Dini hari itu sekitar pukul dua, aku sebagai seorang kernet ekspedisi bersama Pak Harun, sopir truk yang sudah sering menjadi partnerku menjalankan tugas menempuh perjalanan lintas provinsi untuk mengirimkan barang.
Setelah berjam-jam kami berkendara di jalan tol tanpa henti, kami pun kelelahan dan memutuskan untuk mencari rest area terdekat untuk beristirahat.
Ada hal yang aneh terjadi, kami tidak menemukan rest area yang biasa kami singgahi. Padahal baru minggu lalu kami melintasi rute jalan tol ini dan selalu beristirahat di rest area yang sama. Dalam kebingungan, tiba-tiba muncul papan tanda "Rest Area KM 13" dengan panah yang menunjuk ke jalan kecil. Kami merasa heran karena baru tahu ada rest area di lokasi tersebut dan rest area itu tidak tercatat dalam GPS kami. Tapi, karena kami sudah sangat kelelahan, kami memutuskan untuk masuk. Ku lihat rest area tersebut tampak baru dengan fasilitas yang cukup lengkap. Ada beberapa truk dan mobil pribadi yang terparkir. Para pengemudi dan penumpang tampak santai menikmati kopi di warung kecil yang nyaman.
Aku turun dari truk untuk menghirup udara malam yang segar dan meregangkan tubuhku yang pegal-pegal setelah duduk berjam-jam.. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan dan melihat sekitar rest area yang belum pernah aku singgahi sebelumnya. Sementara Pak Harun tetap di dalam truk karena ingin tidur sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Hal aneh terasa lagi olehku, suasana terasa hening sekali, tidak ada suara bising yang biasa terdengar seperti di rest area lain. Setelah sekian menit, aku baru menyadari, beberapa pengunjung di sana tidak tahu akan keberadaanku di sana dan seolah-olah mereka tidak bisa melihatku.
Tapi mungkin ini hanya perasaanku saja karena belum ada asupan kafein lagi sejak sore tadi sebelum memulai perjalanan. Aku pun masuk ke warung kecil untuk memesan kopi. Warung itu dijaga oleh seorang wanita tua. Beberapa saat kemudian kopi yang ku pesan sudah siap. Sambil menyodorkan segelas kopi kepadaku, wanita tua itu memberikan nasihat yang ku rasa ambigu dengan nada misterius: "hati-hati di jalan ya, nak. Banyak yang tidak terlihat oleh mata”. Jujur aku merinding mendengar perkataan si wanita tua itu dan ada sesuatu hal yang tak wajar yang aku rasakan.
Aku kembali ke truk mengajak Pak Harun untuk melanjutkan perjalanan. Kami mencoba memastikan dan mencari lokasi rest area yang kami singgahi tadi di GPS dan peta digital, tapi kami tidak dapat menemukan jejak lokasi rest area tersebut! Kami berdua mulai panik dan bertanya-tanya apakah tempat yang disinggahi tadi itu hanya sebuah ilusi dan halusinasi kami belaka?
Kami memutuskan untuk tidak lebih lanjut lagi mencari lokasi tersebut. Meskipun kami sangat penasaran. Kejadian itu terus menerus menjadi pertanyaan dalam benakku, apakah itu hanya sebuah ilusi atau memang kejadian yang nyata?
Seketika aku teringat pada perkataan wanita tua si penjaga warung di rest area itu ketika aku memesan kopi: “hati-hati di jalan ya, nak. Banyak yang tidak terlihat oleh mata”. Aku memejamkan mata sambil menghela napas, biarlah Rest area KM 13 itu tetap menjadi misteri yang tak terpecahkan dan menjadi bagian dari kisah hidupku yang tak akan bisa aku lupakan selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H