Masih ingat konflik di Irak dan Palestina? Bagi sebagian orang, daerah konflik adalah tempat yang harus dihindari. Adu senjata dan korban berjatuhan menjadi pemandangan biasa yang ditemui di sana.Â
Oleh karenanya, tak banyak orang rela hidup dalam kondisi mencekam dan serba darurat itu. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Iswiyanti Widyawati. Dokter lulusan FK Unair tersebut ternyata menjadi relawan BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia) bidang kesehatan yang biasanya terjun di daerah konflik dan bencana alam.Â
"Mau perang atau nggak peran, kalau wayahe mati yo mati," katanya dengan penuh gelak tawa.
Pada tahun 2003, sosok Iswiyanti Widyawati mengabdikan dirinya menjadi aktivis kemanusiaan di Irak saat terjadi serangan oleh Amerika Serikat. Ketua Yayasan Harapan Muslimah tersebut menjadi saksi nyata bagaimana kekejaman Amerika Serikat saat itu.Â
Jiwa kemanusiaannya terpanggil untuk menjadi tenaga medis bersama suaminya, dr Arief Basuki (Ketua BSMI Timur), selama satu bulan.Â
Tiga tahun berikutnya, ia melanjutkan misi kemanusiannya di Lebanon tepatnya di pengungsian Palestina. Ia hidup disebuah tempat yang serba darurat dan penuh sesak karena sejak tahun 19967 sampai 2006 tidak ada perbaikan fasilitas.Â
Dari pengalamannya tersebut, banyak sekali pelajaran yang dapat diambil untuk dibawa pulang ke tanah air. Selain itu, beliau juga aktif di LSM 12 (sebuah lembaga sosial yang peduli anak jalanan) dan LSM HOPE berkaitan dengan gerakan bahasa narkoba.
Diantara kesibukan menjadi dokter di RSIA Lombok Dua Dua Surabaya dan aktivis, Iswiyanti Widyawati tetaplah sosok Ibu bagi enam anaknya. Pembina Dompet Qur'an amanah tersebut  memberikan kebebasan untuk anak-anaknya dalam memilih bidang yang ditekuni.Â
Tak ada tuntutan bagi anak-anaknya untuk menjadi dokter seperti dirinya. Anak-anaknya pun mendukung kiprah Ibunya karena apa yang dilakukan Ibunya tersebut memberikan kemanfaatan bagi masyarakat.
Dan figur Ibunya, Soedarsih, selalu memberikan teladan kepedulian pada masyarakat. "Ayah saya bilang, bahagia secukupnya, dan sedih seperlunya. Jangan berlebihan," ungkap perintis TK Al Uswah Surabaya tersebut.