Habis Magrib, selarik pesan masuk ke BBM saya.
"Pak, saya memenangi sebuah kejuaraan. Boleh tidak saya tulis di blog keroyokan?"", begitu bunyi pesan yang ternyata dari salah seorang siswa saya.
"Boleh saja, kenapa tidak?", saya balas pesannya.
"Tapi, Pak, nanti saya kesannya menjadi sombong, pamer, dan apalah gitu?"
Saya tercenung. Betul juga ya pendapat siswa saya itu. (Plak...plak..plak.....)Seperti ada yang menampari muka saya rasanya:D
"Tapi niatmu kan bukan untuk itu, Nak?", saya mencoba menegaskan.
"Memang sih, maksud saya hanya untuk berbagi dan siapa tahu bisa menginspirasi teman-teman agar bisa seperti saya!"
"Nah, kalau begitu kenapa tidak segera diposting?"
"Tapi, Pak, niat baik kan harus dilaksanakan dengan cara yang baik pula?"
"Oh, iya, yah! Jadi bagaimana?"
"Saya lebih suka kalau orang lain yang menuliskannya. Bapak berkenan menuliskannya?"
"Oke, siip! Kirim ke email saya!"
Secuplik percakapan tadi, entah kenapa, membuat saya harus merenung kembali. Apakah selama ini saya sering bertindak seperti yang dikatakan siswa saya tadi?
Memang, ketika kita berhasil merengkuh pencapaian tertentu, kita cenderung ingin mengabarkan pencapaian itu. Bisa jadi, semua itu juga karena keinginan untuk berbagi. Hanya saja, seperti yang dikatakan siswa saya tadi, ada baiknya memang kita memikirkan cara yang tepat. Dalam hal ini, ada baiknya kita tidak sekedar menyodorkan tulisan: Nih, saya juara ini, saya menang ini, saya berhasil ini, dan sebagainya. Barangkali, benar yang dipilih siswa saya itu yaitu berusaha agar orang lain yang menuliskan 'kemenangan' kita itu. Tentu kedengarannya juga akan lebih manis dan elegant. Bagaimana?
@Tulisan ini juga diposting di http://guraru.org dan http://geschool.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H