Mohon tunggu...
Sindi Fatika Sari
Sindi Fatika Sari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Menulis, merupakan cara saya untuk menyampaikan apa yang tidak bisa disampaikan lewat lisan. Bagi saya, menulis menjadi sebuah cara untuk mengabadikan apa yang sudah Allah gariskan dalam kehidupan. Jika Allah mengizinkan saya untuk menjadi penulis di website kompasiana ini, in syaa Allah, saya akan fokus pada topik self-improvement dan religi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bercanda Itu Ada Batasnya!

27 Juni 2022   17:12 Diperbarui: 27 Juni 2022   18:45 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Untuk mencairkan suasana, tak jarang, kita menemaninya dengan candaan demi candaan yang dilontarkan. Apalagi jika sudah dengan kawan yang sudah kenal lama. Bestie-kah, teman satu frekuensi-kah atau apa pun itu, tentu tidak asing lagi mendengar tentang kalimat candaan. Saking ingin terasa menyenangkan, semua sendi kehidupan dibuat bahan mainan, tanpa pernah menyaring sedikit pun apa yang dilayangkan.

Guys, sebenarnya, ada batasan-batasan dalam membuat candaan itu. Ada beberapa 'topik' yang tidak diperbolehkan untuk dijadikan bahan candaan. Lantas, apa saja topik yang tidak diperbolehkan untuk bahan bercandaan itu? Yuk, mari kita simak pembahasan di bawah ini.

Agama. Tunggu, masih adakah di antara kita yang menganggap remeh perkara agama? Apalagi, jika hal itu berakibat menyinggung atau menyudutkan salah satu pihak. Naudzubillah, ya, guys, ya. Sungguh tidak etis jika sampai mempermainkan masalah agama. Walaupun hanya satu kalimat atau mungkin satu kata, jangan pernah itu terucap dari lisan kita. Agama adalah perkara yang sakral, di mana, bukan hanya hubungan manusia dengan manusia, tetapi hubungan manusia dengan tuhannya; Allah subhanahu wata'ala. Yang mana, pasti akan dimintai pertanggungjawaban, sekecil apa pun itu.

Keluarga. Dalam beberapa kasus yang ditemukan, pernah mendengar tentang masalah yang timbul dari candaan yang dilontarkan untuk keluarga si lawan bicara? Jangan pernah menyinggung perihal keluarga. Misalkan, "Hei, anak kingkong!" (Naudzubillaah, semoga tidak ada di dunia nyata, ya). Bayangkan, walaupun itu dilontarkan kepada teman yang sudah saling memahami, atau kepada teman yang memang sudah terbiasa bercanda, ada baiknya, itu tidak ke luar dari lisan kita.

Dia lahir dari rahim ibunya. Ibunya manusia, kan. Pun bapaknya, pasti manusia juga. Masak, ciptaan Allah bernama manusia disamakan sama kingkong? Padahal, kan, Allah sudah menyebutkan dalam firman-Nya yang berbunyi,

Artinya, "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin [95]: 4)

Maa syaa Allah, manusia sudah diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya, itu kata Allah. Jadi, jangan bercanda tentang keluarga lawan bicara, ya. Kita tidak tahu jika hati yang mendengar candaan itu baik-baik saja setiap harinya.

Fisik. Perihal fisik, apa pantas dijadikan bahan bercandaan? Orang cuma bercanda, kok, dibawa serius amat! Hei, stop. Kita tidak tahu hati orang yang mendengar itu bagaimana. Iya, memang mereka mungkin menyadari bahwa itu adalah sebuah lelucon, tetapi ... hati-hati, bisa saja itu membekas dalam hati.

Apa aku hitam, ya? Emang bener, si.

Aku enggak cantik, ya? Kok, dia nyandain aku kayak gitu?

Aku enggak menarik, ya?

Aku ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun