Mohon tunggu...
Indana Zulfa
Indana Zulfa Mohon Tunggu... Murid Guru -

Jiwa Liar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Permainan

24 Desember 2014   18:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:33 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

TATA
Seminggu lagi aku akan menikah. Banyak yang bilang, aku dan calon suamiku adalah pasangan yang serasi. Dia, calon suamiku adalah yang sempurna di mataku. Pintar, sholeh, anak dari keluarga baik-baik, tampan iya. Aku mengenalnya satu bulan yang lalu, tepatnya sejak orang tua kami menjodohkan kami. Tapi, ada yang ku ragu dari nya. Dia sepertinya tak menginginkan perjodohan ini. Ini bukan hanya masalah, tapi masalah besar bagiku, bagiku perempuan yang akan menjalani hidup bersama dengannya dan juga keluarganya.

RAMA
Aku tak tau harus bagaimana bersikap. Sungguh posisiku adalah yang tak menyenangkan. Kenapa aku harus mengiyakan perjodohan itu. Dan seminggu lagi akad nikah itu akan dilaksanakan. Tuhan, aku harus bagaimana. Di sisi lain, aku telah menjalin hubungan dengan seorang wanita yang amat ku cinta. Yang ku kenal 4 tahun yang lalu. Dia belum tau tentang perjodohan ku ini. Ah, aku tak sanggup melayangkan berita ini. Semoga dia belum mendengarnya dari orang lain. Karena aku sendiri yang akan mengatakannya.

HANI
Besok, aku akan kembali ke Indonesia. 3 tahun di Mesir membuatku rindu orang tua, rindu saudara, rindu sahabat dan rindu seseorang, RAMA. Semoga dia juga rindu. RAMA, ini akan menjadi kejutan besar. Aku yang akan menemuimu. Di tempat kita sering bertemu dulu. Di perpustakaan kota. Tunggu kedatanganku besok.

PERPUSTAKAAN KOTA
Seminggu akan menikah, aku masih disibukkan dengan tugas-tugas kuliahku. Ya begini kalo orang tua pengen anaknya segera nikah. Tapi, di zaman yang katanya uda semakin edan ini. Kenapa aku mau ya dijodohkan? Apa kira-kira ada yang menyesal karena tak pernah menyatakan perasaannya padaku. Tau- tau aku sudah akan menikah. Ah, itu resikonya. Oya, Rama katanya juga akan ke sini. Aku akan menunggu nya di pintu masuk. Semoga aku tak menunggu lama, karena aku benci menunggu lama. Tapi tak apalah untuk yang satu ini.
Akhirnya yang ku tunggu datang, andai dia tau, aku sampai bosan melihat kendaraan yang lalu lalang.
“terimakasih sudah mau datang”
“terimakasih?”
“iya, karena aku mungkin sudah menyita waktu jam istirahat pak dosen muda yang super sibuk ini”
“kamu ini, ayo masuk, kamu mungkin sudah menunggu aku lama”

PERPUSTAKAAN KOTA
Aku berdiri di ujug jalan. Antara iya dan tidak untuk menemuinya. Apalagi di tempat itu. Tempat yang merekam memori indah ku bersama Hani. Aku tau tata sudah berdiri di depan pintu masuk perpustakaan itu sejak 20 menit yang lalu. Tak tau, seperti ada yang berbisik, aku tak boleh melangkah kesana. Tidak, aku tak tak mau mengecewakannya yang sudah lama menunggu.
“terimakasih sudah mau datang”
“terimakasih?”
“iya, karena aku mungkin sudah menyita waktu jam istirahat pak dosen muda yang super sibuk ini”
“kamu ini, ayo masuk, kamu mungkin sudah menunggu aku lama”
Tata, andai kamu tau, setiap hari aku datang ke tempat ini untuk menunggu kedatangan seseorang yang lama ku tunggu.

PERPUSTAKAAN KOTA
Apa aku harus telepon dia dulu. Mungkin saja hari ini dia tak kesana. Ah, aku tau kalau dia akan disana. Aku akan membuat dia keheranan dan bilang “kenapa tak memberi kabar kalau sudah pulang?” aku akan senang dengan itu. Aku akan memakai gaun yang pernah ia berikan sebelum keberangkatanku ke Mesir. I miss you Rama. Kita akan bertemu.

BERSAMBUNG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun