Mohon tunggu...
Sindy Sevita
Sindy Sevita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Resensi Buku | "Beungong Meulu" (2017)

6 Januari 2019   11:14 Diperbarui: 6 Januari 2019   13:39 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Judul           : Beungong Meulu
Penulis       : Tri Iryani Hastuti                       Penerbit     : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Tahun         : 2017
Tebal           : 59 halaman + 8 halaman prakata dan daftar isi
Bahasa       : Indonesia
Sampul      : Latar biru, kuning dan hitam

Gambar 1.

Sampul Buku

Sumber:

http://repositori.kemdikbud.go.id/5533/

Buku ini ditulis oleh Tri Iryani Hastuti. Ia lahir pada tanggal 16 Februari 1962. Ia adalah seorang ahli Bahasa dan Sastra yang bekerja di Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ia berasal dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Padjajaran, Bandung. Di usianya yang terbilang sudah tidak muda lagi, beliau mampu menghasilkan karya yang indah yaitu telah menerbitkan cerita rakyat yang berjudul Beungong Meulu.


Buku ini merupakan salah satu karya sastra yang berupa cerita rakyat. Buku ini cocok untuk anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar terutama untuk anak yang berusia 10-12 tahun. Karena dalam novel ini mengandung nilai moral dan unsur-unsur pendidikan, cinta lingkungan, adat istiadat, dan  cinta tanah air.


Dalam cerita rakyat yang berjudul Beungong Meulu ini, Tri Iryani Hastuti menulis kembali cerita tersebut yaitu dengan adanya buku ini bisa menjadi pemantik bagi anak sekolah, pegiat literasi, dan warga masyarakat untuk meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis dan kemahiran berbahasa Indonesia. Selain itu, dengan membaca  buku ini, siswa dan pegiat literasi diharapkan mengenali dan mengapresiasi kebinekaan sebagai kekayaan kebudayaan bangsa kita yang perlu dan harus dirawat untuk kemajuan Indonesia.


Buku ini menceritakan tentang kisah seorang kakak-beradik yang bernama Beungong Peuken dan Beungong Meulu. Mereka hanya tinggal dengan seorang Ayah karena ibunya sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu. Akhir-akhir ini, Ayahnya sering sakit-sakitan dan membuat Meulu khawatir terhadap kondisi Ayahnya. Mereka terlahir dari keluarga yang miskin sehingga mereka tidak mampu membelikan obat untuk Ayahnya. Peuken setiap hari pergi ke hutan untuk mencari tanaman herbal agar bisa dijadikan obat untuk Ayahnya.


Namun kondisi Ayah mereka tak kunjung membaik. Hingga suatu hari ketika Peuken pulang dari pasar, ia melihat banyak kerumunan warga yang berada di depan rumahnya. Ternyata Ayah mereka telah meninggal dunia. Kini adik dan kakak itu menjadi yatim piatu. Mereka tidak memiliki harta lagi kecuali seekor anjing dan sisa uang hasil penjualan ayam. Kehidupan Peuken dan Meulu sangat memprihatinkan. Mereka seperti anak yang tidak terawat. Tubuh keduanya makin kurus. Hari berganti hari dan Meulu telah menjadi gadis remaja yang cantik. Peuken pun telah menjadi seorang pemuda yang tampan. Mereka berdua hidup dengan penuh kasih sayang.


Peuken kini menjadi tulang punggung pengganti Ayah mereka. Suatu hari saat Meulu sedang memasak dan Peuken sedang menyapu halaman rumah, terdengar suara anjing kesayangan ayahnya terus-menerus menggonggong. Ternyata, di belakang rumah mereka terdapat seekor ulang raksasa. Lalu Peuken mencoba untuk membunuh ular tersebut hingga kemudian ular tersebut mati. Pada pagi hari ketika Meulu hendak menyapu, ia melihat sesosok makhluk berkepala ular naga dan berbadan manusia.


Meulu terkejut melihat sosok tersebut lalu ia berteriak memanggil kakaknya. Wajah Meulu bertambah pucat. Matanya melotot. Ia tak bergeming sedikit pun. Ia sungguh kaget mendengar makhluk itu mengeluarkan suara yang mirip sekali dengan kakaknya. Meulu dan Peuken menyelidiki asal muasal Peuken menjadi ular. 

Ternyata penyebabnya adalah ular yang dibunuh oleh Peuken adalah ular sakti. Hal itu menyebabkan malapetaka baginya. Warga di sekitar rumah mereka mulai curiga dengan keberadaan siluman naga tersebut. Hingga pada suatu malam Peuken dan Meulu di usir dari kampung tersebut. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal lagi selain membuat gubuk di hutan.

Pagi hari, ketika mereka telah sampai di tengah hutan, mereka melihat ada seekor kucing yang telah mengikutinya. Meulu langsung mengambil kucing itu dan membawanya kemana-mana. Saat mereka sedang mencari kayu bakar, di hutan ada seekor naga besar yang berada di pinggir sungai. Kemudian naga itu mengajak Peuken untuk bertarung. Hingga pertarungan itu dimenangkan oleh naga besar tersebut dan Peuken meninggal.

Sementara itu, Meulu terlempar dan tersangkut di sebuah pohon yang besar dan kemudian ia jatuh tak sadarkan diri. Pada keadaan tak sadarpun Meulu tetap memeluk kucing kesayangannya tersebut. Suatu hari, ada seorang Raja yang sedang berkelana mengelilingi hutan. Saat sampai di dekat sungai, Raja tersebut melihat ada seorang wanita yang tak sadarkan diri. Raja membawa Meulu ke Istana dan kemudian menyuruh para dayangnya untuk segera memberi makan kepada Meulu. Meulu sangat nyaman berada di istana Raja.

Namun, saat malam hari Meulu hanya melamun memikirkan kakaknya yang entah kemana. Raja nampaknya mulai suka dan jatuh cinta terhadap Meulu. Hingga akhirnya Meulu dijadikan istrinya. Meulu hanya pasrah saja dijadikan istri Raja karena tidak ada pilihan lain di pikirannya. Selama menjadi istri Raja, Meulu tak pernah bicara ataupun tersenyum. Dia selalu diam dan tampak sedih karena masih teringat kakaknya yang sudah meninggal.

Suatu malam, di istana sedang menggelar acara yang paling mewah. Lalu Raja Keumala memberikan sebuah hadiah kepada Meulu. Hadiah tersebut adalah selendang berwarna emas. Meulu Nampak sangat senang dan berterimakasih kepada Raja. Namun Meulu tiba-tiba menghilang dari kerumunan acara tersebut. Raja mencari Meulu ke seluruh istana dan ia berhasil menemukannya. Meulu sedang berada di taman istana dan sedang melamun. Raja mengetahui bahwa Meulu masih sedih dan teringat kakaknya. Raja mencoba untuk menenangkan Meulu dan memeluknya.

Suatu hari, Raja menyuruh seorang prajurit untuk mengambilkan hadiah yang ia siapkan untuk Meulu. Tak lama kemudian, datanglah seorang prajurit yang menggunakan seragam kerajaan dan sebuah topi yang menutupi hampir sebagian wajahnya. Perlahan-lahan Meulu membuka topi prajurit itu dan ternyata Peukenlah dibalik topi tersebut. 

Meulu tampak senang sekali dan berkat sang Raja Peuken kembali hadir di kehidupan Meulu. Peuken langsung memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang. Meulu melepas rindu dengan kakaknya dan ia bahagia karena Raja telah memberikan hadiah terbaik untuknya. Sang Raja menceritakan tentang kembalinya Peuken karena jasadnya di sirami air suci oleh Raja Keumala. Akhirnya, Meulu dapat berkumpul kembali dengan Peuken, kakak yang sangat disayanginya dan hidup berbahagia dengan Raja Keumala.

Ada beberapa kelebihan yang terdapat dalam buku cerita rakyat ini. Dilihat dari segi sampul buku ini mempunyai warna dan gambar yang sangat menarik sehingga dapat membuat para pembaca tertarik khususnya anak-anak. Lalu dilihat dari segi bahasa dan susunan kata yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami untuk anak-anak. Kemudian dilihat dari segi isi yang di ceritakan pada Beungong Meulu ini menggunakan alur maju dan terdapat juga beberapa gambar di sela-sela cerita membuat cerita ini terkesan nyata. Selain itu, di dalam cerita tersebut mengandung nilai moral dan ajaran kehidupan yang perlu dikenalkan kepada anak-anak.

Disamping ada kelebihan, cerita rakyat ini juga memiliki sisi kelemahan. Bagian dari cerita yang disajikan hanya terdapat satu bab saja. Sehingga para pembaca, khususnya anak-anak akan cepat bosan karena tidak ada variasi yang lain. Terdapat cerita rakyat yang memiliki genre yang berbeda pada penyampaian cerita tentang kehidupan dan kepahlawanan. 

Namun di kedua buku ini memiliki perbedaan dalam penyampaian isi cerita. Pada cerita rakyat yang berjudul Beungong Meulu terdapat isi cerita tentang kisah seorang gadis yang penuh kasih sayang. Sedangkan pada cerita rakyat yang berjudul Pangeran Saputra terdapat isi cerita tentang kisah seorang Pangeran yang dinobatkan sebagai Raja. Meskipun terdapat perbedaan isi dalam penyampaian cerita rakyat tersebut, ada beberapa kesamaan dalam kedua cerita rakyat tersebut yaitu, cerita rakyat ditulis untuk mengajarkan anak tentang adat istiadat dan cinta tanah air. Kedua cerita rakyat tersebut juga mengandung nilai moral yang bisa diambil oleh para pembaca.

Cerita rakyat Beungong Meulu yang ditulis oleh Tri Iryani Hastuti termasuk dalam jenis  sastra anak yang dikategorikan ke dalam fiksi tentang cerita kehidupan dan kepahlawanan. Cerita rakyat ini ditujukan pada kalangan anak-anak usia 10-12 tahun atau setingkat dengan anak Sekolah Dasar  kelas 4,5 dan 6. Dimana dalam cerita rakyat ini anak dapat memahami isi cerita secara mudah karena cerita ini ditampilkan secara sederhana. Sehingga cerita ini sangat cocok sebagai bacaan bagi anak-anak karena cerita yang mendidik dan alur yang menarik dapat menambah ilmu tentang kehidupan yang terjadi. Mungkin dengan ditambah adanya variasi cerita di bagian daftar isi akan lebih menarik untuk para pembaca. Namun kekurangan tersebut tidak mengurangi banyaknya kelebihan yang dimiliki cerita rakyat tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun