Kuliner daerah atau makanan tradisional dapat dimaknai sebagai makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat pada suatu tempat/ daerah tertentu secara turun temurun serta merupakan salah satu dari berbagai keanekaragaman yang ada di Indonesia. Salah satu dari sekian banyak kuliner di Indonesia yaitu kerupuk, terdengar familiar khususnya bagi sebagian besar penduduk di Indonesia.
Kerupuk kulit sapi atau biasa disebut dengan rambak asal Mojokerto, merupakan makanan pendamping dari hewani di mana kulit sapi diproduksi sebagai bahan olahan yang menarik dengan tekstur renyah dan rasa yang gurih. Oleh sebab itu, rambak menjadi pilihan yang tepat untuk digabungkan dengan makanan utama lainnya. Rambak yang terbuat dari kulit sapi ini memiliki sejarah yang mana sudah ada sejak perkiraan abad ke-9 atau ke-10 M di pulau Jawa dan tercatat di prasasti Batu Pura, serta menjadi kerupuk dengan kategori yang paling tua dan sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat umumnya di pulau Jawa hingga pada saat ini.
Kerupuk kulit sapi banyak dikenal Masyarakat luar Mojokerto. Seperti makanan khas daerah lainnya, kerupuk kulit sapi juga banyak dikenal oleh masyarakat luar Mojokerto. Masyarakat luar Mojokerto mengenal kerupuk kulit sapi ini setelah berkunjung ke Mojokerto. Namun, ada juga masyarakat luar Mojokerto yang mengenal kerupuk ini setelah diberi buah tangan oleh keluarga atau tetangga yang berkunjung ke Mojokerto. Tidak banyak masyarakat dari luar Mojokerto yang mengenal kerupuk kulit sapi ini melalui media penjualan secara online (e-commerce).
Masyarakat luar Mojokerto tidak mengenal kerupuk kulit sapi melalui e-commerce karena memang tidak banyak pengusaha kerupuk kulit sapi yang memasarkan dagangannya melalui e-commerce. Rasanya yang enak dan gurih membuat kerupuk kulit sapi banyak disukai oleh masyarakat Mojokerto maupun Masyarakat luar Mojokerto.
Masyarakat luar Mojokerto tidak mengenal kerupuk kulit sapi melalui e-commerce karena memang tidak banyak pengusaha kerupuk kulit sapi yang memasarkan dagangannya melalui e-commerce. Rasanya yang enak dan gurih membuat kerupuk kulit sapi banyak disukai oleh masyarakat Mojokerto maupun Masyarakat luar Mojokerto.
Dalam mengelola kulit sapi ini menjadi sebuah kerupuk, hal utama yang diperlukan adalah untuk merendam bahan baku dengan air kapur. Setelah seharian direndam, lalu kulit sapi dicuci dengan air sampai bersih kemudian rebus hingga tekstur kulit lunak. Selanjutnya bilas dengan air dan rebus untuk kedua kalinya untuk memastikan kebersihannya. Setelah mengalami proses perebusan, kulit sapi dipotong sesuai pola yang diinginkan kemudian dijemur di bawah terik sinar matahari hingga kering. Berikutnya setelah dijemur, maka kulit sapi digoreng menggunakan diangkat serta ditiriskan dari minyaknya serta tahapan terakhir adalah melakukan packing produk kerupuk kulit.
Sejarah Berdirinya Usaha Kerupuk Kulit Sapi Pak Super
Kerupuk kulit sapi atau yang biasa disebut kerupuk rambak merupakan makanan khas daerah Mojokerto. Pusat usaha kerupuk kulit sapi khas Mojokerto berada di Desa Kauman Kecamatan Bangsal. Banyak masyarakat Desa Kauman yang mendirikan usaha kerupuk kulit sapi, salah satu diantaranya adalah kerupuk kulit sapi Pak Super. Usaha kerupuk kulit sapi Pak Super ini didirikan 17 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2004.
Pada awalnya, usaha kerupuk kulit sapi tidak memproduksi sendiri melainkan membeli dari produsen lain yang kemudian dijual kembali. Namun karena untung yang diperoleh tidak seberapa, mereka mencoba untuk memproduksi sendiri walaupun kerupuk yang diproduksi masih sedikit. Kemudian mereka mulai mengembangkan usahanya dengan menambah hasil produksi kerupuk kulit sapi. Banyaknya konsumen yang berdatangan untuk membeli kerupuk kulit sapi Pak Super membuat pengusaha semakin mengembangkan usahanya menjadi UMKM berskala besar yang sudah mempunyai banyak konsumen dan kini usaha kerupuk kulit sapi Pak Super sudah menjadi pemasok kerupuk kulit sapi yang besar.
Strategi Pemasaran Kerupuk Kulit Sapi Pak Super
Saat ini pemasaran kerupuk kulit sapi Pak Super hanya bergerak secara offline dari tangan ke tangan saja dalam ruang lingkup tradisional. Dan hal itu memberi cukup keuntungan bagi perusahaan kerupuk kulit Pak Super daerah Mojokerto. Oleh karena itu, dengan berkembangnya zaman pengusaha mulai sadar dengan penggunaan teknologi dalam dunia ekonomi khususnya pemasaran produk.
Sehingga pengusaha berniat untuk memasarkan produk kerupuk kulitnya ke seluruh pelosok Indonesia secara lebih efektif melalui pemasaran digital yakni sosial media. Seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, Telegram, Twitter, Linkedln, Tiktok, Youtube, dan lain – lain. Karena hal ini, bisa meningkatkan pendapatan yang lebih besar lagi dan memperkenalkan daerah Mojokerto melalui kerupuk kulitnya. Namun, tidak melalui media e-commerce atau dompet digital seperti PT. Tokopedia, Shopee, Lazada dan lain sebagainya.
Perkembangan teknologi yang masih belum merata di daerah Mojokerto. Hal ini disebabkan sumber daya manusianya yang masih kurang pengetahuannya mengenai konsep digitalisasi. Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan kepada salah satu pelaku UMKM di daerah Mojokerto. Hasil yang kami dapatkan yaitu para pelaku UMKM kerupuk rambak atau kerupuk kulit sapi di daerah Mojokerto menjual barang dagangannya secara manual, yaitu dengan tatap muka secara langsung antara penjual dan pembeli.
Namun, pelaku UMKM tersebut juga memiliki niat atau keinginan untuk menjalankan bisnisnya berbasis e-commerce pada era digitalisais ini. Karena dengan memanfaatkan peluang secara online tersebut akan berdampak positif untuk bisnis kerupuk kulit itu sendiri. Selain itu, produk akan banyak dikenal oleh orang. Dengan memanfaatkan pemasaran dan penjualan yang dilakukan secara online akan memudahkan para pelaku UMKM di daerah Mojokerto agar lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Akademi PIM. 2021. 7 Manfaat Kerupuk Kulit, Dan 3 Efek Sampingnya Jika Dikonsumsi Berlebihan – Akademi PIM. [online] Available at: [Accessed 15 November 2021].
Amertaningtyas, D., 2011. Mini review: Pengolahan kerupuk “Rambak” kulit di Indonesia. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science), 21(3), pp.18-29.
Arianto, B., 2020. Pengembangan UMKM Digital di Masa Pandemi Covid-19. ATRABIS: Jurnal Administrasi Bisnis (e-Journal), 6(2), pp.233-247.
Kata Data. 2021. Digitalisasi UMKM di Tengah Pandemi Covid-19. [online] Available at: [Accessed 15 November 2021].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H