PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS TOKOH UTAMA TONO DALAM NOVEL BELENGGU KARYA ARMIJN PANE
Sindi Farwani
Armijn Pane adalah seorang sastrawan Indonesia yang memiliki karya sastra berbentuk Novel, Puisi, Cerpen, dan Drama. Satu satunya karya sastra novel yang di tulis oleh Armijn Pane adalah Novel yang berjudul Belenggu. Novel Belenggu ini adalah Novel yang diterbitkan oleh Pujangga Baru pada tahun 1940 dan juga merupakan novel psikologis pertama indonesia. Dikatakan sebagai roman psikologis karena menitikberatkan pada keadaan jiwa setiap tokoh utama[1]. Novel ini dianggap banyak mengandung hal hal yang melanggar norma umum seperti menceritakan tentang perceraian, poligami, dan pelacuran. Oleh karena itu, pada awalnya novel ini tidak diterima diterbitkan pada Balai Pustaka. Namun, setelah novel Belenggu ini di terbitkan oleh Pujangga Baru pertentangan pun masih terjadi. Masih banyak pro dan kontra terhadap isi dari novel Belenggu tersebut. Sebelum novel Belenggu dibuat, terdapat isu sosial yang terjadi yaitu anak bangsa menghadapi suatu adat dan adanya kawin paksa. Oleh karena itu, lahirnya novel Belenggu karena adanya atensi Armijn terhadap isu sosial yang terjadi pada saat itu.
Dalam novel berjudul Belenggu,Armijn membuat sebuah cerita bertema keluarga tidak harmonis dan hubungan percintaan. Dalam novel tersebut terdapat gambaran pernikahan yang tidak didasari rasa saling cinta dan berakhir menimbulkan banyak pertentangan dari masing-masing tokoh yakni Sukartono (suami) dan Sumartini (istri). Di tengah cerita pun Armijn memasukkan fenomena perselingkuhan yang banyak terjadi pada masyarakat. Akhir dari cerita pasangan tersebut menuju pada perceraian karena adanya ketidakhormonisan dalam kehidupan rumah tangga.[2]
Roman Belenggu sangat berbeda dari karya-karya sastra sebelumnya. Karya sastra sebelumnya hanya terbatas pada tema tradisional seperti kebaikan melawan kejahatan, tetapi Belenggu mengutamakan konflik psikis tokoh, selain itu roman ini secara tidak langsung juga menyampaikan pesan bahwa adanya hal yang berlawanan antara sifat tradisional dengan sifat modern.[3] Selain mengangkat teman tentang perselingkuhan, poligami, dan pelacuran, Roman Belenggu juga mengangkat tema persoalan perempuan. Walaupun novel ini sudah diterbitkan puluhan tahun yang lalu, namun isinya masih sangat relevan dengan permasalahan perempuan yang berkembang sangat pesat sampai dengan saat ini.[4]
Novel Belenggu menjadi objek penelitian oleh para ahli karena novel ini berbeda dengan novel lainnya pada zaman tersebut. Armijn Pane pun dianggap berhasil membawa perubahan pada dunia kesusastraan Indonesia.[5] Pada novel-novel sebelumnya tidak adanya kesetaraan gender antara laki laki dan perempuan, perempuan cenderung dianggap rendah dibanding laki laki. akan tetapi berbeda dengan novel Belenggu yang menggambarkan perempuan sudah memiliki kepandaian dan kecerdasan. Armijn Pane sengaja membuat novel Belenggu untuk mengikuti perkembangan zaman. Perselingkuhan pada saat itu dipandang sebagai masalah pribadi dalam kehidupan rumah tangga yang tak pantas dibicarakan secara terbuka, berbeda dengan sekarang, ketika gosip masalah rumah tangga dapat ditampil di media massa.[6]
Beberapa peneliti yang meneliti novel Belenggu karya Armijn Pane adalah:
- Sumartini (2019) dengan judul Feminisme dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane. Sumartini meneliti novel ini dengan menggunakan kritik sastra feminis. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa perempuan masa lalu sudah berpikir maju dan ingin mempunyai hak yang setara laki-laki, dibuktikan dengan tokoh Tini yang berbeda pemikirannya dengan kaum perempuan pada umumnya.[7]
- Penelitian Muslimin, yang melakukan penelitian tentang modernisasi dalam novel Belenggu dengan kajian sosiologi sastra. Hasil penelitian yang didapatkan berupa tokoh-tokoh dalam cerita novel Belenggu yang ingin mengikuti tradisi modern. [8]
- Putri dan Halham, yang melakukan penelitian tentang perjuangan tokoh utama dalam novel Belenggu dengan kajian feminisme liberal. Hasil dari penelitian tersebut mendeskripsikan ketidakadilan gender dan perjuangan tokoh utama melalui pemikiran feminimisme liberal.[9]
Peneliti melakukan penelitian novel Belenggu karya Armijn Pane melalui Pendekatan Sosiologi Sastra. Dalam penelitian ini, penulis mencoba merumuskan masalah yang bisa dikaji dalam novel Belenggu karya Armijn Pane, yaitu (1) bagaimana fenomena disharmoni keluarga digambarkan dalam novel Belenggu karya Armijn Pane, dan (2) bagaimana solusi berdasarkan bentuk disharmoni keluarga dalam novel Belenggu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena disharmoni keluarga dalam novel Belenggu karya Armijn Pane.[10]
Tokoh utama dalam novel Belenggu karya Armijn Pane adalah Sukartono (Tono) yang merupakan seorang Dokter dan Sumartini (Tini). Potret wabah juga dipaparkan didalam novel Belenggu. Potret tuberkulosis digambarkan melalui pidato Tono di radio saat membicarakan tentang penyakit ini. Dalam pidatonya, Tono diminta oleh pembawa acara untuk membicarakan bahaya dan tata cara menjaga diri agar terhindar dari penyakit ini.[11]
“akan berpidato seperti biasa. Sekali ini tentang penyakit TBC, bagaimana terbitnya, apa bahayanya, bagaimana menjaga diri.” (Pane, 2010: 150).
Selain itu, ada satu tokoh yang cukup mencolok dalam nover tersebut adalah Rohayah (Yah) sebagai teman kecil Tono. Tono dan Tini merupakan sepasang suami istri yang sudah lama menikah. Kebutuhan rasa kasih sayang sangat besar dalam sebuah pernikahan. Namun, Tono merasa hal tersebut tidak ia dapatkan oleh istrinya, setelah beberapa tahun menikah. Yang pada awalnya, Tono sering memberikan kasih sayang kepada Tini seperti mencium Tini, tetapi lama kelamaan hal tersebut tidak pernah terjadi lagi. Terutama kebutuhan seksual Tono tidak lagi terpenuhi melalui hubungannya dengan istrinya Tono hanya akan sempat berfantasi dan membayangkan keindahan tubuh istrinya, sementara Tini tampaknya sudah tidak memikirkan hal tersebut lagi.
“Terbit nafsunya hendak menghampiri istrinya, hendak diciumnya seperti dahulu, tetapi tampak Tini diam saja… diamat-amatinya badan yang terlentang itu, molek, karena suka sport dahulu. Tetapi nafsunya tiada tertarik, tiada berkobar seperti dahulu.” (Pane, 200:57).
Hal tersebut lah yang menjadi faktor utama Tono mulai melakukan aksi perselingkuhan dengan teman kecilnya yaitu Yah. Tono merasa ketika bersama Yah, ia lebih diperhatikan lebih dan semua kebutuhannya terpenuhi mulai dari kebutuhan makanan, minuman, pakaian, hingga kebutuhan seksual. Tono berharap Tini bisa seperti Yah, yang mampu memuaskan hasratya.
Mengapa Tono melakukan hal terlarang tersebut sedangkan ia merupakan seseorang dokter yang memiliki pendidikan tinggi? Seharusnya ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dilansir dari detiknews, teryata semakin tinggi pendidikan seseorang malah semakin mempunyai masalah ketika berpoligami. Dari 36 kasur poligami bermasaah yang ditangani LBH Asosiasi Perempuan untuk keadilan (APIK), 18 pelaku berpendidikan sarjana. “Pada tingkat pendidikan tertinggi inilah poligami lebih dominan terjadi dan bukan pada tingkat pendidikan yang rendah,” kata ketua LBK APIK, Umi Farida, kepada detikcom, Selasa (23/12/2008).
Bagaimana hubungan antara novel psikologis Roman Belenggu dengan Pendekatan Sosiologi Sastra? Pendekatan sosiologi sastra adalah metode analisis karya sastra yang menghubungkan sastra dengan masyarakat, sesuai dengan isi novel Belenggu yang terdapat cerita tentang masyarakat didalamnya. Salah satu klasifikasi tentang sosiologi sastra menurut Rene Wellek dan Austin Warren adalah sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.[12] Sesuai dengan klasifikasi tersebut bahwa novel Belenggu memengaruhi pembaca sehingga menimbulkan argumen pro dan kontra. Pada pihak pro mendukung novel tersebut sebagai hasil dari upaya sastra yang terbilang berani mengangkat tema sesuai dengan fakta yang terjadi. Lain halnya dari pihak kontra menyebut bahwa novel tersebut ialah karya yang bersifat pornografi, menonjolkan sesuatu yang dicap tidak patut (Taum, 2008).[13]
Novel Belenggu karya Armijn Pane memiliki dampak yang beragam bagi masyarakat, di antaranya:
1. Membangun kesadaran akan pentingnya menghargai dan mencintai orang terdekat
2. Mengajarkan pentingnya mengungkapkan curahan hati kepada pasangan
3. Mengajarkan pentingnya menjaga rasa hormat dan komunikasi yang baik dengan pasangan
4. Mengajarkan pentingnya membangun kehidupan rumah tangga yang ideal
5. Merepresentasikan kehidupan perempuan tahun 1938-1940
6. Merepresentasikan pemikiran feminisme liberal
7. Mencerminkan gejolak yang terjadi pada masa Perang Dunia II
8. Membuat pembaca termenung atas kenyataan sosial modern
9. Menginspirasi pembaca untuk merenungi dan membuat mereka terinspirasi
Apa yang di lakukan Tini ketika mengetahui hubungan Tono dan Yah yang telah menghianatinya? Tini memutuskan untuk berpisah dengan suaminya. Hal ini menunjukkan bahwa ia dapat eksis tanpa kehadiran laki-laki di sampingnya dan memilih mengabdikan hidupnya untuk mengurus rumah yatim piatu di Surabaya. Keputusan yang diambil tokoh Tini, selaras dengan pemikiran feminsme liberal bahwa perempuan dapat menentukan pilhannya sendiri. Dalam konsep feminis liberal, keputusan Tini berpisah dari suaminya merupakan pilihan yang lebih baik daripada mereka tetap bersama tetapi tidak rukun dan tidak saling sapa. Selain itu, Tini juga sudah memikirkan resiko yang diterimanya apabila ia berpisah dari suaminya. Masyarakat akan bergunjing tentang dirinya. Namun, Tini sudah membuat keputusan bulat dan ia siap menanggung resikonya.[14] tokoh Tini, aspek Id yang digambarkan berupa wanita yang berani menentang kata orang lain, berjiwa sosial, memiliki paras cantik, pintar dan berani. Aspek ego yang dideskripsikan pada tokoh Tini berupa rasa marah saat mengetahui keadaan yang sebenarnya dan dirinya sudah tidak bisa menahan amarah lagi dengan keadaan yang terjadi dalam hidupnya. Aspek super ego yang tergambar dalam tokoh Tini berupa sikap Tini yang memilih tegar, berdamai dengan keadaan yang terjadi, memutuskan untuk meninggalkan Tono, dan memilih pergi meninggalkan tempat tinggalnya bersama Tono dan melanjutkan hidupnya di tempat lain.[15]
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa, Pengajaran, Analisis Struktur, and Tokoh Tono, ‘JURNAL TUAH’, 5.1 (2023), pp. 64–70
Detikcom. "Masalah Poligami Banyak Dilakukan Orang Berpendidikan Tinggi" https://www.detik.com Diakses pada Selasa 23 Desember 2008
Kadafi, Tito Tri, Pendidikan Bahasa, and Sastra Indonesia, ‘Potret Wabah Pada Novel Belenggu Karya Armijn Pane Dan Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisjahbana Portrait of the Plague in the Novel Layar Terkembang By Armijn Pane and Layar Terkembang By Sutan Takdir Alisjahbana’, 2021, pp. 01–10
Maulidya, Nur, ‘Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Gambaran Kontradiksi Dan Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane’, Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra, 9.2 (2022), p. 155, doi:10.30595/mtf.v9i2.15104
Putri, Arien Cahyani, ‘Disharmoni Keluarga Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane’, Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 19.1 (2023), pp. 177–86, doi:10.25134/fon.v19i1.6195
Rafi, Muhamad, ‘Hierarki Kebutuhan Tokoh Utama Dokter Tono Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane’, Sintesis, 17.2 (2023), pp. 116–30, doi:10.24071/sin.v17i2.6842
Sumartini, S, ‘Feminisme Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane’, Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana …, 2019, pp. 331–33 <https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/299/330>
Wahyuni, Citra, ‘Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Roman “Belenggu” Karya Armijn Pane’, Jurnal Bahasa Dan Sastra, 2.2 (2017), pp. 11–24
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI