Biodiversitas atau yang lebih sering kita kenal sebagai keanekaragaman hayati menjadi topik yang tidak pernah bosan untuk diperbincangkan. Keanekaragaman hayati adalah tulang punggung kehidupan manusia, baik dari segi ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya. Hal tersebut dikarenakan berbagai kebutuhan manusia mulai dari sandang, pangan, dan papan telah tersedia di alam melalui keanekaragaman hayati, sehingga keberadaan keanekaragaman hayati tidak dapat dipisahkan dan sangat menguntungkan bagi keberlangsungan hidup manusia. Namun, karena berbagai kemudahan, dan manfaat yang tersedia di alam melalui adanya keanekaragaman hayati tersebut, lantas membuat manusia terlena dan mengeksploitasi sumber daya alam dari keanekaragaman hayati yang ada tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. Manusia juga hanya memanfaatkan sumber daya alam tanpa dibarengi dengan upaya untuk menjaga kelestariannya. Selain itu, meningkatnya kemampuan manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam hayati juga memunculkan berbagai permasalahan baru yang lebih kompleks.
Menurut Kuswanto (2006), eksploitasi spesies flora dan fauna berlebihan akan menimbulkan kelangkaan dan kepunahan spesies. Pemanfaatan sumber daya alam yang berorientasi pada keuntungan tanpa memperhatikan kelestariannya dalam jangka pendek memang telah berhasil mengangkat pertumbuhan ekonomi negara, tetapi dalam jangka Panjang hal tersebut dapat mengakibatkan kebangkrutan. Bagaimanapun jika terus-menerus dilakukan eksploitasi secara besar-besaran, cepat atau lambat sumber daya alam yang tidak dapat terbarukan pasti akan habis. Demikian pula dengan sumber daya alam yang dapat terbarukan. mengapa hal tersebut dapat terjadi? karena meskipun sumber daya alam tersebut dapat terbarukan, jika dilakukan eksploitasi melebihi kemampuan reproduksi/regenerasinya, maka besar kemungkinan sumber daya alam tersebut akan kehilangan daya lentingnya dan kemudian punah. Ketika suatu sumber daya alam punah, maka sumber daya alam tersebut tidak dapat diciptakan kembali. Pemanfaatan sumber daya alam yang berorientasi pada keuntungan tadi juga menuntut untuk selalu tersedianya varietas tanaman dan ras hewan tertentu sesuai permintaan pasar. Hal ini mendorong dilakukannya penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya yang kemudian dapat menimbulkan erosi genetik hingga menyebabkan krisis keanekargaman hayati.
Intervensi kegiatan manusia lainnya yang memberikan banyak dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati yaitu deforestasi hutan maupun alih fungsi lahan menjadi pemukiman, perkebunan, maupun lahan industri yang mengakibatkan hilangnya habitat asli berbagai macam flora dan fauna. Introduksi jenis-jenis eksotis, pencemaran air, tanah, dan udara akibat dari limbah industri maupun domestik, serta perubahan iklim yang erat juga kaitannya dengan perilaku manusia. Tujuan dilakukannya berbagai macam kegiatan yang mengakibatkan banyak dampak negatif bagi lingkungan dan keaneakaragaman hayati seperti yang disebutkan di atas tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Maka, yang menjadi akar permasalahan keanekaragaman hayati adalah kondisi dari manusia itu sendiri. Pertumbuhan populasi penduduk yang pesat menyebabkan semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Tidak cukup sampai disitu, masalah kemsikinan juga memperparah rusaknya lingkungan dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Misalnya, di negara-negara maju pembuangan limbah domestik sudah menggunakan saluran yang berbeda sesuai dengan jenis limbahnya sehigga dapat ditanggulangi terlebih dahulu sebelum limbah di salurkan ke sungai. Sedangkan di Indonesia yang merupakan negara berkembang, pembuangan limbah domestik masih menggunakan satu saluran yang sama, yang mana hal ini kemudian akan menyebabkan pencemaran air.Â
Mengingat pesatnya pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi disertai eksploitasi yang tinggi pada sumber daya alam hayati, maka perlu dilakukan pengalokasian areal kawasan alami untuk digunakan sebagai kawasan konservasi. Upaya konservasi tersebut dapat dilakukan secara in situ yaitu dengan cara menjaga keanekaragaman jenis di dalam ekosistem aslinya seperti hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional, maupun secara ex situ yaitu di luar habitat aslinya seperti kebun binatang, taman safari, taman raya, dan lainnya. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan beserta keanekaragaman hayati di dalamnya juga harus di tingkatkan sebagai modal utama tindak pengelolaan lingkungan yang baik. Degradasi keanekaragaman hayati diakibatkan oleh berbagai intervensi kegiatan manusia tanpa dibarengi dengan pelestarian dan pengelolaan lingkungan yang baik. Maka, yang menjadi akar permasalahan keanekaragaman hayati adalah kondisi dari manusianya itu sendiri, di mana pertambahan populasi manusia secara eksponensial menyebabkan tekanan pada ekosistem dan kepunahan. Upaya untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ maupun ex situ. Selain itu, upaya penyelamatan keanekaragaman hayati juga harus diimplementasikan oleh semua pihak terutama dengan cara meningkatkan kesadaran dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sebagai langkah antisipasi meningkatnya laju kemerosotan keanekaragaman hayati.
DAFTAR PUSTAKA
Krishnamurti, Y (2000). Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan
Permasalahannya. MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan,
ejournal.unisba.ac.id,
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/7
Ngakan, PO (2018). Konservasi Keanekaragaman Hayati Untuk Mewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional
Biodiversity ..., fahut.untad.ac.id, https://fahut.untad.ac.id/wp-
content/uploads/2019/04/1.-Ngakan-Putu-Oka.pdf
Rede, A (2011). Keanekaragaman Hayati Dan Perubahan Iklim. Universitas
Tadulako. Palu Sulawesi Tengah
SIBORO, TD (2019). Manfaat keanekaragaman hayati terhadap lingkungan. Jurnal
Ilmiah Simantek, simantek.sciencemakarioz.org,
https://www.simantek.sciencemakarioz.org/index.php/JIK/article/view/36
Sutoyo, S (2010). keanekaragaman hayati indonesia Suatu Tinjauan: Masalah dan
Pemecahannya. Buana Sains, jurnal.unitri.ac.id,
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/view/199