Mohon tunggu...
Sinta Nurhayati
Sinta Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru. Hobi nonton film dan menulis serta traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 2.3

11 Desember 2022   22:31 Diperbarui: 11 Desember 2022   22:39 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Coaching Untuk Supervisi Akademik

Oleh : Sinta Nurhayati

Coaching adalah hubungan kemitraan antara coach dengan coachee, dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee. Dalam dunia pendidikan seorang coach bisa dari unsur guru atau kepala sekolah dan coachee bisa dari unsur murid atau rekan sejawat/rekan sesama guru.

Coaching dilakukan karena dipicu oleh adanya tujuan yang ingin dicapai coachee, berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis untuk meningkatkan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan dan pertumbuhan diri coachee. Coaching dilakukan dengan metode 'asking'. Bertanya yang membangun solusi, menggali ide-ide kreatif sehingga dapat memaksimalkan potensi coachee.

Berkaitan dengan peran saya sebagai coach, dengan melihat pemaparan materi pada modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik saya menilai diri saya belum layak disebut sebagai coach. Sebagai seorang guru saya lebih banyak berperan sebagai trainer, mentor dan konsultan bagi murid-murid saya dibanding sebagai seorang coach. Sebagai seorang supervisor yang membantu tugas kepala sekolah dalam melakukan supervisi dan penilaian kinerja guru terhadap rekan-rekan sejawat saya pun masih pada tingkat seorang supervisor belum sampai pada tingkat seorang coach.

Setelah membaca modul 2.3, saya mulai menyadari kekurangan saya sebagai seorang guru yang harus berperan sebagai coach juga. Teringat kembali pemikiran KHD tentang konsep pendidikan yaitu 'menuntun'. Ternyata coaching bisa dijadikan sebagai salah satu metode dalam proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Guru dapat memberi tuntunan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat murid terpancar dan tergali.

Saya pun berlatih dengan giat mempelajari kompetensi-kompetensi inti dari coaching yaitu 'presence' (kemampuan untuk hadir utuh untuk coachee), mendengarkan aktif dan kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot yang mampu menggali ide-ide kreatif dan potensi coachee. Setelah membaca modul dan melihat video-video coaching di LMS, saya mendapat pencerahan teknik melakukan coaching yaitu coach menangkap kata kunci dari jawaban coachee lalu mengulang kata kunci tersebut untuk menggali lagi jawaban coachee sehingga muncul ide-ide baru dan kreatif dari coachee.

Ketika praktek coaching pertama bersama rekan CGP lain. Saya masih banyak kekurangannya, saya masih fokus terhadap pertanyaan yang saya siapkan tanpa mengaitkan dengan jawaban coachee sebelumnya. Alhamdulilah saat praktek coaching kedua dengan rekan CGP, saya sudah bisa menangkap kata kunci dari jawaban coachee kemudian saya gali jawaban coachee itu sampai coachee bisa terbuka dengan ide-ide barunya. Praktek coaching ketiga, saya semakin mahir menjadi seorang coach dengan menggunakan sintak TIRTA. Alhamdulilah, saya merasa bahagia menemukan pola dalam sebuah kegiatan coaching. Ke depannya saya akan menggunakan kemampuan coaching ini untuk memberdayakan potensi murid dan rekan guru saat saya berperan sebagai supervisor akademik.

Keterkaitan keterampilan coaching dengan materi di modul 2.1 yaitu tentang pembelajaran berdiferensiasi adalah proses coaching ini sangat membantu murid dalam pengembangan diri sesuai kebutuhannya. Ketika saya mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, saya berusaha memenuhi kebutuhan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan melakukan diferensiasi konten, produk dan proses. Keterampilan coaching semakin meningkatkan performa guru dalam mengembangkan potensi murid sesuai minat dan bakatnya.

Keterkaitan keterampilan coaching dengan materi di modul 2.2 yaitu pembelajaran sosial emosional adalah proses coaching dapat  menggali ide-ide dari kekuatan yang dimiliki coachee (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri) serta membuat keputusan yang bertanggung jawab. Coaching pada murid akan meningkatkan perilaku positif murid dan performa akademiknya.

Kompetensi coaching yang perlu saya tingkatkan adalah kemampuan membuat pertanyaan-pertanyaan berbobot sehingga dapat memfasilitasi coachee menjadi kreatif dalam menemukan ide-ide baru. Hal ini menjadi tantangan bagi saya terutama saat meng-coaching murid yang cenderung pendiam, irit bicara, dan kurang kreatif dalam menggali potensi dirinya. Alternatif solusi yang saya tawarkan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot dengan perlahan dan sistematik dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti coachee (murid). Pertanyaan terbuka yang memancing coachee untuk dapat kreatif mengemukakan ide-idenya dan memberikan banyak ruang hening kepada coachee untuk berpikir dengan jernih dengan suasana yang nyaman.

Kompetensi coaching berikutnya yang perlu saya tingkatkan adalah kemampuan untuk memberdayakan coachee. Membimbing coachee dalam membuat rencana aksi, mendorong ide coachee dan memberi saran jika coachee memintanya. Hal ini menjadi tantangan bagi saya saat memberdayakan coachee agar tidak terkesan menggurui, karena pada hakikatnya coaching adalah hubungan kemitraan.

Mudah-mudahan keterampilan coaching yang saya miliki dapat menuntun murid-murid saya dalam mencapai kekuatan kodratnya agar menjadi manusia yang bahagia. Saya pun berharap keterampilan coaching yang saya miliki sekarang bisa menjadikan saya sebagai supervisor akademik yang memberdayakan rekan-rekan sejawat agar meningkat performa pembelajarannya, menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun