Mohon tunggu...
kegelapan dosa
kegelapan dosa Mohon Tunggu... -

inner darkside of mankind

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Awam Bicara Produksi Minyak---Bingung deh

20 Maret 2012   08:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:43 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

RON 95
90,558
181,116
32,000
-
-

RON 91
331,344
616,122
120,000
214,000
1,411,000

Minyak mentah yang di bor dan disedot dari bumi Indonesia, di ubah menjadi BBM (dan produk lain tentunya).  Pertanyaannya adalah mengapa impornya lebih besar dari produksi dalam negri ? apa yang terjadi ? Dan kalaupun konsumsi "digeser" ke produk yang lebih tinggi [RON 92] ,  data tahun 2011 menunjukkan bahwa tetap saja impornya lebih besar dari produksi dalam negri.

Pertanyaan berikutnya adalah, mengapa ini (impor lebih besar dari produksi sendiri) dibiarkan ? Kalau hal ini baru diketahui setahun terakhir, mungkin langkah penyelamatan dengan mengatur ulang harga BBM sangat bisa dimengerti. Tetapi gejala ini sudah berlangsung lama tetapi tidak ada hal nyata yang telah dilakukan.

Mengikuti penjelasan di website tersebut, dimana dikatakan spesifikasi minyak mentah produksi Indoensia tidak sesuai dengan kilang yang ada di Indonesia.  Pertanyaan yangmuncul adalah " Apakah minyak mentah yang di produksi saat ini benar benar dari sumur yang berbeda dari sumur yang ada saat pembangunan kilang,  sehingga  spesifikasinya berubah total dan tidak bisa diolah lagi di kilang yang ada ? "

Dari sekian lama problem ini dikenali, apakah yang sudah dilakukan pemerintah untuk menyesuaikan kilang yang ada dengan spesifikasi minyak mentah Indonesia ?

Rasanya jawaban persoalan BBM  hanya adalah tentang seberapa cepat bertindak dan memutuskan....!!!!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun