Mohon tunggu...
Khoirun Nizam
Khoirun Nizam Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis untuk dikenang dan abadi

Writer

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Akhir dari Indonesia Masters 2018 Menuju Asian Games 2018

28 Januari 2018   16:48 Diperbarui: 24 Maret 2018   08:30 2768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yang kuning yang juara! kebetulan saja jersey kuning yang menang.

Dengan berakhirnya partai final (28/01), maka usai sudah gelaran Daihatsu Indonesia Masters 2018. Turnamen yang telah dihelat di Istora Senayan ini adalah sebuah "Road To Asian Games" pemanasan pasca renovasi yang dilakukan demi mempersiapkan Asian Games 2018 mendatang. Para pemain luar negeri pun mengaku puas dengan wajah Istora sekarang.


“Sangat cantik dan menyenangkan. Istora ini juga terlihat begitu besar. Saya pikir kalian membangunnya dengan baik apalagi dengan waktu yang cepat. Saya juga senang karena masih bisa merasakan keramaiannya dan orang Indonesia menyukai saya. Jadi saya sangat senang dan apalagi saya sudah pernah tiga kali juara di sini (saat Indonesia Open),” Ungkap Saina Nehwal Runerup Indonesia Masters 2018 dikutip detik.com.

Saya sudah bermain di banyak venue di seluruh dunia, tetapi Istora merupakan yang terbaik. Atmosfer, penggemar, lapangan, semuanya luar biasa di sini. Tak ada kekurangan apapun. Masalah angin juga masih wajar, jadi bisa dibilang Istora memang venue bulutangkis terbaik di dunia," ungkap Ganda putra Denmark, David Daugaard dikutip dari bola.com

Sukses menjadi penyelenggara, Indonesia setidaknya juga sukses dalam prestasi. Pada partai final, Indonesia berhasil menempatkan 4 wakilnya di empat sektor yaitu tunggal putra (Anthony Ginting), ganda putra (Kevin/Gideon), ganda putri (Greysia/Apriani) dan ganda campuran (Tontowi/Liliyana). Empat 4 wakil itu sepertinya adalah kadidat terkuat pula yang bakal memenuhi target bulutangkis di Asian Games yaitu 4 emas. Doakan saja! Smartphone Honor 9 Lite Indonesia

Kevin/Marcus menutup partai final dengan kemenangan (Foto: Badmintalk)
Kevin/Marcus menutup partai final dengan kemenangan (Foto: Badmintalk)
Namun, untuk Indonesia Masters 2018 kali ini harus berakhir dengan raihan 2 gelar juara (tunggal putra dan ganda campuran) serta 2 runner up (sektor ganda campuran dan ganda putri). Ginting sukses menghempaskan Kazumasa Sakai, Kevin/Gideon berhasil mengalahkan "Duo Menara" Tiongkok, Liu Yuchen/Li Junhui dengan ketat tiga set bahkan penuh drama dan "ketengilan". Sedangkan Greysia/Apriani harus menyerah mudah dari Misaki/Ayaka dan Tontowi/Liliyana gagal membendung duet Siwei/Yaqiong pada turnamen  yang total hadiah sebesar 350.000 dollar AS atau sekitar Rp 4,2 miliar ini. Panahan Malang

Yang kuning yang juara! kebetulan saja jersey kuning yang menang.
Yang kuning yang juara! kebetulan saja jersey kuning yang menang.
Tunggal Putri Masih Terlemah

Adalah pekerja rumah bagi PBSI untuk segera mengorbitkan tunggal putri Indonesia yang berkelas dunia. Anak asuhan Minarti CS masih belum bisa menembus babak final. Ini tentu menjadi sorotan tajam untuk sektor tunggal putri ketika sektor lain sudah menyumbangkan wakil sampai babak final. 

Tunggal putri terbaik Indonesia, Fitriani hanya mampu bertahan di 16 besar setelah kalah dari Juara Malaysia Masters 2018, Ratchanok Inthanon (Thailand). Sedangkan Juara Dunia Junior 2017, Gregoria Mariska dipaksa angkat koper lebih awal di babak 32 besar dari pemain muda Malaysia, Goh Jin Wei. Ya, memang diakui sektor tunggal putri masih butuh proses untuk bisa masuk ke jajaran elit dunia.

Munculnya “Raja Langit”

“Raja Langit” adakah julukan disematkan oleh Badminton Lovers Tiongkok untuk Anthony Sinisuka Ginting yang mencuat dalam #ForumTiongkok Badmintontalk. Bukan berlebihan karena nyatanya Ginting berhasil menjadi juara di turnamen selevel super series ini. Julukan lain juga pernah dilontarkan badminton lovers Tiongkok seperti Si Tangan Petir (Kevin Sanjaya), Coach Naga Api (Pelatih Herry IP), Dewa Hendra (Hendra Setiawan).

Hadirnya Ginting dipodium juara seolah menjadi angin segar bagi regenerasi tunggal putra Indonesia pasca pensiunnya Taufik Hidayat. Sebelum menjadi Juara Daihatsu Indonesia Masters 2018, Ginting juga pernah merebut Juara Korea Open Super Series 2017 usai mengalahkan rekan senegarannya Jonathan Christie. 

Perlu diapresiasi kiprah tunggal putra muda Indonesia yang mulai menunjukkan tajinya. Dibawah Ginting dan Jonathan juga masih ada setidaknya tunggal putra yang level permainannya tidak kalah jauh, Ihsan Maulana Mustofa. Ketiga tunggal putra ini pun menjadi sekuad Indonesia dalam Kejuaraan Beregu Asia (BATC) 2018  yang dihelat di  Alor Setar, Malaysia, pada 6-11 Februari 2018. Panahan Surabaya

Ini juga sekaligus pembuktian pada ucapan Taufik Hidayat yang sempat mengkritik kepelatihan tunggal putra PBSI. 

"Kapan bisa lihat tunggal putra bisa juara lagi dan stabil kaya ganda putra? Siapa dan apa yg salah di tunggal putra? Pelatihnya? Pelatih fisiknya? Or nutrisi? Apa mental pemainnya? Tolong untuk PBSI evaluasi yg maksimal dong.. apalagi mau AG2018 sebagai tuan rumah... semangat terus pemain-pemain indonesia," tulis Taufik Hidayat dalam caption instagramnya.

Sekarang Ginting dan kawan-kawan malah termotivasi dan membalas komentar negatif dengan juara.

"Dari omongan aa Taufik sendiri, kami ingin membuktikan diri saja. Koh Hendry dan Bang Irwansyah juga terus memotivasi. Justru kritikan tersebut membuat kami tambah termotivasi saja." ujar Ginting dikutip dari fanspage Badmintalk.com

Di Balik Racikan Siwei/Yaqiong

Ada yang menarik ketika pelatih Tiongkok kala itu memecah pasangan rangking 1 dunia, Zheng Siwei/Chen Qincheng dan ranking 2 dunia Lu Kai/Huang Yaqiong yang kemudian meracik Siwei/Huang Yaqiong dan memfokuskan Chen Qincheng di ganda putri. Pasalnya, tak butuh waktu lama untuk Siwei/Huang beradaptasi dan bahkan sejak dipasangkan sampai sekarang sudah meraih banyak gelar dan hanya pernah kalah sekali dari pasangan Hongkong, Tang/Tse.

Di balik racikan Siwei/Huang ini, Oma Gill yang merupakan komentator bulutangkis dunia berpendapat bahwa alasan Siwei/Chen Qincheng dipisah adalah karena sering kalah dari Tontowi/Liliyana apalagi di tahun lalu mereka kalah di 3 final turnamen besar (Kejuaraan Dunia, Indonesia Open,dan Prancis Open 2017).

Pada gelaran Indonesia Masters ini kembali Siwei dengan pasangan barunya Huang Yaqiong untuk kali pertama bertemu dengan Tontowi/Liliyana. Namun, hasil berbeda terjadi. Siwei/Huang akhirnya menang dengan dua set langsung. Dengan hasil ini bisa dikatakan misi pelatih Tiongkok untuk mengalahkan Tontowi/Liliyana telah berhasil dengan racikan Siwei/Huang. Pasangan Siwei/Huang ini merupakan ancaman terbesar Tontowi/Liliyana di Asian Games bila ingin meraih medali emas pertama mereka.

Regenerasi Ganda Campuran Indonesia

Tak beda jauh dengan Tunggal putri, sektor ganda campuran harus segera mengorbitkan pasangan lain yang level permainannya bahkan lebih baik dari Tontowi/Liliyana. Usia Liliyana yang tidak muda dan sering terkena cidera tidak bisa terus-terusan dijadikan tulang punggung dalam meraih gelar di setiap kejuaraan. Liliyana Natsir sudah berkiprah di era Gao Ling hingga sekarang Huang Yaqiong adalah sebuah perjalanan panjang dan sudah saatnya diganti pemain muda.

Terlebih tahun ini menjadi tuan rumah Asian Games, mau tidak mau Praven/Melati, Ricky/Debby dan Hafiz/Gloria harus menunjukkan kemampuan terbaik bahkan merebut gelar di beberapa turnamen kedepan. Pasalnya, dari 3 pasang itu akan dipilih 1 ganda campuran yang akan mendampingi Tontowi/Liliyana di Asian Games 2018 mendatang.

Fakta unik lainnya adalah bagaimana seorang Liliyana Natsir masih dibuat penasaran karena belum pernah menjadi juara di turnamen yang diadakan di Istora Senayan bersama Tontowi Ahmad. Tahun lalu Indonesia Open berpindah ke JCC dan mereka bisa meraih gelar setelah Indonesia Open sebelumnya yang bertempat di Istora berakhir tanpa gelar. 

Ketika jurnalis bertanya apakah itu kutukan Istora, maka Tontowi mengatakan, "Saya tidak percaya mitos-mitos ya. Tadi itu mereka benar-benar lebih baik saja." Liliyana Natsir pun juga berkomentar, “Satu lagi ya. Kami sudah pernah juara di Istora, SEA Games 2011. Walaupun hanya level ASEAN ya tapi kita juara juga. Jadi tidak ada ya kutukan kutukan. Nanti Asian Games di Istora lagi, doakan kami tampil maksimal dan bisa menangkan medali emas.”

Kalahnya Tontowi/Liliyana dari Siwei/Huang dan Greysia/Apriyani dari Misaki/Ayaka setidaknya tidak perlu menjadi kesedihan yang berlarut. Masih ada waktu untuk kembali meningkatkan kualitas, teknik dan skill sebelum Asian Games 2018 berlangsung. Ya, setidaknya kalah mereka menjadi sebuah pelecut semangat agar semakin giat berlatih dan bisa membalas kekalahan di turnamen penting lainnya sekelas All England, Kejuaraan Dunia, Indonesia Open, dan Asian Games 2018.

"Kami masih meraba-raba saja di pertandingan tadi. Kami sudah nonton videonya namun saat bertemu langsung tentu beda. Sempat kaget juga tadi cepat banget. Siwei Siwei sangat percaya diri. Mungkin juga karena dia sangat jarang kalah jika bermain dengan Huang Yaqiong. Untuk Asian Games, kami punya misi untuk balas dendam dengan mereka jika bertemu lagi di depan publik Istora." Liliyana Natsir.

Duel Sengit "Minions" vs Li Junhui/Liu Yuchen

Selalu menarik memang sajian pertandingan Kevin/Gideon untuk ditonton. Pada partai final melawan pemain jangkung dari Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen  selalu penuh dengan "provokasi", seperti keengganan mengganti suttlecock, tatapan tajam ke lawan dari depan net dan gerakan pura-pura memukul suttlecock yang sudah out. Puncaknya adalah ketika Kevin merasa dicurangi wasit karena sudah jelas-jelas suttlecock mengenai raket Li Junhui sebelum keluar namun wasit mengatakan bola out.  Match sempat jeda yang cukup lama karena Kevin/Gideon merasa dicurangi. Bahkan pihak BWF dan coach Herry IP sempat mendekat ke wasit untuk meminta klarifikasi. Namun, sepertinya wasit memang tidak bisa merubah keputusan. Untung saja bukan disaat poin-poin krusial karena saat itu Kevin/Gideon sudah unggul jauh 18-9.

kevin-gideon-protes-wasit-duduk-5a6db0cbab12ae49e1260f12.jpg
kevin-gideon-protes-wasit-duduk-5a6db0cbab12ae49e1260f12.jpg
Beruntung Kevin/Gideon pada akhirnya bisa menang dengan tiga set. Saat bersalaman dengan wasit, Gideon mendapatkan sebuah bisikan dari wasit (umpire)  yang isinya kurang lebih meminta maaf atas kesalahan wasit. Wasit juga sebenarnya sudah berkali-kali minta maaf namun apa hendak dikata sudah terlanjut memberikan poin ke lawan sehingga skor tidak bisa diganti-ganti demi profesionalitas. Semoga wasit semakin teliti dan fokus sebelum menekan skor.

kevin-gideon-protes-wasit-5a6db1885e13733a03771e93.jpg
kevin-gideon-protes-wasit-5a6db1885e13733a03771e93.jpg
---

Meskipun belum mendapatkan empat gelar, namun dua gelar sudah raihan yang sangat bagus sekaligus juara umum. Sebagai penggemar bulutangkis bukan menjadi sebuah hal etis untuk membully. Raihan 2 gelar adalah hasil yang cukup baik. Tugas kita hanya mendukung baik melalui teriakan, doa atau juga tulisan. Apalagi di Indonesia Masters 2018, banyak pemain luar negeri sudah mengakui kekompakan dan keramahan supporter Indonesia. Kalau masalah suporter bulutangkis, Indonesia memang juaranya begitu pun atlitnya harus juara!

Saya senang dengan fans di Indonesia. Mereka adalah pahlawan bulutangkis, mereka supporter terbaik yang ada,” puji Chou Tien Chen, Tunggal Putra Taiwan semifinalist Indonesia Masters 2018 setelah dikalahkan Ginting itu.

Hasil Lengkap Final Indonesia Masters 2018
Hasil Lengkap Final Indonesia Masters 2018
Apakah 4 wakil di final ini akan kembali terjadi di Asian Games 2018? Mengingat pemain yang hadis di Indonesia masters 2018 juga kelas dunia. Semoga saja bisa 4 emas untuk Asian Games 2018. Aamiin.

Follow twitter @nizambl

SOAL UM PTKIN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun