Aku ....
Aku ....
Guys, kita enggak tahu isi hati manusia. Jangan sampai hanya karena perkataan candaan yang kita layangkan, membuat 'si pendengar' itu melakukan sesuatu agar mereka tak 'dibercandai' demikian lagi. Operasi plastik, misalnya. Naudzubillah min dzaliik.
Masalah ekonomi. Loh, anak pengemis, kok, di sini? Hei, anak tukang sol sepatu. Lah, anak orang miskin, bisa ke restoran, ya? Bla ... bla ... bla .... Hei, sudah. Awas, ada hati yang mungkin tersakiti atas apa yang sudah dilisankan oleh lidah tak bertulang, walaupun hanya sekadar obrolan yang dibalut dengan candaan.
Kenapa, sih, kok, gitu aja enggak boleh? Kan, emang kenyataannya kayak gitu. Hmmm ... masalah hati, guys ... kita tidak tahu, 'kan, isi hati setiap orang? Memang jika itu benar kenyataannya, apa pantas, profesi seseorang dijadikan bahan candaan? Bayangkan jika kita sedang duduk-duduk dengan beberapa teman. Ada salah satu teman yang dengan niat bercanda, dia mengatakan, "Ah, elu ... anak tukang sol sepatu diem aja kali." Ya, walaupun dia berbicara dengan diselingi tertawa, akan tetap tidak enak didengar telinga.
Kemungkinan besar, teman yang mendengar tadi akan merenung, "Apa aku enggak pantes, ya, sama kalian? Kenapa harus latar belakang seseorang dijadikan bahan candaan? Aku emang enggak pantes sama kalian?" Naudzubillaah, jangan sampai itu terjadi pada diri kita, ya, guys, ya.
At last, pendidikan. "Halaaah, sekolah di situ aja, bangga. Gue, calon direktur, sekolahnya di tempat elite." "Eh, siswa yang sekolahnya di pinggir sawah." "Yaelah, elu, sekolah, kok, di kandang ayam gitu. Becek!" Hmmm ... ada yang pernah mendapatkan kalimat candaan tentang sekolah kalian, guys? Semoga tidak ada, ya.
Kenapa, sih, kita enggak boleh menjadikan hal yang berkaitan dengan pendidikan itu sebagai bahan candaan? Sebentar, coba kita pikirkan, bagaimana jika kita yang mendapat candaan itu? Menyinggung tempat yang menjadikan kita belajar banyak hal? Mempermainkan tempat yang menjadi impian banyak orang? Iya, 'kan? Tidak semua orang bisa memasuki 'tempat pendidikan' itu. Pikirkan dari hati kita yang paling terdalam.
Itu tadi, beberapa topik yang tidak diperbolehkan untuk dijadikan banyak candaan. Jika kita ingin membuat suasana pecah dalam obrolan, terlebih dahulu, perhatikan siapa yang menjadi lawan bicara kita. Jangan sampai setelah obrolan itu berakhir, ada rasa sakit pada hati yang sudah mendengarkan kalimat yang terucap dari lisan. Jangan sampai ada raga yang terluka hanya karena telah mendengar candaan yang menurut kita biasa-biasa saja.
Namun, perhatikanlah juga kapan waktu yang tepat untuk membuat candaan itu. Jika sedang serius, jangan menyelipkan candaan di dalamnya. Pahami tempat yang tepat untuk meletakkan 'sesuatu'. Jangan sampai salah diambil orang ataupun salah pengertian.Â
Yuk, jaga lisan kita untuk berbicara yang baik-baik saja. Bukankah nabi kita telah bersabda bahwa jika kita tidak mampu berbicara yang baik-baik, maka lebih baik diam saja. Jadi, jika mau berbicara, pikirkan dahulu, termasuk jika kita ingin membuat sebuah candaan. Ingat, jika tahu kita akan 'sakit' mendengar kalimat itu, jangan sampai kita sendiri malah melontarkan kalimat itu kepada orang lain. Naudzubillah min dzaliik.