Selain itu, ada satu tokoh yang cukup mencolok dalam nover tersebut adalah Rohayah (Yah) sebagai teman kecil Tono. Tono dan Tini merupakan sepasang suami istri yang sudah lama menikah. Kebutuhan rasa kasih sayang sangat besar dalam sebuah pernikahan. Namun, Tono merasa hal tersebut tidak ia dapatkan oleh istrinya, setelah beberapa tahun menikah. Yang pada awalnya, Tono sering memberikan kasih sayang kepada Tini seperti mencium Tini, tetapi lama kelamaan hal tersebut tidak pernah terjadi lagi. Terutama kebutuhan seksual Tono tidak lagi terpenuhi melalui hubungannya dengan istrinya Tono hanya akan sempat berfantasi dan membayangkan keindahan tubuh istrinya, sementara Tini tampaknya sudah tidak memikirkan hal tersebut lagi.
“Terbit nafsunya hendak menghampiri istrinya, hendak diciumnya seperti dahulu, tetapi tampak Tini diam saja… diamat-amatinya badan yang terlentang itu, molek, karena suka sport dahulu. Tetapi nafsunya tiada tertarik, tiada berkobar seperti dahulu.” (Pane, 200:57).
Hal tersebut lah yang menjadi faktor utama Tono mulai melakukan aksi perselingkuhan dengan teman kecilnya yaitu Yah. Tono merasa ketika bersama Yah, ia lebih diperhatikan lebih dan semua kebutuhannya terpenuhi mulai dari kebutuhan makanan, minuman, pakaian, hingga kebutuhan seksual. Tono berharap Tini bisa seperti Yah, yang mampu memuaskan hasratya.
Mengapa Tono melakukan hal terlarang tersebut sedangkan ia merupakan seseorang dokter yang memiliki pendidikan tinggi? Seharusnya ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dilansir dari detiknews, teryata semakin tinggi pendidikan seseorang malah semakin mempunyai masalah ketika berpoligami. Dari 36 kasur poligami bermasaah yang ditangani LBH Asosiasi Perempuan untuk keadilan (APIK), 18 pelaku berpendidikan sarjana. “Pada tingkat pendidikan tertinggi inilah poligami lebih dominan terjadi dan bukan pada tingkat pendidikan yang rendah,” kata ketua LBK APIK, Umi Farida, kepada detikcom, Selasa (23/12/2008).
Bagaimana hubungan antara novel psikologis Roman Belenggu dengan Pendekatan Sosiologi Sastra? Pendekatan sosiologi sastra adalah metode analisis karya sastra yang menghubungkan sastra dengan masyarakat, sesuai dengan isi novel Belenggu yang terdapat cerita tentang masyarakat didalamnya. Salah satu klasifikasi tentang sosiologi sastra menurut Rene Wellek dan Austin Warren adalah sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.[12] Sesuai dengan klasifikasi tersebut bahwa novel Belenggu memengaruhi pembaca sehingga menimbulkan argumen pro dan kontra. Pada pihak pro mendukung novel tersebut sebagai hasil dari upaya sastra yang terbilang berani mengangkat tema sesuai dengan fakta yang terjadi. Lain halnya dari pihak kontra menyebut bahwa novel tersebut ialah karya yang bersifat pornografi, menonjolkan sesuatu yang dicap tidak patut (Taum, 2008).[13]
Novel Belenggu karya Armijn Pane memiliki dampak yang beragam bagi masyarakat, di antaranya:
1. Membangun kesadaran akan pentingnya menghargai dan mencintai orang terdekat
2. Mengajarkan pentingnya mengungkapkan curahan hati kepada pasangan
3. Mengajarkan pentingnya menjaga rasa hormat dan komunikasi yang baik dengan pasangan
4. Mengajarkan pentingnya membangun kehidupan rumah tangga yang ideal