Wayang adalah salah satu jenis kebudayaan Jawa yang telah ada dan dikenal oleh masyarakat Jawa sejak 1500 tahun yang lalu. Kebudayaan Hindu masuk ke Jawa membawa pengaruh pada pertunjukan bayang-bayang, yang kemudian dikenal dengan pertunjukan wayang. Dalam penyebaran agama Hindu di pulau Jawa, para Brahmana menggunakan kitab Mahabarata dan Ramayan selain kitab Weda sehingga kedua kitab ini dikenal di masyarakat Jawa.
Dalam perkembangannya dari zaman ke zaman, wayang telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat pendukungnya, baik dalam bentuk atribut, fungsi maupun peranannya. Wayang telah melewati berbagai peristiwa sejarah dari generasi ke generasi. Budaya pewayangan telah melekat dan menjadi bagian hidup dari bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa.
Mahabharata adalah cerita yang teramat penting di dalam perkembangan seni perwayangan. Di negara asalnya (India) cerita ini sudah sangat terkenal, di dalamnya terdapat cerita kepahlawanan Panca Pandawa dan Korawa. Dengan hikayat yang berpusat pada kisah Mahabharata mempunyai daya Tarik tersendiri untuk diteliti. Cerita Mahabharata merupakan salah satu dari cerita pewayangan yang cukup ampuh untuk memasukkan semua nilai-nilai dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Di dalam hal ini peneliti mempusatkan kepada sosok teladan dalam sebuah kisah pewayangan, adalah wayang purwa (Ramayana dan Mahabharata), sebuah hikayat yang menceritakan sangat besarnya konsekwensi sumpah yang telah diucapkannya dan seringkali dibayar dengan pengorbanan jiwa raga.
Berikut penulis kemukakan ialah sosok Pandawa Lima terdiri dari:
1. Yudhistira atau Puntadewa.
Yudhistira meerupakan anak tertua dari pasangan Raja pandu serta Dewi kunti, Baginda beserta permaisuri dari lingkungan bangsa-kuru, pemerintahannya berpusat pada wilayah hastinapura. Sebagai tokoh pada Pandawa Lima, dibagian atas pada mahkotanya terdapat sepotong kertas berwarna putih menjadi jimat kekuatannya.
2. Bima atau Werkudoro
Bima alias Werkudoro merupakan putra kedua Prabu Pandu Pemimpin kerajaan Hastinapura bersama dewi Kunti. Gambaran sosok Bima, beliau adalah sosok berperawakan tinggi besar laksana raksasa serta wajahnya yang garang, namun selalu menunduk bagaikan seseorang yang sedang shalat. Bila mengerjakan suatu hal, jangan pernah mengganggu Raden Bima sampai beliau selesai mengerjakan semuanya.
3. Arjuna atau Janaka
Arjuna dikenal sebagai Janaka alias Permadi alias Dananjaya Alias Indratanaya alias Palguna alias Jahnawi alias kumbang ali-ali aliass Supatra alias margana alias Pamade merupakan sosok yang gemar bertapa. Arjuna putra Ketiga Prabu Pandu dan dewi Kunti. Raden Arjuna adalah jelmaan dari Batara Indra. Arjuna memiliki jiwa teguh dan berwajah rupawan. Didalam keterasingan diri, Arjuna digambarkan sebagai individu yang rajin berpuasa, Arjuna mempunyai jiwa yang tenang didalam menghadapi semua cobaan dan kesengsaraan hidup.
4. Nakula atau Pinten
Nakula lebih tua daripada Sadewa. Kedua satria ini adalah putra kembar dari Raja Pandu dan dewi Madrim. Raden Nakula alias Pinten diibaratkan bagai jari Manis, simbol dari kesatria yang giat dan rajin bekerja, penampilan Nakula tidak pernah sembarangan selalu berpakaian rapi serta bagus juga dermawan. Di pewayangan Nakula merupakan sosok yang disimbolkan sebagai zakat dan berhaji.
5. Sadewa atau Tangsen.
sadewa atau dikebak tangsen merupakan Pandawa Yang Kelima  mempunyai watak sangat mirip dengan saudari kembarannya yang bernama nakula. Sadewa alias Tangsen alias Darmagranti memiliki penampilan yang bersahaja hingga indah dilihat mata semua. Sifatnya yang suka memberi tampak jelas pada diri sadewa persis Nakula. Hingga akhirnya Zakat dan Ibadah Haji disematkan kepada kedua kesatria kembar ini, dapat diartikan menjadi kondisi wajib kepada mereka yang cukup didalam hal kekayaan.
Tokoh yang penuh inspiratif untuk dijadikan contoh teladan bagi banyak orang. Pandawa Lima tokoh wayang yang sangat popular bagi masyarakat Jawa mampu memberikan pelajaran bagaimana nilai-nilai kehidupan di dalam lingkup budaya lokal. Sebagai masyarakat Indonesia yang tinggal ditanah Jawa sangat mengapresiasi tradisi kebudayaan yang memiliki makna yang teramat penting untuk melindungi relevansi budaya di Jawa.
Lima tokoh pandawa ini merupakan potret kehidupan menjadi referensi untuk dapat melangkah sepanjang masa. Di sebuah  kisah perjalan panjang dalam kehidupan mahabarata senantiasa mempersembahan petuah sehingga ketika pementasannya bayang-bayang bisa menjadi panduan kehidupan bagi seluruh masayarakat yang hidup dimuka sampai kapanpun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H