Mohon tunggu...
Sinna HeĀ®manto
Sinna HeĀ®manto Mohon Tunggu... -

the challenge-Ā®

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Plesir ke Pacitan, Yuk!

13 Maret 2015   16:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:42 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan. Saya sempat kepikiran untuk camping di sini, hehehe.

Begitu sampai di lokasi, saya tidak buru-buru menceburkan kaki dalam air. Dulu, saya suka mengejar kepiting atau mencari kulit kerang-kerang kecil yang banyak bertebaran di sana. Sayangnya, saat ini semuanya seperti tertimbun oleh banyaknya sampah reranting pohon dan botol bekas minuman. Para pengunjung nampak cuek dengan sampah-sampah ini. Mereka sangat menikmati berbasah-basahan, berkejaran dan bermain air di sini. Mereka seperti terbiasa, terbiasa berdampingan dengan sampah. Miris.

[caption id="attachment_402587" align="aligncenter" width="420" caption="langitnya mendung"]

1426237453605370160
1426237453605370160
[/caption]

Teleng Ria yang berada di jalan Pramuka ini memiliki bibir pantai yang lumayan panjang sekitar 3 km. Sebagaimana pantai selatan Jawa pada umumnya, pantai ini juga berombak besar. Sangat tidak disarankan untuk berenang di sana. Meski demikian, saya sempat melihat seorang penjaga pantai (life guard) berkostum merah yang baru saja menepi dari kegiatannya berselancar. Beberapa penjaga pantai lainnya berpatroli menggunakan sepeda motor.

Lalu saya berniat mencari kampung nelayan tradisional dengan menyusuri separuh pantainya ke arah barat karena di bagian timur tertulis 'danger area'. Warna pasirnya kuning kehitaman karena mengandung granit/ pasir besi dan teksturnya lembut. Berjalan ke arah barat, nampaklah sebuah muara, pertemuan air sungai dan air laut.

[caption id="attachment_402588" align="aligncenter" width="420" caption="tunas muda yang tersisa"]

1426237515356233613
1426237515356233613
[/caption]

Di ujung muara yang berair dalam, terlihat bangkai kapal yang teronggok di perairan air tawar. Bangkai kapal ini seperti mengisahkan kerasnya kehidupan penduduk pesisir. Aroma ikan dan asinnya laut memenuhi udara. Aih, sedap sekali.

[caption id="attachment_402589" align="aligncenter" width="420" caption="kenangan yang karam"]

14262375981668276505
14262375981668276505
[/caption]

Selain pantai, Teleng Ria juga menyediakan arena permainan anak yakni Kampoeng Air (water park) yang berada di dekat pintu masuk. Dari jalur aspal itu terlihat beberapa kolam dan perosotan penuh dengan pengunjung. Di dekat pintu gerbang juga ada 'badut' tokoh kartun berkostum warna warni dan lucu menyambut pengunjung. Ini tentu menjadi kelebihan dari arena ini yang memang ditujukan untuk anak-anak.

Cuaca yang tidak menentu dan gelap yang hampir pekat, membuat saya harus kembali pulang. Kali ini saya tidak menggunakan ojek atau bus tetapi berjalan kaki menuju terminal bus Pacitan sembari menikmati suasana asli sana. Di ruas jalan Pacitan-Solo, di sekitar makam Kucur itu terpampang baliho besar dengan gambar putra presiden SBY berikut tulisan "Pacitan Kota 1001 Goa".

Meski kondisi perjalanan pulang menuju Ponorogo diisi dengan kengerian-kengerian ketika berpapasan dengan kendaraan yang berlawanan arah terutama pada bagian jalan yang sedang dalam perbaikan, tetapi pesona alam Pacitan sangat membekas dalam ingatan. Jika Anda berencana ke pantai Teleng Ria, lakukan bersama pasangan, keluarga atau teman-teman. Setidaknya ada yang mengawasi ketika kita kecapaian dan tertidur di atas kendaraan. Atau ... inginĀ mbackpaker solo seperti saya?Ā Selamat mbolang.

Sinna Hermanto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun