begitu kencang eoh. Maafkan aku. Kenapa menangis?"

"karena aku tidak tertawa". Ucap anna sedikit berteriak. Entah kenapa meskipun masih dalam keadaan menyedihkan ia sempat-sempatnya melontarkan gurauan yang sekaligus menjengkelkan.

Si pria yang sedang memegang beberapa barang milik anna melemparnya kembali ketika mendengar jawaban anna yang menurutnya menyebalkan. Ia mengerti bahwa kata-kata yang dilontarkan wanita tersebut hanya sekedar candaan. Tetapi masalahnya keadaan yang tidak sesuai.
Pria bersurai hitam legam tersebut terkekeh sebentar lalu sedikit mendecak dan memutar bola matanya malas.

"yaaa kenapa kau melemparnya?" teriakkan anna begitu nyaring hingga membuat si pria menutup telingannya rapat rapat menggunakan tangan. Si pria berdiri kembali sedangkan anna membereskan lagi barang barangnya yang kemudian dimasukan kembali kedalam tasnya.

Ia ingin segera menuju surga dunianya hanya untuk sekedar berbaring dan memeluk boneka sapi pekerja kerasnya. Kamar.

"karena aku tidak menangkapnya" jawab si pria tak ingin kalah dengan candaan si wanita dan membalas dengan teriakkan sama nyaring juga.

Ketika membalikkan badannya, mendadak keadaan membuat si pria memasang wajah yang tegang tatkala melihat segerombolan lelaki yang berlari ke arahnya. Dengan gerakan mendadak ia kembali berjongkok di depan wanita tadi. Kemudian bergerak cepat menarik tengkuk si wanita lalu menyatukan labiumnya pada wanita tersebut.

Anna kaget. Terlihat jelas seketika tubuhnya yang tiba-tiba mematung. Bola matanya melebar dengan kejadian yang cukup membuat otaknya berhenti bekerja. Tak lama kemudian anna dapat melihat beberapa orang lelaki berlarian dari jauh sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun