Mohon tunggu...
Isna Puryanta
Isna Puryanta Mohon Tunggu... -

Barangkali, sayalah guru gagal itu. Gagal setia pada keadaan menjadi suruhan pelaksanaan kebijakan. Gagal paham dengan arah kejujuran pendidikan. Dan gagal berpasrah pada buruknya keadaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Swasembada Beras: Prestasi atau Gengsi?

16 Juli 2014   21:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, tadi saya mau posting tentang bagaimana seorang blogger membongkar dusta sebuah Parpol yang mendukung seorang Capres dengan membuat semacam Real Count abal-abal (bisa dibaca di http://as-laksana.blogspot.com/2014/07/tentang-situs-kitapks-dan-edisinews-dan.html?m=1). Aklan tetapi, rasanya kok malas amat. Dikata-katain seperti apa, terungkap bagaimanapun juga, pasti partai itu bakal tetap 'ngeles'. Begitu biasanya.

Kemalasan itu, tiba-tiba memunculkan pemikiran saya untuk menulis saja tentang swa sembada beras, atau pangan tepatnya. Ini karena saya teringat ketika debat capres, salah seorang di antaranya getol mengangkat soal beras, dan yang lain mengangkat soal 'cantel'.

Kalau saya tuliskan ini, tentu saya tidak bermaksud kampanye, toh masa itu sudah lewat. Saya hanya ingin mengajak pembaca mencoba berpikir jernih, walau bisa jadi malah pikiran saya yang keruh.

Begini, beberapa waktu sebelumnya, pemerintah kita fokus mengejar swa sembada beras. Keberhasilan swa sembada beras, pastilah diklaim sangat luar biasa oleh pemerintah. Bahkan, demi swa sembada beras, segala macam cara ditempuh. Kita akan seperti runtuh harga diri bangsa bila sampai gagal swa sembada beras.

Masalahnya, benarkah itu memang seharusnya?

Jujur, saya kok kurang sependapat. Mungkin yang kita perlukan adalah ketahanan pangan, dan bukan semata swa sembada beras. Ketahanan pangan jelas meliputi lebih banyak jenis makanan, atau ada diversifikasi makanan. Maknanya apa? Dengan diversifikasi makanan tersebut bisa jadi kita akan menjadi bangsa yang lebih sehat. Bukankah nasi salah satu pemicu meruahnya penyakit diabetes di masyarakat kita?

Lantas kenapa di awal saya sebut-sebut soal Cantel?

Jujur, saya belum pernah makan makanan yang dibuat dari bahan itu. Hanya saja, dari sejumlah kabar yang saya dengar katanya enak sekali. Bikin penasaran pokoknya. Maka saya berharap, bila benar ketahanan pangan yang kita cari, maka mudah-mudahan nanti tumbuhan macam Cantel itu bisa berkembang. Demikian pula dengan bahan lain, seperti singkong, ubi, ganyong, garut, dan lain-lain. Biarkan perut anak bangsa terisi makanan yang lebih kaya jenisnya. Mudah-mudahan, mereka akan menjadi lebih cerdas untuk memahami tafsir sebuah ayat suci, misalnya, atau lebih kuat menghadapi gempuran fitnah, dan sebagainya. Bagaimana, masih mau makan gengsi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun