Mohon tunggu...
Sindy NurSafitri
Sindy NurSafitri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Senja

25 November 2018   07:43 Diperbarui: 28 November 2018   16:52 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rintik hujan yang mengalunkan nada syahdu dan Bau tanah yang menyeruak kalbu berusaha menyapa rindu yang menggebu. Dibawah cendela sebuah kafe yang berada di jantung kota ini, ditemani secangkir kopi yang terasa pahit, tapi tak sepahit rinduku yang tak bisa kuelak lagi untuk mendominasi hatiku.

hai, apa kabar kau yang disana? Sedang merajut doa atau belajar melupa?.

Hari ini ditengah rintik hujan aku ingin menulis kisah tentang kita yang sekarang sudah jauh dari raga. Pertama maafkan aku yang terlalu mengedepankan ego saat itu, saat memutuskan mengakhiri persahabatan dan kenangan yang telah kita rajut.

Aku masih ingat saat hujan kala sore itu, aku berdiri menikmati hujan dan senja di dermaga pantai yang tak jauh dari rumahku. Tiba-tiba ada sosok pria yang menepuk bahuku dari belakang.. Setelah 7 tahun kita tak pernah bersua dan tiba-tiba kamu datang.

"hai, sudah lama tak bertemu" sapa pria itu lembut

"benar, lama sekali ya? Sepertinya 7 tahun yang lalu kita terkahir bersua" jawabku.

Sampai akhirnya kita larut dalam perbincangan hangat tentang masa lalu, dimana masa kecil yang pernah kita lalui bersama, mengenang setiap kenangan yang mampu untuk diingat. Sampai pada akhirnya kita menikmati senja dan rintikan hujan yang perlahan menghilang dengan senja. Dulu aku yang masih kecil dan tak mengerti apa itu cinta.

Perbincangan senja itu mengingatkanku akan rasa perasaan kagum padamu saat aku belum mengenal apa itu cinta. Ternyata setelah kita berpisah untuk mencapai cita-cita dan jalannya masing-masing kau masih menunggu dan memelihara rasa yang tak kutau. Kau yang bercerita telah memelihara rasa sejak pertama kali melihatku, memeliharanya dengan baik sampai kita bersua senja itu.

Di akhir perbincangan pertanyaan besar terngiang di benakku, aku ragu hanya untuk menyampaikan. Sampai akhirnya kamu melihat raut wajahku yang gelisah.

"kenapa? Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya pria itu lembut

Dengan ragu aku bertanya,"apa setelah sekian lama, apakah kamu masih mencintaiku?", tersipu malu aku melontarkan pertanyaan itu.

Kukira kau akan langsung menjawab pertanyaan itu, ternyata di luar dugaanku, ternyata kau melontarkan pertanyaan serupa kepadaku.

"apa kau mencintaiku?"

aku terpaku diam tak menjawab. Sejujurnya saat itu aku tak paham dengan perasaanku sendiri, aku yang baru saja terluka dan berusaha berdamai dengan hati yang bertahan lalu diabaikan. Tiba-tiba kau datang membuka perasaan lama yang telah terkubur dalam menjadi karang di dasar hati. Aku bingung, aku kalut dengan keadaan seperti ini.

"Entah"kata itu terlontar dari bibirku.

Kau tersenyum dan berkata "baik-baik menjaga, waktu yang akan menjawabnya"

Setelah itu dia tersenyum dan berpaling pergi meninggalkanku sendiri menikmati senja yang telah hilang, bercampur dengan perasaan kalut yang tak menentu.

to be continued...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun