1) Penggunaan model pembelajaran PBL
Model PBL dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Hal ini terkait dengan sintaks pada PBL yaitu: a) Mengorientasikan masalah: Pada tahap mengorientasikan masalah, peserta didik mengidentifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan, mencari informasi yang relevan dan semua dugaan tentang masalah tersebut. Ini termasuk kesadaran akan kemungkinan adanya lebih dari satu solusi pada setiap masalah. Salah satu indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu membuat pertanyaan yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis dapat dimunculkan pada tahap ini; b) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar: pada tahap mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, peserta didik menentukan berbagai solusi terkait hasil identifikasi masalah berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki.Â
Hal ini terkait dengan salah satu indikator kemampuan berpikir kritis yaitu mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan konteks pertanyaan; 3) Membimbing peserta didik untuk melaksanakan investigasi: peserta didik melakukan telaah informasi yang diketahui dan tidak diketahui dimana peserta didik harus dapat memilih informasi mana yang tepat. Pada tahap ini, kemampuan menganalisis argumen dan kemampuan memecahkan masalah dapat terlaksana; 4) Menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah: pada tahap ini, peserta didik menggunakan hasil investigasi atau penyelidikan yang telah dilakukan untuk dapat mencari solusi yang tepat terkait masalah yang dihadapi serta melakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah dari kelompok lain. Hal ini dibuktikan bahwa terjadi diskusi dan tanya jawab ketika tahap ini terlaksana dengan baik. Peserta didik aktif dalam memberikan pertanyaan dan memberikan tanggapan terhadap hasil pemecahan masalah kelompok lain.
2) Pemilihan media pembelajaran
Guru mempersiapkan media PPT interaktif, dimana pada PPT tersebut terdapat beberapa video terkait materi maupun terkait dengan kemampuan berpikir kritis sehingga dapat terjadi interaksi saat penggunaan media pembelajaran tsb. Selain itu, penggunaan aplikasi IdeaBoardz sebagai media digital untuk pelaksanaan brainstorming. Aplikasi ini dapat melatih peserta didik untuk dapat menuliskan ide maupun pendapatnya pada aplikasi tersebut secara online dan di waktu yang bersamaan peserta didik yang lain dapat melihat dan juga saling menanggapi terkait argumen dari sesama peserta didik. Kemudian pelaksanaan evaluasi pembelajaran menggunakan aplikasi Quizziz. Dimana aplikasi ini merupakan platform interaktif yang memungkinkan guru untuk melakukan pelajaran dan kuis interaktif dengan peserta didik.
Pada prosesnya, beberapa pihak terlibat dalam keterlaksanaan kegiatan praktik baik ini yaitu saya sendiri sebagai guru, peserta didik, dosen pembimbing, guru pamong, rekan-rekan sesama peserta PPG, kepala sekolah, dan guru di sekolah tempat pelaksanaan praktik. Sumber daya atau materi yang diperlukan dalam kegiatan praktik ini adalah materi terkait model PBL, keterampilan berpikir kritis, dan materi gangguan sistem pencernaan yang saya dapatkan dari buku, jurnal, dan referensi di internet.
Adapun hasil REFLEKSI dan dampak pemilihan model pembelajaran inovatif Problem-Based Learning yang diterapkan pada pembelajaran IPA yaitu dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, terlihat pada hasil observasi keterampilan berpikir kritis pada diagram di bawah ini:
Proses pengembangan keterampilan berpikir kritis dapat dilakukan pada fase-fase pada PBL, yaitu
1) Orientasi peserta didik pada masalah: pada langkah pertama ini peserta didik disajikan 2 artikel terkait gangguan pada sistem pencernaan. Â Guru memberikan pengarahan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan. Â