Mohon tunggu...
sinqostan
sinqostan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Mencari lahan pelampiasan hasrat untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rubik

9 Januari 2023   17:49 Diperbarui: 9 Januari 2023   17:59 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencerita bertemu dengan teman-teman dari Sepupu jauhnya ini. Beberapa merekapun turut mempelajari Rubik ini dari nol. Salah satu dari mereka memiliki jam belajarnya sendiri. Setiap sore di tepi Empang. Kurang lebih lima kali bertemu, teman sepupu jauhnya ini sangat cepat belajar. Lalu mengajarkan saudara-saudaranya di rumah.

Kemudian Pencerita bertemu teman lama. Teman lama yang baru kenal lagi. Dan ternyata Teman barunya ini sudah memiliki dasar menyelesaikan Rubik. Maka belajarlah ia pada Pencerita. Harusnya begitu saja, tambah teman baru dengan saling mempelajari Rubik. Tapi untuk yang satu ini kasusnya berbeda.

Apa yang jadi pembeda tersebut? Teman barunya ini adalah keponakan dari orang yang mengajari Pencerita menyelesaikan Rubik. Ya, keponakan langsung dari kakak kelasnya dulu. Sungguh, sebuah alur hidup yang sangat-sangat mengejutkan, sungguh. 

Setelah delapan tahun berlalu, setelah delapan tahun sejak kali pertama diajari menyelesaikan Rubik, Pencerita justru kembali untuk mengajari keponakan dari kakak kelas yang mengajarinya dulu. Sungguh kejutan. Sungguh.

Pencerita baru mengetahui fakta itu setelah beberapa pekan bermain dengan Teman barunya ini, ketika ia bercerita tentang siapa yang mengajarinya dulu, ia menyebut nama karena ia selalu ingat itu, walau sudah sering ia sebutkan, ternyata selama ini Pencerita keliru satu huruf dalam mengingat nama kakak kelasnya itu. Begitu ia menyebut nama yang benar, Teman barunya ini juga terkejut dan membalas, "itu lho Ami (paman) ku". Pencerita terkejut sangat ketika mendengar fakta tersebut. Sangat-sangat terkejut. Campur aduk perasaan Pencerita ketika diberi alur hidup yang sangat-sangat mengejutkan ini. Sungguh.

Rubik nama mainan itu. Harganya beragam sesuai kualitas. Teka-teki kubus yang dimainkan untuk menyusun ulang apa yang telah di acak. Bahkan dalam hidup seorang pemuda yang disebut Pencerita dalam cerita diatas, mainan ini menjadi bagian penting dalam hidupnya. Sudah dipertemukan banyak teman baru & cerita-cerita baru. 

Semua orang, semua kita bisa menyelesaikan mainan itu, asal kita mengetahui darimana untuk mulai memutar lantas langkah apa yang selanjutnya kita ambil hingga semua warna kembali ke posisinya masing-masing, begitupula dengan masalah atau ujian dalam hidup. 

Tidaklah kita di uji jikalau kita tidak mampu melalui ujian tersebut, atau begitulah kata nasihat lama.

Mainan itu bernama Rubik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun